Home / Pernikahan / Istri Sementara untuk Kakak Ipar / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 151 - Chapter 160

347 Chapters

BAB 151

“Alenta!” Kesal Edward tanpa sadar membuat Ron yang ada di belakang terkejut dan menangis. Segera Alenta menenangkan Ron, memutar tubuhnya, dan menatap dengan penuh perhatian. “Hei, Sayang, tidak apa-apa. Ayah cuma tidak sengaja, dia tidak sedang marah, oke?”Merasa menyesal sudah berteriak keras kepada Alenta, namun Edward juga tidak tahu harus bagaimana lagi mengekspresikan kekesalan yang dia rasakan terhadap Alenta. Tidak ada niatnya untuk memisahkan Alenta dengan Ron, dia tidak kepikiran juga untuk berpisah dengan Alenta. Kebimbangan sesaat yang dia rasakan dia berharap Alenta memaklumi dan memahaminya. Semua jelas membingungkan, namun Alenta membuatnya lebih bingung lagi. Ron sudah mulai tenang, maka itu Edward kembali berbicara. Kali ini, dia akan berhati-hati dan jangan sampai Ron menangis lagi. “Pikiranmu terlalu jauh berkelana, Alenta. Aku juga tidak lupa bahwa kau dan Ron adalah bagian hidupku.” ungkap Ed
Read more

BAB 152

Edward memutuskan untuk tidak lagi terus membahas soal Veronica, Dia pikir akan lebih baik Kalau untuk sementara waktu ini dia, dan juga Alenta sama-sama merenungkan diri. Selama berada di dalam rumah, Edward memutuskan untuk berperilaku seperti biasanya di hadapan Ron dan juga Elea. Saat hanya berdua saja di dalam kamar bersama dengan Alenta, dia memilih untuk tidak banyak berinteraksi. Tidak juga ingin mempermasalahkan hal itu, Alenta merasa begitu lebih baik daripada dia harus mengemis perasaan kepada Edward. Hubungan jelas tidak akan terjalin baik jika salah satunya menjadi pemohon, sementara yang satunya masih dalam keadaan yang bimbang. “Besok hari ulang tahun pernikahan Ayah dan Ibuku, kau mau ikut datang?” tanya Edward. Dia tidak ingin asal memaksa Alenta, tahu benar bagaimana sikap kedua orang tuanya yang tidak baik. “Kalau mau ikut, saat aku pulang kantor kau sudah siap, ya.”Alenta jelas mendengar ucapan Edward de
Read more

BAB 153

Edward terbangun dari tidurnya yang dalam keadaan duduk, sementara kepalanya menyandar pada pinggiran brankar rumah sakit di mana Veronica berada. Setelah mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuk yang tersisa, melihat jam pada pergelangan tangan. Pukul 01:12, jelas sekarang Alenta dan juga anak-anaknya sudah tertidur. Perasaan bersalah yang ia rasakan semakin besar. Kembali melihat wajah Veronica yang kini tertidur pulas, pada akhirnya Edward memutuskan untuk meninggalkan Veronica yang sepertinya sudah dalam keadaan baik-baik saja. Begitu keluar dari ruangan perawatan, Edward mulai bingung memikirkan alasan apa yang akan dia gunakan untuk membuat Alenta tenang?Dibuangnya nafas yang terasa berat. Entah mengapa semua jadi berakhir sangat diluar kedali. 45 menit setelah menempuh perjalanan, akhirnya Edward sampai di rumah. Dengan langkah berat dan lunglai, Edward menuju ke kamarnya. Membeku untuk bebera
Read more

BAB 154

Brak!Edward masuk ke dalam mobilnya dengan membanting pintu mobil secara kasar. Kurang puas hanya dengan itu karena merasa kemarahannya tak terlampiaskan, Edward memukul setir kemudinya beberapa kali sampai punggung tangannya terluka. Bugh! Bugh! Bugh!“Ah, sial!” Kesal Edward, ternyata itu pun tak membuat kekesalannya berkurang.Sudah cukup siang untuk orang yang bekerja seperti dirinya, Edward melajukan mobilnya masih dengan perasaan yang digelayuti kemarahan. Sesampainya di kantor, Edward terkejut melihat Veronica yang sudah berada di ruangan untuk merapikan meja tempatnya bekerja. “Apa-apaan kau ini, Veronica?” ucap Edward yang merasa keberatan melihat Veronica sudah bekerja padahal kemarin sore nampak seperti sedang kritis. Veronica tersenyum lebar, dia ingin menunjukkan kepada Edward bahwa dia saat ini dalam keadaan baik-baik saja. “Sudah tidak ada rasa sakit lagi yang saya rasakan, Presdir Edward. Maka itu, t
Read more

BAB 155

“Kau bukan cuma kasihan, Kak Edward. Aku melihat penyesalan yang begitu dalam di mata mu, kau seperti terus membisikkan pada dirimu sendiri, andai saja waktu bisa diulang lagi, mungkin tidak seperti ini hubungan kalian berakhir.”Edward membuka matanya saat kata-kata Alenta itu terlintas di kepalanya. Bibirnya sedikit menempel dengan bibir Veronica, di saat itulah Edward mendorong tubuh Veronica untuk menjauh darinya. Memalingkan wajah, Edward tidak ingin menatap Veronica saat ini. Tangannya menahan tubuh Veronica dengan mencengkeram kedua sisi lengannya. “Bangkitlah, Veronica!” Titah Edward.Melihat penolakan yang diberikan oleh Edward padanya, mencelos sudah hatinya. Perasaan kecewa yang dirasakan Veronica semakin menjadi-jadi, dia semakin tidak ingin kehilangan Edward yang sangat ia inginkan. “Edward, Aku benar-benar tidak tahu bahwa pada akhirnya aku akan kehilangan kendali, sulit bagiku membendung perasaan yang
Read more

BAB 156

“Apa yang kau lakukan kepada Veronica, Alenta!” protes Edward tanpa sadar karena dia panik melihat Veronica terjatuh di lantai. Mengingat kondisi Veronica yang tidak baik, Edward takut terjadi sesuatu yang mana juga akan membuat Alenta terkena masalah. Edward langsung membantu Veronica untuk bangkit, menahan kedua lengan Veronica agar wanita itu bisa berdiri dengan benar. Alenta hanya bisa terdiam, sepasang matanya harus menyaksikan apa yang tidak ingin dia lihat, lidahnya tentu menjadi kelu. “Mohon Jangan menyalahkan Nyonya Alenta, Presdir. Saya tidak sengaja terjatuh sendiri, Nyonya Alenta tidak membuat kesalahan.” ucap Veronica, dia membuat kesan Alenta buruk di balik pembelaannya.Tersadar tangannya masih menahan lengan Veronica, Edward dengan segera menjauhkan setelah memastikan Veronica bisa berdiri dengan benar. “Aku sudah menjelaskan bahwa Veronica dalam keadaan sakit padamu, bukan? Kenapa kau masih membuatnya terjat
Read more

BAB 157

Edward kembali ke rumah sekitar pukul 18.00 sore. Keadaan rumah benar-benar sunyi, sungguh tidak seperti biasanya.Hanya ada pelayan rumah yang menyambut kedatangan Edward, sementara perawat juga ada di dapur tengah menyiapkan obat untuk Elea. Sesampainya di kamar, Edward tak mendapati Alenta membuatnya mulai bertanya-tanya di mana keberadaan wanitanya itu. Segera merapikan dirinya, langsung mencari keberadaan Alenta begitu dia sudah selesai. Kamar anak-anak, mencoba untuk datang ke kamar Ron lebih dulu. Namun, tidak ada Alenta atau siapapun di dalam sana. Lanjut, Edward mendatangi kamar Elea, barulah dia mendapatkan keberadaan Alenta, Ron, dan juga Elea. Alenta tengah duduk di atas tempat tidur, di antara kedua anaknya, memegang sebuah buku cerita untuk mendongeng kedua anaknya. Menyadari kedatangan Edward, Alenta mengabaikan saja. Ron dan Elea kompak melekatkan tubuh mereka, memeluk Alenta karena Ayahny
Read more

BAB 158

Edward duduk di ruang kerjanya dengan raut wajah penuh kebimbangan. Dia tahu keputusan yang akan diambilnya hari ini akan menyakitkan hati Veronica. Edward ingin menjaga hubungannya dengan Alenta dan tidak ingin ada kesalahpahaman lagi di antara mereka karena masa lalu yang pernah dijalin dengan Veronica.Dengan napas berat, Edward memanggil Veronica ke ruangannya. Veronica yang awalnya tersenyum lebar, seketika merasa sedikit ragu melihat ekspresi Edward yang begitu serius.“Selamat pagi, Presdir Edward. Adakah yang perlu saya kerjakan?” tanya Veronica ramah dan sopan seperti biasanya.Mendengar itu, Edward pun terdiam sejenak sebelum pada akhirnya dia mengatakan, “Duduklah dulu, ada hal yang harus aku bicarakan denganmu.” Tiba-tiba saja Veronica merasa gugup, ekspresi Edward sudah menjelaskan bahwa ada hal yang tidak baik kali ini, dan Veronica mulai merasa waspada.Sejenak Edward menghela nafas, bagaimanapun ingin
Read more

BAB 159

Alenta merenung seorang diri, duduk di atas ranjang tidur tanpa kehadiran Edward. Malam itu, dia benar-benar tidak bisa tidur. Tidak bisa bohong, dia menunggu kepulangan Edward. Namun, tidak juga pulang bahkan sampai matahari terbit, jam pada dinding menunjukkan pukul 7 pagi. Kekecewaan yang amat luar biasa itu semakin terasa di hatinya, setiap kali mengingat nama Edward saja dadanya seperti berdenyut nyeri. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Alenta dalam kebimbangan. Jelas, tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari Edward untuk bisa terus bertahan di rumah itu. Namun, kalaupun dia ingin pergi membawa Ron, bagaimana dengan Elea?Jelas, dia tidak akan pernah sanggup membayar biaya pengobatan Elea yang luar biasa mahalnya. Dokter khusus, obat terbaik, 2 perawat yang disewa Edward juga sangat fantastis bayarannya. “Ya Tuhan...” Keluh Alenta, menjambak rambutnya sendiri karena frustasi yang dia rasak
Read more

BAB 160

Edward membuka pintu rumah pada pukul 11 siang, hati-hati mempersiapkan diri untuk menjelaskan kepada Alenta tentang keadaan Veronica yang membuatnya tidak pulang semalaman. Begitu masuk, dia mendengar suara tawa yang riang dari kedua anaknya. Sejenak, perasaan cemasnya berkurang dan digantikan oleh semangat untuk bersua dengan anak-anak tercinta.Namun, ketika dia melangkah ke ruang keluarga, pemandangan yang dia saksikan membuat hatinya teriris. “Apa-apaan ini?” gumam Edward.Dua anaknya, Ron dan Elea, sedang asyik bermain dengan Michael, sahabat baiknya yang juga merupakan ayah kandung Elea. Mereka tertawa, bercanda, dan berbagi kebahagiaan bersama, sementara Alenta, menatap mereka dengan senyuman lebar di wajahnya.Edward merasa cemburu dan kesal melihat kebersamaan mereka. Sepasang mata tajamnya menatap Alenta, seolah menanyakan mengapa dia membiarkan Michael begitu dekat dengan anak-anak mereka. Alenta menangkap tatapan itu dan se
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
35
DMCA.com Protection Status