Home / Pernikahan / Istri Sementara untuk Kakak Ipar / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 121 - Chapter 130

347 Chapters

BAB 121

“Ini semua pasti karena Alenta!” ucap Julia marah, dia nampak frustasi. “Kalau saja Alenta tidak kembali ke sini, Edward tidak akan mungkin menceraikan ku!” Julia mulai menangis. Herin yang berada di sana hanya bisa menutup mulutnya menahan tangis, dia tahu betapa sedihnya Julia saat ini. Julia merasa kurang puas melampiaskan kekesalannya, dengan cepat dia berjalan dan menginjak-injak dokumen perceraian itu. Herin tak berani mencegah, apalagi berucap karena dia tahu pada akhirnya dia juga akan disalahkan untuk apa yang terjadi. “Brengsek kau, Alenta! Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau tidak mati saja saat melahirkan?!” protes Julia. Dia sudah terbiasa memiliki hidup yang sempurna, seperti yang dia inginkan. Dia merasa sangat bangga saat orang lain melihatnya dengan tatapan iri, dia tidak ingin kehilangan semua itu. “Aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk memakluminya, tapi Alenta selalu saja menguji kesa
Read more

BAB 122

Dasar cacat! Kata itu benar-benar cukup hebat untuk bisa mengguncang perasaan Alenta. Memangnya kenapa kalau jarinya lebih dari 10? Bahkan, Tuhan pasti sudah merencanakan itu dengan sangat matang. Alenta sendiri tidak pernah menginginkan untuk lahir dengan 11 jari pada tangannya, tapi dia tidak bisa menolak kehendak Tuhan yang valid dan tidak bisa dielak. Dengan sorot matanya yang tajam, Alenta menatap Julia. “Aku benar-benar tidak tahu sudah berapa ratus kali Kakak mengatai ku dengan sebutan cacat. Tapi, Entah mengapa aku merasa aku jauh lebih baik karena dilahirkan dengan fisik yang tidak seperti manusia pada umumnya. Apalagi, melihat kakak yang berpendidikan tinggi dan terkenal sangat hebat, nyatanya tidak pernah bisa mengendalikan mulut saat Kakak marah.”Mendengar ucapan Alenta barusan, Julia menjadi lebih frustasi dalam menghadapi kemarahan yang dia rasakan. Tangannya terulur, rasanya ingin sekali dia meraih Alenta dan memberika
Read more

BAB 123

Julia terpaksa menghadiri sindang perdana perceraiannya dengan Edward, padahal dia sudah susah payah mengelak. Beberapa waktu terakhir ini, dia sudah mengupayakan yang terbaik supaya perceraian itu tidak terjadi. Namun, sungguh sulit baginya untuk bisa bertemu secara langsung dengan Edward. Edward seperti angin yang tidak bisa digenggam. Bahkan, beberapa waktu terakhir ini dia selalu datang ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan Elea saat Julia sedang tidak berada di dalam ruangan. Julia benar-benar sangat kecewa, sangat marah, dan sangat membenci situasi ini. Sidang perdana kasus perceraian Edward dan juga Julia berjalan dengan sangat lancar. Pengacara Julia kehilangan kata saat Edward menyertakan begitu banyak bukti yang menyudutkan Julia. “Ahhhhhh” teriak Julia frustasi, memukul setir kemudi mobilnya berkali-kali. Dia sungguh tidak ingin bercerai dengan Edward, tapi sadar dia tidak mungkin bisa melawan Edward. Tidak ada jalan lain, perceraian itu jelas pasti terjadi.
Read more

BAB 124

“Bu, Ibu....” panggil Ron, dia masih memukul pintu berharap Ibunya segera membukakan pintu. Alenta menatap Edward dengan tatapan memohon, smebatar itu Edward tak mau mengalah karena dia dalam keadaan tanggung. Sedikit lagi, jadi mana mau dia berhenti?“Kak Edward, kasihan Ron!” peringat Alenta. Mendengar ucapan Alenta, Edward jadi sedikit sebal. “Memangnya aku tidak kasihan kalau gagal mencapai puncak padahal sedikit lagi selesai?”Mendengar itu, Alenta menelan ludah tak mampu menanggapinya lagi. “Jangan membuat konsentrasi ku hilang, kalau tidak terpaksa kita harus mulai dari awal!” Ancam Edward. Dilema sekali! Di luar ada anaknya yang terus memanggil, nadanya seperti ingin menangis. Sedang Edward juga tidak mau mengalah, jelas juga dia tidak bisa kabur dari Edward. Hanya bisa mempercepat ritme pinggulnya yang bergerak, Edward pada akhirnya mendapatkan puncak kenikmatan beberapa saat setelah itu.
Read more

BAB 125

Hari terus berlalu, sidang kedua kembali digelar. Hanya ada Julia saja, Edward tak memiliki niat untuk datang. Padahal, besar harapan Julia untuk bisa bertemu dengan Edward guna sebentar bicara dengannya. Julia hanya bisa menahan nestapa, meski menolak untuk bercerai, tapi dia tidak memilki apapun sebagai kekuatan. Hatinya tak terima, tapi terpaksa melaluinya saja. Bukti Elea bukan anak kandungnya Edward disertakan, Julia yang manipulatif membuat proses perceraian berjalan sangat mulus. Dalam sekejap saja, Julia bukan lagi istrinya Edward. “Nak, sabar ya...” ucap Herin pilu. Sebagai seorang ibu, tentu dia ingin menguatkan anaknya. Diusap punggung Julia begitu mereka keluar dari ruang sidang, berharap itu dapat membuat Julia sedikit tabah. Penolakan yang pada akhirnya diterima Herin, Julia enggan menerima perlakuan Ibunya. “Tidak usah mengusap punggung ku, aku kesal!” ucap Julia marah.
Read more

BAB 126

“Kau tidak buruk seperti yang sedang kau pikirkan tentang dirimu sendiri. Kau selalu saja merendahkan diri mu, padahal kau tahu kau jauh lebih baik daripada mereka semua. Hanya karena Tuhan memberikan satu jari lebih padamu, kau merasa dirimu sangat bodoh dan buruk?” tanya Edward, dengan jelas dia menunjukkan ekspresi wajahnya yang kecewa. “Bagiku, kau adalah bentuk dari kesempurnaan, kau tidak kurang apapun bagiku dan juga Ron.”Alenta menggigit bibir bawahnya, ucapan Edward barusan benar-benar sangat mengharukan. Dia tidak pernah mendengar kalimat itu sebelumnya, itu membuat matanya memerah menahan tangis. Melihat istrinya tak bisa berkata-kata, segera Edward memeluk tubuh kurus Alenta. Beberapa kali kecupan diberikan Edward kepada dahi Alenta. “Percaya dirilah, kau cantik, kau baik, dan kau sempurna. Tidak perlu mendengarkan ucapan orang lain, aku dan Ron akan selalu ada untukmu.” ucapan Edward barusan membuat air mata yang sempat tertahan t
Read more

BAB 127

“Kau siapa?” tanya Julia. Gadis cantik yang baru saja keluar dari ruang tengah, berjalan ke depan karena ingin melihat Michael yang terlalu lama melihat siapa tamu yang datang. Gadis itu menatap Michael dan Julia secara bergantian, dia tak terlihat bersalah sementara Julia terus menatapnya dengan tatapan menyelidik membuat gadis itu bingung. “Kau yang siapa, kenapa masuk ke apartemen Michael?” tanya gadis itu kembali, dia kini benar-benar bingung dan mulai berpikir buruk terhadap Michael. Tak ingin terjadi perdebatan, Michael mencoba untuk menjauhkan mereka berdua. “Olivia, kau lanjutkan saja apa yang sedang kau kerjakan tadi. Aku akan bicara dengannya,” ucap Michael, dia benar-benar berharap gadis bernama Olivia itu menjauh sejenak. Mendengar ucapan Michael, Olivia nampak kecewa. Namun, dia juga tidak bisa menolak ucapan Michael sehingga dia memutuskan untuk akan melanjutkan aktivitasnya tadi. “Kau siapa, aku ber
Read more

BAB 128

“Apa yang kau lakukan, Michael?” protes Olivia saat dia berhasil menghentikan ciuman bibir mereka. Michael benar-benar seperti orang yang sangat rakus, mencium bibir begitu penuh nafsu membuat Olivia merasa tidak nyaman. Mendengar pertanyaan dari Olivia, Michael tak mengatakan apapun. Matanya benar-benar tertuju pada wajah Olivia, dengan detail dia tengah menatap dengan dalam pada sepasang mata indah milik Olivia. Tangannya mengerat, membuat tubuh mereka semakin menempel hingga Olivia merasa sedikit sesak. “Aku tidak tahu mengapa situasi yang membuatku ingin melakukan sesuatu yang lain. Aku tidak yakin apakah ini terdorong dari perasaan takut, dan khawatir. Aku hanya, akan melakukan apa yang ingin aku lakukan saat ini.” ucap Michael, dia terlihat sangat serius dengan ucapannya. Hanya bisa mencoba untuk menjauhkan tubuhnya dari Michael, dia merasa saat ini Michael seperti sedang kehilangan kendali. Olivia tahu bena
Read more

BAB 129

Mendengar ucapan Herin, tentulah hati Alenta sakit. Namun, ia tidak merasa heran kalau Herin akan mengatakan hal semacam itu karena sudah biasa juga dilakukan oleh Herin kepada Alenta. Herin masih menatap Alenta, dia menunggu dengan harapan bahwa Alenta akan memenuhi harapannya tersebut. Alenta tersenyum kelu, ingin sekali melampiaskan kekecewaan dan juga rasa kesal kepada wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu. Akan tetapi, Alenta merasa itu tidak pantas untuk dia lakukan. “Ibu, lagi-lagi Ibu meminta sesuatu untuk kebaikan Kak Julia.” ucap Alenta dengan jelas memperlihatkan ekspresi wajah yang kecewa. “Sebenarnya, mau sampai kapan Ibu seperti itu? Kalaupun Ibu memang tidak menyayangiku sama sekali, tidak bisa kah Ibu tidak menyakiti hatiku?” Alenta jelas menunjukkan sebuah tekanan kepada Herin. Kali ini, Alenta tidak ingin mengalah untuk hal apapun. Edward mengatakan kepadanya, semua orang berhak mendapatkan apa yang
Read more

BAB 130

“Lain kali, tidak usah keluar dari rumah kalau sudah tahu ada anggota keluargamu. Bukanya ingin memaksamu memutuskan hubungan keluarga dengan mereka, hanya saja kau akan terus tidak dihargai karena mereka hanya menganggap mu keluarga saat kau mau diperalat oleh mereka.” ucap Edward, jelas dia benci mendengar kabar bahwa Alenta menangis saat berbicara dengan ibunya. Pesan itu dikirimkan oleh penjaga pintu gerbang, kemudian mereka melakukan panggilan telepon dan penjaga gerbang menceritakan pembicaraan apa yang membuat Alenta sampai menangis. Mendengar peringatan dari Edward, Alenta tertunduk lesu. Jemari tangannya saling bertautan, dia sendiri tidak menyangka kalau pada akhirnya dia akan berbicara panjang lebar seperti itu, bahkan sampai menangis. Sebenarnya, masih ada begitu banyak hal yang ingin dia sampaikan kepada Alenta. Tapi, melihat Alenta yang hanya tertunduk sejak tadi memandangi jemarinya, Edward menjadi tidak tega. Segera d
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
35
DMCA.com Protection Status