Semua Bab Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Bab 171 - Bab 180

347 Bab

BAB 171

“Apa maksud ucapanmu barusan, Veronica?” tanya Edward yang merasa kurang jelas dengan apa yang diucapkan oleh Veronica. Sengaja menunjukkan ekspresi wajahnya yang sedih, Veronica menanggapi pertanyaan dari Edward. “Sebenarnya, saat aku memutuskan untuk pergi karena harus menjalani pengobatan, aku sendiri sedang dalam keadaan hamil. Namun, karena saat itu pengobatan jantung koroner cukup berisiko tinggi, anak kita meninggal sebelum sempat dilahirkan, Edward.”Alenta mengalihkan pandangannya, ada perasaan kesal yang tidak bisa dia ungkapkan melalui kata-kata. Edward memang terbiasa menyentuh wanita manapun yang dia inginkan, adanya wanita hamil selain dirinya tentu bukanlah hal yang tidak mungkin. Mendengar penuturan Veronica, Edward tersenyum menahan perasaannya. Tadinya, ia benar-benar merasa bersalah dengan ketidaktahuannya yang pada akhirnya membuat Veronica memilih pergi tanpa mengatakan apapun. Namun, cerita tentang anak mereka ya
Baca selengkapnya

BAB 172

Veronica melangkah gontai memasuki apartemen yang sejuk. Air mata yang mengalir tak henti-hentinya membasahi pipinya yang merah. Ibunya, yang melihat kondisi putrinya itu, langsung bergegas mendekat dengan kebingungan terpancar di wajahnya.“Ibu... Ibu...,” isak Veronica, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.Ibunya merasa prihatin dan memeluk Veronica erat, mencoba menenangkan putrinya yang terisak-isak. “Tenanglah, nak.” pinta Ibunya Veronica lirih. Dalam dekapan ibu yang hangat, perlahan-lahan Veronica mulai merasa lebih tenang, namun air matanya tetap saja tak bisa terbendung.Setelah cukup lama berpelukan, ibunya akhirnya berbicara dengan lembut, “Nak, ceritakan kepada Ibu apa yang terjadi. Mengapa kau begitu sedih?”Veronica menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bercerita. Dengan suara lirih, ia menceritakan bagaimana Edward, menjadi begitu berubah sikap belakangan waktu ini. Edward yang biasa
Baca selengkapnya

BAB 173

Ibunya Veronica sudah duduk setengah jam lebih di sebuah meja sudut di sebuah restoran mewah. Kepalanya sesekali menoleh ke pintu masuk, menantikan kedatangan Edward, menantu yang sangat disayanginya. “Kenapa dia belum datang juga?” gumamnya khawatir. Wajahnya tampak cemas dan gelisah.Tiba-tiba pintu restoran terbuka, langkah seorang wanita muda yang anggun dan manis terlihat. Ibunya Veronica menelan ludah, matanya membelalak, karena wanita itu bukanlah Edward melainkan Alenta. Alenta berjalan menuju meja ibunya Veronica dengan langkah pasti, menatapnya tanpa ekspresi.“Anda pasti sudah menunggu cukup lama, Nyonya. Maaf, ada beberapa hal yang perlu dikerjakan sebelum datang ke tempat ini.” ucap Alenta sambil duduk di kursi di depan ibunya Veronica, “Maaf, Edward tidak bisa datang. Ada urusan mendesak yang harus diurus.”Ibunya Veronica tampak terkejut, bingung, dan ragu. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya apa yang se
Baca selengkapnya

BAB 174

Helios menatap Julia yang kini duduk di pinggiran ruangan, dengan wajah kosong dan tangan yang terlipat di pangkuannya. Dia melirik jam tangannya yang menunjukkan waktu sudah semakin siang. Dengan sedikit ragu, Helios bangkit dari tempat duduknya, menahan rasa sakit yang menjalar di perutnya akibat jahitan luka yang belum sembuh sempurna. “Ah....” teriaknya pelan. Walaupun terasa menyiksa, dia tetap berusaha menyembunyikan rasa sakitnya itu.Sementara itu, Julia hanya menatap Helios dengan pandangan bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Dia melihat betapa Helios berusaha keras untuk menahan rasa sakitnya, namun dia merasa tak berdaya untuk membantu.“Julia, bersiaplah. Aku akan mengantarmu ke rumahmu untuk mengambil semua data diri yang diperlukan,” ujar Helios dengan nada serius, berusaha menegakkan tubuhnya agar terlihat tegar. “Kita harus segera pergi setelah itu.”Mendengar perkataan Helios, Julia tersentak dan segera ban
Baca selengkapnya

BAB 175

Edward merasa gelisah, mencari-cari jam tangannya yang hilang dari penyimpanannya. Saat itulah dia menemukan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih, yang dengan jelas adalah pil penunda kehamilan. Keningnya mengerut, pertanyaan-pertanyaan muncul di benaknya tentang alasan di balik keberadaan pil tersebut.“Tidak mungkin ini milik orang lain, kan?” gumamnya.Tepat saat itu, Alenta masuk ke kamar. Edward langsung menunjukkan pil tersebut kepadanya, menanyakan dengan nada tinggi, “Sayang, Kenapa ada pil penunda kehamilan di sini?”Alenta terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan tegas, “Itu milikku, aku yang mengkonsumsinya.”Edward tidak memahami benar kenapa Alenta harus meminum pil itu. Sebenarnya, tidak masalah jika Alenta belum siap memiliki anak lagi. Edward juga cukup memahami bahwa kehamilan bukanlah hal yang mudah. Hanya saja, Edward kesal karena tak berdiskusi dulu sebelum mengkonsumsi pil tersebut. “Aku sendiri sudah cukup
Baca selengkapnya

BAB 176

“Ayo duduk! Makan malam sedang disiapkan” ujar Karina mengabaikan saja tatapan Edward dan Alenta yang jelas tidak nyaman. Karina menarik tubuh Edward, bersiap untuk mendudukkan Edward di sebelah Irene yang sejak tadi terus menatap wajah Edward dengan kagum. Namun, dengan cepat Edward menahan tubuhnya, melepaskan diri dari Ibunya untuk merangkul Alenta dan berada di dekat Elea. “Aku akan duduk sendiri, tidak perlu merepotkan Ibu. Lagi pula, Elea juga terlihat tidak nyaman jadi penting bagiku untuk terus berada di dekatnya. Juga, Ron pasti sangat asing di sini, aku perlu juga menjaga Ron, yang mana Ron tidak boleh jauh dari Ibunya. Jadi, kami akan duduk berdekatan.” ucap Edward. Alenta tersenyum tipis, dia cukup senang karena perlahan Edward semakin menunjukkan kesungguhannya. Karina menatap kesal, sementara itu Irene sendiri juga nampak sedikit kecewa. Setelah mereka berada dalam posisi duduk, Karina mulai kembali membuat ulah.
Baca selengkapnya

BAB 177

“Aku tidak bodoh, aku tahu benar apa rencana ibu mertuaku. Aku juga tahu bahwa kau merasa tertarik saat melihat suamiku. Tapi, tatapan matamu dan cara bicaramu yang seolah Ingin membuatku tersadar seberapa banyak kekurangan yang aku miliki, Sepertinya kau juga akan mendapatkan penolakan mentah-mentah dari Edward. Namun, jika kau tidak mempercayainya maka kau boleh untuk mencobanya.” Alenta tersenyum dengan percaya diri, dia memutuskan untuk meninggalkan Irene di sana bersama dengan Elea, perawatnya juga. Irene terdiam menahan kesal, tangannya mengepal, sedang bibirnya dia gigit.Padahal, Alenta tidak secantik dirinya, tapi kenapa bisa begitu sombong?Tidak ingin kalah dari Alenta, Irene akan membuktikan kepada Alenta bahwa dia jauh lebih baik dari Alenta. “Aku cantik, aku berprestasi, tidak mungkin Edward tidak tertarik padaku. Mungkin, dia tidak mau menatapku, memperhatikan wajahku karena ada Alenta, kalau tidak ada pasti dia akan tertarik bahk
Baca selengkapnya

BAB 178

“Sa- Sayang....” panggil Edward gugup, dia merasa gugup. Alenta tersenyum‚ meraih tangan Edward‚ membawanya untuk meninggalkan tempat itu hingga sampai di tempat di mana Ron dan juga Elea berada. “Sayang, apa kau Mendengar pembicaraan kamu tadi?” tanya Edward. Merasa bersalah‚ tidak nyaman kalau nantinya Alenta akan merasa rendah diri karena itu. “Sayang‚ Ibuku memang berlebihan sekali. Aku akan membuat-” Edward tak melanjutkan ucapannya karena Alenta menutup bibir Edward dengan jemarinya. Senyum yang manis terbit di bibir Alenta‚ dia menggelengkan kepala karena tidak ingin Edward terus menunjukkan perasaan bersalah seperti itu. “Aku memang Mendengar pembicaraan kalian‚ tapi Kak Edward tidak perlu merasa bersalah seperti itu‚ kan?” Kembali Alenta tersenyum dan melanjutkan ucapannya‚ “Aku bisa memahami perasaan Nyonya Karina, Kak Edward tolong jangan merasa begitu. Aku hanya perlu menunjukkan bahwa aku menantu yang tidak mem
Baca selengkapnya

BAB 179

Alenta menggenggam erat tangan kedua anaknya saat memasuki rumah mewah milik kedua orang tua Edward. Pintu terbuka, Karina sendiri yang membukakan pintunya.Wajah Karina berubah pucat saat melihat mereka. Dengan sinis, ia menanyakan tujuan Alenta dan anak-anaknya datang ke sana.“Alenta, apa tujuanmu datang ke sini? Jangan bilang, kau sengaja datang untuk membuatku kesal,” tanya Karina dengan nada mencemooh. “Tidak usah bekerja keras, dengan melihat wajahmu saja aku sudah kesal, kok.”Alenta menelan ludah, merasa gugup namun berusaha tegar dan santai. Coba dia tersenyum, kali ini dia tidak boleh menyerah begitu saja. “Ron sangat menyukai taman samping rumah ini, Ibu mertua. Dia rewel dan ingin datang lagi untuk bermain. Jadi, kami mengajak Elea juga,” jawab Alenta sambil menunjuk Elea. Karina tersenyum dengan ekspresi wajahnya yang kesal. “Jangan panggil aku Ibu mertua!” peringat Karina. “Pulang saja, sana! Kalaupun Ron yang ingin berma
Baca selengkapnya

BAB 180

Julia bangkit dari ranjang tidurnya dengan perlahan, tubuhnya terasa lelah meski sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berbaring dan makan saja. Dalam kebimbangan, ia menatap knop pintu kamar yang selama ini selalu terkunci dari luar. Dengan ragu, ia mengulurkan tangan dan mencoba membuka pintu, hatinya berdebar saat menyadari bahwa pintu kali ini tidak dikunci dari luar seperti biasanya.“Mereka lupa atau apa?” gumam Julia.Menantang rasa takut, Julia melangkah keluar dari kamar dan berjalan menyusuri lorong-lorong rumah. Ia benar-benar keheranan karena semua pelayan yang ia temui di sana nampak sopan padanya, berbeda dari sikap mereka sebelumnya yang selalu acuh tak acuh. “Ada yang aneh,” gumam Julia dalam hati.Julia mencoba mencari keberadaan Helios yang selama ini selalu bersikap dingin dan arogan padanya. Ia menanyakan keberadaan Helios kepada salah satu pelayan yang sedang membersihkan lantai. “Tuan Helios? Sejak kemarin beliau belum ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
35
DMCA.com Protection Status