Home / Pernikahan / Istri Sementara untuk Kakak Ipar / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 141 - Chapter 150

347 Chapters

BAB 141

Edward tersenyum menatap layar ponselnya, ada begitu banyak fotonya bersama dengan Alenta, dan juga Ron. Tak pernah ada dalam pikirannya bahwa masa seperti ini akan ada dalam hidupnya, sungguh ini terlalu membahagiakan!“Kau benar-benar terlihat sangat cantik saat tersenyum seperti ini, Sayang.” ucap Edward yang beberapa kali zoom foto Alenta, memperhatikan dengan detail wajah wanitanya itu. Sejenak Edward menoleh, dia kembali tersenyum kala mendapati Alenta tengah tertidur lelap, sementara Ron juga berada di pangkuan Alenta tertidur lelap pula. Tidak berani Edward mengambil Ron dari pangkuan ibunya, sudah bisa dipastikan kalau nanti Ron akan menangis dan mengamuk. “Kenapa mereka begitu sangat lucu?” gumam Edward pelan. Tidak ingin menyia-nyiakan momen tersebut, Edward menekan tombol kamera pada ponselnya, lalu memotret Alenta, dan juga Ron dalam posisi mereka saat itu. potret kedua, Edward mengarahkan kamera itu dan mengambil posisi agar wajahnya juga bisa bergabung dengan Alent
Read more

BAB 142

“Lama tidak berjumpa, Edward.” ucap Veronica yang membuat degup jantung Edward seperti ingin meledak saja. Senyum yang indah selalu saja tak berubah, seperti itu lah Veronica.Edward menggelengkan kepalanya, membuang nafasnya mengingat dia memiliki Elea, Ron, dan juga Alenta. Tidak perlu mencari masalah lagi, dia akan berusaha hanya fokus dengan keluarganya. Tapi, Veronica itu....“Ah, iya. Lama tidak berjumpa, senang melihatmu baik-baik saja. Aku harus menjemput putriku, maaf harus pergi sekarang.” ucap Edward dengan segera melangkahkan kakinya. Tak lagi ingin mengatakan apapun, Veronica hanya menatap punggung Edward yang semakin menjauh darinya. Dadanya terasa penuh, sesak, dan nyeri itulah kenapa dia hanya bisa memegangi dadanya sedang sorot mata pilu itu terus terarahkan kepada Edward. Sampai Edward tak terlihat lagi oleh matanya, Veronica menyenderkan tubuhnya pada dinding rumah sakit. Air matanya jatuh, ada ke
Read more

BAB 143

“Maaf, Edward.” ucap Veronica, wajahnya terlihat jelas tidak enak hati. “Aku sebelumnya tidak menyangka bahwa perusahaan ini ternyata kau adalah presdirnya. Tadinya, begitu tahu aku ingin langsung mundur karena jelas tidak akan nyaman untuk kita berdua. Tapi, mengingat aku juga sangat membutuhkan uang, aku akan berusaha untuk profesional, menyampingkan apa yang pernah terjadi di masa lalu.” Edward terdiam, matanya masih terus menatap wajah Veronica, namun apa yang sedang dipikirkan oleh Edward tengah kacau saat ini. “Tolong.... Aku Mohon lihat saja kinerjaku, aku rasa performaku cukup untuk bisa menduduki sekretaris pribadi mu, maksudnya, sekretarisnya anda, Presdir Edward.” timpal Veronica, dia berharap benar Edward tak berfokus dengan masa lalu, hanya melihat dirinya yang sekarang ini saja. Pada akhirnya, Edward benar-benar kebingungan sendiri. Saat ini, Dia sangat membutuhkan sekretaris yang bisa membantunya mengerjakan pekerjaan yang setia
Read more

BAB 144

“Kak, lihat pengecas ponselku, tidak?” tanya Alenta saat melihat Edward duduk di atas tempat tidur namun terlihat melamun. Padahal, Alenta sudah sibuk mencari pengecas ponselnya karena ponselnya sudah mulai kehabisan baterai. Dahi Alenta mengerut, Ini pertama kalinya Edward tidak menyahut saat dia menanyakan sesuatu. Lebih tepatnya, Edward tengah melamun sampai-sampai tak mendengar apa yang diucapkan oleh Alenta. “Kak,” panggil lagi Alenta, tapi Edward masih diam saja. “Kak Edward!” Suara Alenta meninggi. Edward terkejut, dia pun segera menatap Alenta yang kini tengah menatapnya dengan tatapan bingung. “Ah, iya, sayang? Kenapa?” Edward bangkit dari tempat tidurnya, berjalan, dan mendekati Alenta yang masih saja menetap ke arahnya dengan tatapannya terlihat bingung dan kesal. “Tadi Kau bilang apa?”Alenta menghela nafasnya, dia benar-benar kesal tapi juga sadar tidak bisa mengekspresikan kekesalan itu hanya karena Edward melamun, dan t
Read more

BAB 145

“Anda benar-benar hebat dalam memilih sekretaris, Tuan Edward. Sekretaris anda benar-benar sangat kompeten, teliti, detail, dan yang paling aku suka adalah sopan, tegas, dan tepat waktu.” Puji mitra bisnis Edward kala rapat penting mereka selesai dibicarakan. Veronica tersenyum dengan begitu sopan, “Anda berlebihan sekali dalam memuji, Tuan. Semua itu karena Presdir Edward, beliau memberikan motifasi untuk saya sehingga keinginan untuk menjadi lebih baik tumbuh setiap harinya.” ujar Veronica. Mendengar hal itu, Edward hanya bisa tersenyum, dan sedikit berbasa-basi saja. “Anda benar, dia kompeten, dan sangat membantu. Terimakasih banyak, kedepannya semoga saja kita bisa terus memperlakukan satu sama lain dengan baik, dan sopan. Terutama, saya berharap kerja sama bisnis kita berjalan lama.”Mitra bisnis Edward menganggukkan kepalanya, setuju benar dengan apa yang diucapkan oleh Edward. Veronica masih tersenyum, dia tidak mengatakan apapun lagi ka
Read more

BAB 146

Edward kembali ke rumah dengan perasaan yang begitu amburadul. Membuka pintu rumah, langsung masuk ke dalam kamar, dan mengambil posisi tidur meski sebenarnya dia tidak bisa tidur sama sekali. Menyadari Edward kembali ke rumah tanpa membangunkannya, Alenta benar-benar bingung. Sebenarnya, saat sudah pukul 11 malam tadi, Alenta terus menghubungi Edward karena tidak biasanya Edward belum kembali ke rumah padahal sudah semalam itu. Namun, jangankan membalas pesan dari Alenta, bahkan menerima panggilan telepon juga tidak. “Kak Edward benar-benar langsung tidur?” tanya Alenta dengan nada bicaranya yang pelan.Edward mendengar Alenta berbicara padanya, namun perasaan yang sedang kalut, dan bimbang itu membuat Edward memutuskan untuk berpura-pura tidur saja. Melihat perubahan suaminya yang semakin jelas beberapa waktu terakhir ini, Alenta benar-benar merasa begitu tidak tenang. “Tidak mungkin Kak Edward seperti ini hanya
Read more

BAB 147

“Bahkan, jika memang benar kau masih memperdulikanku sama seperti dulu, semua sudah tidak akan ada artinya lagi, bukan?” ujar Veronica pilu, menyadari jika tidak ada yang bisa dilakukan mengingat hubungannya dengan Edward sulit untuk bisa pulih seperti dulu lagi. Edward memiliki keluarga yang mana itu akan menjadi pertimbangan tersendiri untuknya. Benar, Veronica memang memiliki keinginan untuk kembali hidup bersama dengan Edward, saling mencintai satu sama lain seperti sebelumnya. Usaha yang harus dilakukan oleh Veronica tentu saja tidak main-main jika ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. mendengar apa yang diucapkan oleh Veronica, Edward seketika kehilangan kata. “Apakah sikapku kepada Veronika memiliki kesan semacam itu?” batin Edward. “Edward, bolehkah aku jujur padamu sekarang bahwa aku sangat takut?” ucap Veronica, tubuhnya sedikit gemetar persis seperti ketakutan yang dia rasakan. “Aku takut mati dengan cepat, takut tidak
Read more

BAB 148

Mereka berempat kini berada di sebuah pantai. Ron dan Elea nampak semakin akur, membuat Edward tak berhenti tersenyum senang melihatnya. Namun, tak ada senyum yang ditunjukkan oleh Alenta sama sekali. Sejak tadi fokusnya selalu tertuju dan mencoba menebak siapa pemilik lipstik yang ada di dalam mobil Edward. Menyadari Alenta tak terlihat bahagia sama sekali, Edward jadi merasa bingung. Sejenak dia mencoba memperhatikan wajah Alenta, namun dia tidak bisa menebak apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Alenta. “Apa pantai terasa membosankan untukmu?” tanya Edward. Menoleh, menatap wajah Edward begitu Alenta mendengar pertanyaan dari Edward, lantas memberikan jawaban, “Kak Edward, sebelumnya aku sangat menyukai pantai. Namun, aku tidak tahu bahwa tempat kesukaan ku bahkan tidak bisa membuat hatiku merasa bahagia.” Alenta mengalihkan pandangannya untuk menatap ombak yang datang silih berganti. Mendengar ucapan Alenta, Edward semakin y
Read more

BAB 149

Edward berangkat ke kantor lebih pagi dari pada biasanya. Sengaja melakukan itu, Edward agak tidak nyaman dengan Alenta yang selalu menunjukkan ekspresi wajahnya yang dingin belakangan ini. Sudah mencoba untuk mendekatinya, meluluhkan hatinya, dan juga merayunya, tapi usaha Edward gagal. Ah, semalam dia juga sudah meminta maaf. “Tidak perlu meminta maaf. Aku pikir, tidak ada yang membuat kesalahan, santai saja!”Jawaban dari Alenta itu benar-benar membuat Edward gelisah, makan pun jadi tidak nyaman. Alenta sedang kesal karena sesuatu, atau Alenta sedang sengaja melakukan itu supaya Edward kesal sehingga bisa segera mengakhiri hubungan mereka?Frustasi sekali memikirkannya, tapi jika benar artinya Alenta sudah mulai tidak mencintainya lagi?“Kalau Alenta mengajukan perlindungan kepada negara, tentu saja aku tidak bisa menahannya lagi mengingat pernikahan kami belum tercatat pada catatan negara. Aku harus segera mendaf
Read more

BAB 150

“Pergi keluar kenapa tidak memberitahu?” tanya Edward yang saat ini sudah berada di hadapan Alenta. “Yah, Ayah!” panggil Ron.Mendengar Ron memanggilnya, segera Edward meraih tubuh Ron, dan menggendongnya. Elea juga nampak ingin di gendong, tapi Edward hanya bisa mengusap kepala Elea karena tidak bisa sembarangan dengan tubuh Elea. Alenta memusatkan matanya untuk menatap Veronica yang juga tengah menatapnya. Tidak mengetahui pikiran satu sama lain, yang jelas mereka tentu tidak nyaman. “Kalian sudah mau pulang, atau masih mau belanja lagi?” tanya Edward, menatap Alenta. Alenta sejenak memalingkan tatapan matanya dari Veronica. “Apa sebaiknya kami pulang sekarang, Kak Edward?”Edward terdiam sejenak, masih bingung dengan sikap Alenta yang semakin tidak bisa ditebak. “Aku hanya bertanya, Alenta.” Ujar Edward yang membuat Alenta terkekeh. “Mau aku temani belanja?” Ungkap Edward berharap cara itu dapat membuat
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
35
DMCA.com Protection Status