Share

BAB 149

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Edward berangkat ke kantor lebih pagi dari pada biasanya. Sengaja melakukan itu, Edward agak tidak nyaman dengan Alenta yang selalu menunjukkan ekspresi wajahnya yang dingin belakangan ini.

Sudah mencoba untuk mendekatinya, meluluhkan hatinya, dan juga merayunya, tapi usaha Edward gagal.

Ah, semalam dia juga sudah meminta maaf.

“Tidak perlu meminta maaf. Aku pikir, tidak ada yang membuat kesalahan, santai saja!”

Jawaban dari Alenta itu benar-benar membuat Edward gelisah, makan pun jadi tidak nyaman.

Alenta sedang kesal karena sesuatu, atau Alenta sedang sengaja melakukan itu supaya Edward kesal sehingga bisa segera mengakhiri hubungan mereka?

Frustasi sekali memikirkannya, tapi jika benar artinya Alenta sudah mulai tidak mencintainya lagi?

“Kalau Alenta mengajukan perlindungan kepada negara, tentu saja aku tidak bisa menahannya lagi mengingat pernikahan kami belum tercatat pada catatan negara. Aku harus segera mendaf
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Imma Rush
ayo alenta pergi yang jauh biar Edward kapok dan gak plin plan jadi laki
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
hmmm jk sy jd alenta jg ragu lah.... g ada prtemanan mantan yg msh suka sm kita edward... km dah cukup tua utk bodoh. km mbuka pintu lebar2 sm mantan utk dekatin km.... dn km yg gamang dg prnyataan mantan... wanita it kpekaanny super...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 150

    “Pergi keluar kenapa tidak memberitahu?” tanya Edward yang saat ini sudah berada di hadapan Alenta. “Yah, Ayah!” panggil Ron.Mendengar Ron memanggilnya, segera Edward meraih tubuh Ron, dan menggendongnya. Elea juga nampak ingin di gendong, tapi Edward hanya bisa mengusap kepala Elea karena tidak bisa sembarangan dengan tubuh Elea. Alenta memusatkan matanya untuk menatap Veronica yang juga tengah menatapnya. Tidak mengetahui pikiran satu sama lain, yang jelas mereka tentu tidak nyaman. “Kalian sudah mau pulang, atau masih mau belanja lagi?” tanya Edward, menatap Alenta. Alenta sejenak memalingkan tatapan matanya dari Veronica. “Apa sebaiknya kami pulang sekarang, Kak Edward?”Edward terdiam sejenak, masih bingung dengan sikap Alenta yang semakin tidak bisa ditebak. “Aku hanya bertanya, Alenta.” Ujar Edward yang membuat Alenta terkekeh. “Mau aku temani belanja?” Ungkap Edward berharap cara itu dapat membuat

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 151

    “Alenta!” Kesal Edward tanpa sadar membuat Ron yang ada di belakang terkejut dan menangis. Segera Alenta menenangkan Ron, memutar tubuhnya, dan menatap dengan penuh perhatian. “Hei, Sayang, tidak apa-apa. Ayah cuma tidak sengaja, dia tidak sedang marah, oke?”Merasa menyesal sudah berteriak keras kepada Alenta, namun Edward juga tidak tahu harus bagaimana lagi mengekspresikan kekesalan yang dia rasakan terhadap Alenta. Tidak ada niatnya untuk memisahkan Alenta dengan Ron, dia tidak kepikiran juga untuk berpisah dengan Alenta. Kebimbangan sesaat yang dia rasakan dia berharap Alenta memaklumi dan memahaminya. Semua jelas membingungkan, namun Alenta membuatnya lebih bingung lagi. Ron sudah mulai tenang, maka itu Edward kembali berbicara. Kali ini, dia akan berhati-hati dan jangan sampai Ron menangis lagi. “Pikiranmu terlalu jauh berkelana, Alenta. Aku juga tidak lupa bahwa kau dan Ron adalah bagian hidupku.” ungkap Ed

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 152

    Edward memutuskan untuk tidak lagi terus membahas soal Veronica, Dia pikir akan lebih baik Kalau untuk sementara waktu ini dia, dan juga Alenta sama-sama merenungkan diri. Selama berada di dalam rumah, Edward memutuskan untuk berperilaku seperti biasanya di hadapan Ron dan juga Elea. Saat hanya berdua saja di dalam kamar bersama dengan Alenta, dia memilih untuk tidak banyak berinteraksi. Tidak juga ingin mempermasalahkan hal itu, Alenta merasa begitu lebih baik daripada dia harus mengemis perasaan kepada Edward. Hubungan jelas tidak akan terjalin baik jika salah satunya menjadi pemohon, sementara yang satunya masih dalam keadaan yang bimbang. “Besok hari ulang tahun pernikahan Ayah dan Ibuku, kau mau ikut datang?” tanya Edward. Dia tidak ingin asal memaksa Alenta, tahu benar bagaimana sikap kedua orang tuanya yang tidak baik. “Kalau mau ikut, saat aku pulang kantor kau sudah siap, ya.”Alenta jelas mendengar ucapan Edward de

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 153

    Edward terbangun dari tidurnya yang dalam keadaan duduk, sementara kepalanya menyandar pada pinggiran brankar rumah sakit di mana Veronica berada. Setelah mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuk yang tersisa, melihat jam pada pergelangan tangan. Pukul 01:12, jelas sekarang Alenta dan juga anak-anaknya sudah tertidur. Perasaan bersalah yang ia rasakan semakin besar. Kembali melihat wajah Veronica yang kini tertidur pulas, pada akhirnya Edward memutuskan untuk meninggalkan Veronica yang sepertinya sudah dalam keadaan baik-baik saja. Begitu keluar dari ruangan perawatan, Edward mulai bingung memikirkan alasan apa yang akan dia gunakan untuk membuat Alenta tenang?Dibuangnya nafas yang terasa berat. Entah mengapa semua jadi berakhir sangat diluar kedali. 45 menit setelah menempuh perjalanan, akhirnya Edward sampai di rumah. Dengan langkah berat dan lunglai, Edward menuju ke kamarnya. Membeku untuk bebera

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 154

    Brak!Edward masuk ke dalam mobilnya dengan membanting pintu mobil secara kasar. Kurang puas hanya dengan itu karena merasa kemarahannya tak terlampiaskan, Edward memukul setir kemudinya beberapa kali sampai punggung tangannya terluka. Bugh! Bugh! Bugh!“Ah, sial!” Kesal Edward, ternyata itu pun tak membuat kekesalannya berkurang.Sudah cukup siang untuk orang yang bekerja seperti dirinya, Edward melajukan mobilnya masih dengan perasaan yang digelayuti kemarahan. Sesampainya di kantor, Edward terkejut melihat Veronica yang sudah berada di ruangan untuk merapikan meja tempatnya bekerja. “Apa-apaan kau ini, Veronica?” ucap Edward yang merasa keberatan melihat Veronica sudah bekerja padahal kemarin sore nampak seperti sedang kritis. Veronica tersenyum lebar, dia ingin menunjukkan kepada Edward bahwa dia saat ini dalam keadaan baik-baik saja. “Sudah tidak ada rasa sakit lagi yang saya rasakan, Presdir Edward. Maka itu, t

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 155

    “Kau bukan cuma kasihan, Kak Edward. Aku melihat penyesalan yang begitu dalam di mata mu, kau seperti terus membisikkan pada dirimu sendiri, andai saja waktu bisa diulang lagi, mungkin tidak seperti ini hubungan kalian berakhir.”Edward membuka matanya saat kata-kata Alenta itu terlintas di kepalanya. Bibirnya sedikit menempel dengan bibir Veronica, di saat itulah Edward mendorong tubuh Veronica untuk menjauh darinya. Memalingkan wajah, Edward tidak ingin menatap Veronica saat ini. Tangannya menahan tubuh Veronica dengan mencengkeram kedua sisi lengannya. “Bangkitlah, Veronica!” Titah Edward.Melihat penolakan yang diberikan oleh Edward padanya, mencelos sudah hatinya. Perasaan kecewa yang dirasakan Veronica semakin menjadi-jadi, dia semakin tidak ingin kehilangan Edward yang sangat ia inginkan. “Edward, Aku benar-benar tidak tahu bahwa pada akhirnya aku akan kehilangan kendali, sulit bagiku membendung perasaan yang

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 156

    “Apa yang kau lakukan kepada Veronica, Alenta!” protes Edward tanpa sadar karena dia panik melihat Veronica terjatuh di lantai. Mengingat kondisi Veronica yang tidak baik, Edward takut terjadi sesuatu yang mana juga akan membuat Alenta terkena masalah. Edward langsung membantu Veronica untuk bangkit, menahan kedua lengan Veronica agar wanita itu bisa berdiri dengan benar. Alenta hanya bisa terdiam, sepasang matanya harus menyaksikan apa yang tidak ingin dia lihat, lidahnya tentu menjadi kelu. “Mohon Jangan menyalahkan Nyonya Alenta, Presdir. Saya tidak sengaja terjatuh sendiri, Nyonya Alenta tidak membuat kesalahan.” ucap Veronica, dia membuat kesan Alenta buruk di balik pembelaannya.Tersadar tangannya masih menahan lengan Veronica, Edward dengan segera menjauhkan setelah memastikan Veronica bisa berdiri dengan benar. “Aku sudah menjelaskan bahwa Veronica dalam keadaan sakit padamu, bukan? Kenapa kau masih membuatnya terjat

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 157

    Edward kembali ke rumah sekitar pukul 18.00 sore. Keadaan rumah benar-benar sunyi, sungguh tidak seperti biasanya.Hanya ada pelayan rumah yang menyambut kedatangan Edward, sementara perawat juga ada di dapur tengah menyiapkan obat untuk Elea. Sesampainya di kamar, Edward tak mendapati Alenta membuatnya mulai bertanya-tanya di mana keberadaan wanitanya itu. Segera merapikan dirinya, langsung mencari keberadaan Alenta begitu dia sudah selesai. Kamar anak-anak, mencoba untuk datang ke kamar Ron lebih dulu. Namun, tidak ada Alenta atau siapapun di dalam sana. Lanjut, Edward mendatangi kamar Elea, barulah dia mendapatkan keberadaan Alenta, Ron, dan juga Elea. Alenta tengah duduk di atas tempat tidur, di antara kedua anaknya, memegang sebuah buku cerita untuk mendongeng kedua anaknya. Menyadari kedatangan Edward, Alenta mengabaikan saja. Ron dan Elea kompak melekatkan tubuh mereka, memeluk Alenta karena Ayahny

Bab terbaru

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 347

    “Pendonoran sumsum tulang belakang 7 bulan yang lalu dinyatakan sukses, Tuan dan Nyonya.” ucap dokter yang selama ini menjadi dokter yang merawat Johnson. Aruna menangis haru, segera Ron memeluk bahagia istrinya itu. Edward juga langsung memeluk Alenta yang menangis haru, begitu juga dengan kedua orang tua Aruna yang ada di sana. Violet menyeka air matanya, Reiner mengusap kepalanya dengan lembut, lalu merangkulnya. Ada Arabella di gendongan Reiner yang tertidur pulas sejak tadi. “Tapi, untuk mengantisipasi kemungkinan dan bahkan selalu ada, di saat kelahiran bayi kedua anda nanti, pastikan untuk menyimpan darah tali pusat di rumah sakit, Nyonya dan Tuan.” saran dari Dokter itu. Aruna dan Ron menganggukkan kepalanya, dan akhirnya anggota keluarga besar saling berpelukan erat. Walaupun memang benar kemungkinan terburuk selalu ada, s

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 346

    Anara menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, matanya menatap benda mungil yang menjadi bagian dari kebahagiaannya. Alat penguji kehamilan yang menyatakan bahwa Aruna tengah hamil. “Ini benar-benar nyata, kan?” tanya Aruna, air matanya sudah mulai mengembung di pelupuk matanya. Padahal, 3 Minggu bersama Ron artinya pun dia sudah melewati 1 Minggu masa datang bulannya. Hanya saja, Aruna cukup stres dengan apa yang terjadi sekarang. Fokusnya benar-benar tertuju kepada Johnson, sampai dia tidak ada waktu untuk memikirkan yang lainnya. Tes! Jatuh sudah air mata Aruna, dia merasa bahagia karena bisa mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi kepada Johnson. Mengenai donor sum-sum tulang belakang yang dijalani Ron dan Johnson beberapa waktu sebelumnya jelas

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 345

    Ron merasakan denyut jantungnya yang berpacu kencang saat ruangan operasi dihiasi dengan suara bip mesin monitor yang terus menerus. Tangan Johnson yang lemah terkulai di samping tubuhnya, pucat dan tidak berdaya. Mata Ron berkaca-kaca saat dia menatap putranya yang terbaring tak sadarkan diri, berharap dan berdoa dalam diam bahwa semua ini akan membawa keajaiban untuk kesembuhan Johnson. “Johnson, sembuh lah....” Harap Ron di dalam hati, “jika menunggu adikmu terlalu lama, maka sembuhlah dengan cara ini, Ayah mohon. Ibumu pasti akan sangat menderita jika terjadi sesuatu padamu, berjuanglah terus, ya....” Dokter yang berpengalaman itu mengenakan sarung tangan sterilnya, seraya memeriksa kembali alat-alat medis yang telah disiapkan. Ron, dengan keberanian yang dipaksakan, berbaring di sisi lain ruangan yang sama, siap untuk mendonorkan sumsum tulang bela

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 344

    “Maafkan aku, tapi semua ini terjadi juga di luar dugaan ku, James.” ucap Aruna jujur, berharap kejujurannya itu dapat dirasakan oleh pria itu. “Aku pikir, aku akan memulai hidup baru bersama Johnson dan kedua orang tuaku saja. Tapi, Johnson mengalami sakit yang benar-benar tidak ada dalam rencana ku, leukimia.” Mendengar itu, James pun terkejut, lupa untuk bernafas hingga beberapa saat. “Leukimia?” James benar-benar lemas, tidak menyangka kalau Johnson akan memiliki sakit mengerikan itu di usianya yang masih begitu kecil. “Kau benar-benar tidak sedang membohongiku, kan? Mana mungkin Johnson sakit seperti itu? Jangan bilang, kau cuma mengada ada supaya bisa menjalin hubungan dengan Ron lagi, Aruna,” harap James. Mendengar itu, jatuh sudah air mata Aruna. Ron, pria itu benar-benar seperti tidak tahu harus mengatakan apa. Jika membuat kebohongan seperti itu sangatlah mudah, maka

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 343

    Aruna benar-benar menyuapkan makanan ke mulutnya Ron. “Makanlah....” Ron, pria itu benar-benar kehabisan kata-kata, padahal sudah bukan hanya satu atau dua kali dia menolak, dan meminta Aruna untuk fokus makan sendiri saja. Masih memangku laptop, pada akhirnya Ron membuka mulutnya, menerima suapan makanan dari Aruna. Nyut!!!! Nyeri, sungguh nyeri sekali dadanya. Kenapa begitu sakit? Ron seperti mendapatkan balasan dari luka yang dia berikan kepada Aruna, tertampar oleh fakta yang ada. Andai saja luka itu tidak pernah tertoreh, mungkinkah hubungan mereka akan lebih jujur dan diliputi kelegaan? Mata Ron memerah, pelupuknya sudah mulai dipenuhi dengan air mata. Melihat itu, Aruna menjadi bingung. Tidak ad

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 342

    Mendengar permintaan maaf yang diucapkan oleh Ron, Aruna pun terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa. Tidak menyangka kalau pria yang dulu begitu angkuh dan juga arogan bisa mengucapkan kata ‘maaf’ namun dengan ekspresi yang begitu tulus. Tes! Tanpa sadar air mata Aruna terjatuh, luka yang seolah sudah sedikit sembuh kini terasa kembali. Semua rasa sakit yang diberikan oleh Ron kembali teringat olehnya. Melihat Aruna meneteskan air mata tanpa kata, Ron benar-benar semakin merasa bersalah. Dia seperti tengah menghianati dirinya sendiri, padahal menyakiti wanita bukanlah sesuatu yang biasa untuk dia lakukan. “Maaf, itu pasti sangat menyakitkan untukmu, bukan? Maaf, aku sungguh meminta maaf untuk apa yang terjadi, dan apa yang sudah aku lakukan padamu, Aruna.” Suara R

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 341

    Ron merasakan beratnya kelopak matanya saat dia mengedipkan mata beberapa kali, mencoba untuk sepenuhnya terjaga. “Sudah mulai sore rupanya,” batin Ron. Ruangan itu dipenuhi oleh sinar sore yang menembus tirai, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang bergerak pelan di dinding. Aruna, di sisi lain tempat tidur, tampak begitu damai dalam tidurnya. Rambutnya yang panjang terhampar di bantal, wajahnya tenang meski terlihat ada sedikit kelelahan yang tersisa. “Biarkan saja deh dia lanjut tidur,” gumam Ron. Dengan hati-hati, Ron menyelinap keluar dari selimut dan perlahan-lahan beranjak dari tempat tidur. Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Mereka telah terlewat makan siang, tetapi Ron tahu bahwa Aruna membutuhkan istirahat ini lebih dari apapun. Dengan langkah yang hampir tidak terdengar, d

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 340

    Ron dan Aruna memutuskan untuk kembali ke rumah, sementara itu Edward dan Alenta tengah menemani Johnson. Sudah 2 hari full Ron dan Aruna di rumah sakit, walaupun ada saatnya Ron meninggalkan Aruna karena ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Sesampainya di rumah, Mereka langsung masuk ke kamar. “Kau istirahat saja dulu, aku akan pergi ke luar sebentar. Ada yang harus aku kerjakan, mungkin cuma 1 jam saja.” ucap Ron, langsung mendapatkan anggukan setuju dari Aruna. Bergegas Ron mengganti pakaiannya, dia akan bertemu dengan Ben di kantor cabang karena dia beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Ron. Sejenak meninggalkan Aruna, Ron menyelesaikan pekerjaannya secepat yang dia bisa. Selama dua hari di rumah sakit, Ron juga tidak bisa tidur nyenyak sama sekali. Johnson selalu menangis, lebih cengeng dari biasanya. Mungk

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 339

    “Kamila, aku mengatakan kepada suamiku untuk membiarkan kau bekerja di perusahaannya karena aku merasa kasihan padamu. Padahal, bagian personalia mengatakan kau tidak dibutuhkan di perusahaan itu.” ujar Violet, tersenyum tak peduli kalau ucapannya barusan sangat tidak nyaman untuk Kamila dengar. Kamila menggigit bibir bawahnya, campur aduk perasaan. Dia tidak menyangka kalau Violet mengetahui banyak hal, namun memilih untuk tidak mengatakan apapun. “Sebenarnya, seberapa banyak hal yang tidak kau katakan padaku, Violet?” tanya Kamila, kali ini dia benar-benar terlihat emosi. Merasa dikhianati, namun sadar pula dia tidak berhak untuk menunjukkan secara jelas kemarahannya. Mendengar pertanyaan dari Kamila, sontak saja sorot mata Violet terarahkan padanya, “Kau sungguh ingin tahu?” Violet mendekati Kamila, “Hampir semua aku tahu, Kamila. Niat mu datang ke apartemen ku, dan kau y

DMCA.com Protection Status