Share

BAB 111

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di sore hari yang masih cerah, Edward, Alenta, dan juga Ron pergi berbelanja kebutuhan Ron juga kebutuhan mereka yang Alenta rasa kurang. Mainan sudah menumpuk sampai mobil hampir tidak muat.

Tidak mungkin langsung pulang begitu saja, mereka memutuskan untuk pergi makan malam bersama.

Di sebuah restauran yang tidak asing, Alenta ingat restauran itu adalah tempat dia dan juga Edward makan malam bersama untuk pertama kali.

Senyum di bibir Alenta terbit, aneh sekali padahal mungkin hanya sebuah kebetulan saja tapi kesannya manis.

“Ayo!” ajak Edward, dia langsung mengambil Ron untuk masuk ke dalam gendongannya.

Menunggu Alenta keluar, Edward langsung merangkul Alenta.

Ron menahan tangis di dalam gendongan Edward. Dia tidak ingin berada di dalam gendongan Edward, tapi juga tidak berani menangis.

Mereka sampai, duduk di meja yang sudah di pesan Edward sebelumnya.

Ada tempat duduk khusus untuk Ron, mempermudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 112

    “Kemana saja kau ini, Edward?!” tanya Karina, menyambut kedatangan Edward di rumah sakit. Tidak ada jawaban yang diberikan Edward, dia terlalu malas untuk melakukannya. Fokus untuk melihat bagaimana keadaan Elea, Edward bahkan juga mengabaikan tatapan semua orang yang nampak mengharapkan jawaban darinya. “Ayah.....” panggil Elea pelan, matanya yang memancarkan kerinduan itu benar-benar terlihat jelas. Edward langsung memeluk Elea, mengusap kepalanya dengan lembut setelah memberikan beberapa kali kecupan di sana. “Bagaimana kabarmu hari ini? Maaf Ayah baru datang menemuimu,” ucap Edward. Mereka masih saling berpelukan, melepaskan rindu yang dirasakan satu sama lain. “Ayah dari mana saja?” tanya Elea, mungkin juga itu adalah bentuk protes darinya. Edward tersenyum, jelas dia tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada Elea dan di hadapan begitu banyak orang. Namun, Edward memiliki niat di dalam hatinya ak

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 113

    Edward kembali ke rumah sakit sore harinya seperti yang dia janjikan. Sebentar dia menemui Elea untuk bermain dan mengobrol, dan lagi-lagi dia hanya bisa mengabaikan saja Julia yang ada di sana. Tahu, sejak Edward kembali datang ke rumah sakit Julia terus menetap ke arahnya seolah-olah meminta kepada Edward sebentar saja waktu untuk mereka bisa bicara. Sudah sangat lelah, Edward tidak ingin membuang-buang waktu untuk terus merasakan emosi di hatinya. Baginya, tenang dan tidak melakukan interaksi apa-apa bersama dengan Julia sudah sangat jauh lebih baik. Tapi, jelas aja Julia tidak akan menyerah begitu saja. “Bisa kita bicara sebentar di luar, Edward?” tanya Julia, ekspresi wajahnya yang terlihat begitu memohon dapat tersampaikan secara langsung kepada Edward. Namun, saat ini Edward benar-benar sangat malas untuk berbicara bersama dengan Julia. Edward menghela nafasnya, dia mengabaikan saja ajakan dari Julia barusan karena terlalu mal

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 114

    Edward kembali ke rumah, sedang perasaan lelah dan penat yang dia rasakan sebisa mungkin tak dia bawa pulang ke rumah. “Kak, sudah pulang?” ucap Alenta begitu membukakan pintu untuk Edward, “bagaimana keadaan Elea? Kak Edward datang ke rumah sakit dulu, kan?” tanyanya. Edward tersenyum, dia tidak langsung menanggapi pertanyaan dari Alenta. Segera dia memeluk Alenta, sebentar mencium pipinya dan juga bibirnya. “Kak,” panggil Alenta yang benar-benar merasa sangat penasaran dengan keadaan Elea, tapi Edward justru tidak langsung memberitahunya membuat dia merasa sangat penasaran saja. “bagaimana keadaan Elea?”Mendengar Alenta yang tidak sabaran, Edward terkekeh pelan. “Dia baik-baik saja, Sayang. Tidak perlu mengkhawatirkannya begitu, kalau kau ingin bertemu secara langsung, tentu saja kau bisa menemuinya, iya kan?”Ucapan Edward barusan benar-benar membuat Alenta menghela nafas lesu. Bagaimanapun, tentu saja orang-orang di sekitar Elea t

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 115

    “Kak Edward, kenapa kak Edward menceritakan tentang kak Julia sampai seperti itu?” tanya Alenta, ekspresi wajahnya terlihat kecewa, “kalau memang kak Edward tidak mencintai kak Julia, apa pantas kak Edward menceritakan hal buruk semacam itu?” Alenta menatap Edward dengan ekspresi wajahnya yang terlihat tak percaya, dia kecewa karena menganggap Edward terlalu memburukkan Julia. Semalaman itu, Edward dan juga Alenta tengah menceritakan tentang kondisi elea yang mana pada akhirnya Edward menceritakan bahwa Julia pernah mencekoki Elea dengan obat tidur. Mendengar ucapan Alenta yang menjelaskan bahwa dia tidak mempercayai dengan apa yang diucapkan olehnya, Edward jadi menghela nafasnya. “Kau bisa tanyakan langsung kepada Julia sendiri, juga dengan kedua orang tuamu.” jawab Edward tak terlihat merasa takut sama sekali. Alenta benar-benar tidak bisa mempercayai apa yang diucapkan oleh Edward sebenarnya. Mengingat bahwa Julia adalah ibu kandungnya Ele

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 116

    “Wanita ini, yang Ibu ucapkan dengan nada sinis itu, dia adalah istriku. Jadi, jagalah cara bicara Ibu kalau tidak ingin menyesal,” ucap Edward, lalu mengajak Alenta untuk semakin masuk dan bisa melihat Elea lebih dekat lagi. Mendengar peringatan dari Edward, Karina sebenarnya merasa sangat kesal. Dia ingin memprotes ucapan Edward tapi juga tidak mungkin membuat keributan. Herin terus menatap Alenta, matanya memerah menahan tangis hanya saja dia tidak tahu bagiamana cara mengajak Alenta bicara karena Alenta terus menghindari kontak mata dengannya. “Hai, Elea?” sapa Alenta. Elea yang sejak tadi hanya berbaring, dia terus menatap Alenta seperti tengah menerka dan coba mengingat siapa Alenta. “Ayah....” panggil Elea, dia tidak dapat mengingat tentang Alenta, justru merasa takut hingga mencoba berlindung kepada Ayahnya. Mendengar Elea memanggil dirinya, dengan segera Edward mengulurkan kedua tangannya dan membawa Elea masuk ke

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 117

    “Kak Edward,” panggil Alenta, dia berharap Edward tak terus membahas soal Ron di hadapan Karina dan juga Herin. Edward menghela nafasnya, dia tentu saja paham apa maksud Alenta memanggil namanya. kembali fokus kepada Elea, Edward harus membujuk Elea karena dia juga harus mengerjakan beberapa hal penting. “Sayang, nanti Ayah akan datang lagi ke sini. Tapi, kau juga tahu kan kalau Ayah harus bekerja supaya bisa membayar tagihan rumah sakit?” ucap Edward, jelas aja dia hanya mencari alasan karena tidak ingin berlama-lama berada di sana. Edward bukan tidak ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan Elea, hanya saja dia merasa tidak betah jika harus terus berada di dalam satu ruangan bersama Karina, Herin, ditambah lagi Julia. mendengar bujukan dari Edward, Elea pada akhirnya menganggukkan kepalanya setuju. Saat Edward meraih tangan Alenta, mengajaknya untuk keluar dari ruangan itu karena dia tahu juga bahwa Alenta tidak nya

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 118

    Edward membawa Alenta kembali, sesampainya di rumah Alenta langsung mencari keberadaan anaknya untuk dia peluk. “Ron...” ucap Alenta, matanya sendu karena dia benar-benar ingin memeluk bocah kecil itu. Ron berada di dalam pelukannya, dengan begitu penuh cinta Alenta menebarkan ciuman di wajah mungil bocah itu. “Ibu benar-benar sangat menyayangimu, nak.” ucap Alenta, dia memeluk kembali putranya yang nampak kebingungan. Edward tersenyum, entah mengapa dia merasa bangga kepada dirinya sendiri. Kalau saja bukan karena dia yang memiliki nafsu luar biasa kepada Alenta, tentu saja Ron tidak akan pernah ada. Dia bangga karena mampu memberikan sebuah alasan agar Alenta bisa merasa bahagia. “Haruskah aku buat dia melahirkan banyak anak?” tanya Edward di dalam hatinya. Melihat Alenta yang begitu bersemangat hingga tak terlihat ingin melepaskan Ron yang terlihat tidak nyaman karena Alenta terus menciumi wajahnya, Edward memu

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 119

    Malam itu, suasana di meja makan keluarga Edward dan Alenta begitu hangat. Meja makan telah dihiasi dengan berbagai macam hidangan yang lezat, dan di tengah-tengah meja terlihat Ron, anak mereka yang sedang asyik makan. Edward dan Alenta berdua saling berpandangan, lalu kompak menggoda Ron yang sedang menikmati makanannya. “Ron, hati-hatilah, jangan terlalu cepat makannya ya!” goda Edward sambil tersenyum ke arah Alenta. “Kau seperti anak yang sudah setahun tidak makan makanan enak!” Edward terkekeh setelah mengatakan itu. Alenta pun ikut tertawa dan menambahkan, “Iya Ron, pelan lah sedikit, bisa-bisa kami tidak kebagian nanti.” Ron yang mendengar godaan orang tuanya hanya menatap sambil melanjutkan makan malamnya.Ron tidak terlalu paham, dia hanya fokus memakan makanan yang sesuai dengan seleranya. “Dia pasti sangat menyukai makanan ini, ditambah dia juga belum makan sejak siang tadi.” ujar Alenta.Dalam hati, Alenta merasakan benar

Bab terbaru

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 347

    “Pendonoran sumsum tulang belakang 7 bulan yang lalu dinyatakan sukses, Tuan dan Nyonya.” ucap dokter yang selama ini menjadi dokter yang merawat Johnson. Aruna menangis haru, segera Ron memeluk bahagia istrinya itu. Edward juga langsung memeluk Alenta yang menangis haru, begitu juga dengan kedua orang tua Aruna yang ada di sana. Violet menyeka air matanya, Reiner mengusap kepalanya dengan lembut, lalu merangkulnya. Ada Arabella di gendongan Reiner yang tertidur pulas sejak tadi. “Tapi, untuk mengantisipasi kemungkinan dan bahkan selalu ada, di saat kelahiran bayi kedua anda nanti, pastikan untuk menyimpan darah tali pusat di rumah sakit, Nyonya dan Tuan.” saran dari Dokter itu. Aruna dan Ron menganggukkan kepalanya, dan akhirnya anggota keluarga besar saling berpelukan erat. Walaupun memang benar kemungkinan terburuk selalu ada, s

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 346

    Anara menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, matanya menatap benda mungil yang menjadi bagian dari kebahagiaannya. Alat penguji kehamilan yang menyatakan bahwa Aruna tengah hamil. “Ini benar-benar nyata, kan?” tanya Aruna, air matanya sudah mulai mengembung di pelupuk matanya. Padahal, 3 Minggu bersama Ron artinya pun dia sudah melewati 1 Minggu masa datang bulannya. Hanya saja, Aruna cukup stres dengan apa yang terjadi sekarang. Fokusnya benar-benar tertuju kepada Johnson, sampai dia tidak ada waktu untuk memikirkan yang lainnya. Tes! Jatuh sudah air mata Aruna, dia merasa bahagia karena bisa mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi kepada Johnson. Mengenai donor sum-sum tulang belakang yang dijalani Ron dan Johnson beberapa waktu sebelumnya jelas

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 345

    Ron merasakan denyut jantungnya yang berpacu kencang saat ruangan operasi dihiasi dengan suara bip mesin monitor yang terus menerus. Tangan Johnson yang lemah terkulai di samping tubuhnya, pucat dan tidak berdaya. Mata Ron berkaca-kaca saat dia menatap putranya yang terbaring tak sadarkan diri, berharap dan berdoa dalam diam bahwa semua ini akan membawa keajaiban untuk kesembuhan Johnson. “Johnson, sembuh lah....” Harap Ron di dalam hati, “jika menunggu adikmu terlalu lama, maka sembuhlah dengan cara ini, Ayah mohon. Ibumu pasti akan sangat menderita jika terjadi sesuatu padamu, berjuanglah terus, ya....” Dokter yang berpengalaman itu mengenakan sarung tangan sterilnya, seraya memeriksa kembali alat-alat medis yang telah disiapkan. Ron, dengan keberanian yang dipaksakan, berbaring di sisi lain ruangan yang sama, siap untuk mendonorkan sumsum tulang bela

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 344

    “Maafkan aku, tapi semua ini terjadi juga di luar dugaan ku, James.” ucap Aruna jujur, berharap kejujurannya itu dapat dirasakan oleh pria itu. “Aku pikir, aku akan memulai hidup baru bersama Johnson dan kedua orang tuaku saja. Tapi, Johnson mengalami sakit yang benar-benar tidak ada dalam rencana ku, leukimia.” Mendengar itu, James pun terkejut, lupa untuk bernafas hingga beberapa saat. “Leukimia?” James benar-benar lemas, tidak menyangka kalau Johnson akan memiliki sakit mengerikan itu di usianya yang masih begitu kecil. “Kau benar-benar tidak sedang membohongiku, kan? Mana mungkin Johnson sakit seperti itu? Jangan bilang, kau cuma mengada ada supaya bisa menjalin hubungan dengan Ron lagi, Aruna,” harap James. Mendengar itu, jatuh sudah air mata Aruna. Ron, pria itu benar-benar seperti tidak tahu harus mengatakan apa. Jika membuat kebohongan seperti itu sangatlah mudah, maka

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 343

    Aruna benar-benar menyuapkan makanan ke mulutnya Ron. “Makanlah....” Ron, pria itu benar-benar kehabisan kata-kata, padahal sudah bukan hanya satu atau dua kali dia menolak, dan meminta Aruna untuk fokus makan sendiri saja. Masih memangku laptop, pada akhirnya Ron membuka mulutnya, menerima suapan makanan dari Aruna. Nyut!!!! Nyeri, sungguh nyeri sekali dadanya. Kenapa begitu sakit? Ron seperti mendapatkan balasan dari luka yang dia berikan kepada Aruna, tertampar oleh fakta yang ada. Andai saja luka itu tidak pernah tertoreh, mungkinkah hubungan mereka akan lebih jujur dan diliputi kelegaan? Mata Ron memerah, pelupuknya sudah mulai dipenuhi dengan air mata. Melihat itu, Aruna menjadi bingung. Tidak ad

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 342

    Mendengar permintaan maaf yang diucapkan oleh Ron, Aruna pun terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa. Tidak menyangka kalau pria yang dulu begitu angkuh dan juga arogan bisa mengucapkan kata ‘maaf’ namun dengan ekspresi yang begitu tulus. Tes! Tanpa sadar air mata Aruna terjatuh, luka yang seolah sudah sedikit sembuh kini terasa kembali. Semua rasa sakit yang diberikan oleh Ron kembali teringat olehnya. Melihat Aruna meneteskan air mata tanpa kata, Ron benar-benar semakin merasa bersalah. Dia seperti tengah menghianati dirinya sendiri, padahal menyakiti wanita bukanlah sesuatu yang biasa untuk dia lakukan. “Maaf, itu pasti sangat menyakitkan untukmu, bukan? Maaf, aku sungguh meminta maaf untuk apa yang terjadi, dan apa yang sudah aku lakukan padamu, Aruna.” Suara R

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 341

    Ron merasakan beratnya kelopak matanya saat dia mengedipkan mata beberapa kali, mencoba untuk sepenuhnya terjaga. “Sudah mulai sore rupanya,” batin Ron. Ruangan itu dipenuhi oleh sinar sore yang menembus tirai, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang bergerak pelan di dinding. Aruna, di sisi lain tempat tidur, tampak begitu damai dalam tidurnya. Rambutnya yang panjang terhampar di bantal, wajahnya tenang meski terlihat ada sedikit kelelahan yang tersisa. “Biarkan saja deh dia lanjut tidur,” gumam Ron. Dengan hati-hati, Ron menyelinap keluar dari selimut dan perlahan-lahan beranjak dari tempat tidur. Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Mereka telah terlewat makan siang, tetapi Ron tahu bahwa Aruna membutuhkan istirahat ini lebih dari apapun. Dengan langkah yang hampir tidak terdengar, d

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 340

    Ron dan Aruna memutuskan untuk kembali ke rumah, sementara itu Edward dan Alenta tengah menemani Johnson. Sudah 2 hari full Ron dan Aruna di rumah sakit, walaupun ada saatnya Ron meninggalkan Aruna karena ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Sesampainya di rumah, Mereka langsung masuk ke kamar. “Kau istirahat saja dulu, aku akan pergi ke luar sebentar. Ada yang harus aku kerjakan, mungkin cuma 1 jam saja.” ucap Ron, langsung mendapatkan anggukan setuju dari Aruna. Bergegas Ron mengganti pakaiannya, dia akan bertemu dengan Ben di kantor cabang karena dia beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Ron. Sejenak meninggalkan Aruna, Ron menyelesaikan pekerjaannya secepat yang dia bisa. Selama dua hari di rumah sakit, Ron juga tidak bisa tidur nyenyak sama sekali. Johnson selalu menangis, lebih cengeng dari biasanya. Mungk

  • Istri Sementara untuk Kakak Ipar   BAB 339

    “Kamila, aku mengatakan kepada suamiku untuk membiarkan kau bekerja di perusahaannya karena aku merasa kasihan padamu. Padahal, bagian personalia mengatakan kau tidak dibutuhkan di perusahaan itu.” ujar Violet, tersenyum tak peduli kalau ucapannya barusan sangat tidak nyaman untuk Kamila dengar. Kamila menggigit bibir bawahnya, campur aduk perasaan. Dia tidak menyangka kalau Violet mengetahui banyak hal, namun memilih untuk tidak mengatakan apapun. “Sebenarnya, seberapa banyak hal yang tidak kau katakan padaku, Violet?” tanya Kamila, kali ini dia benar-benar terlihat emosi. Merasa dikhianati, namun sadar pula dia tidak berhak untuk menunjukkan secara jelas kemarahannya. Mendengar pertanyaan dari Kamila, sontak saja sorot mata Violet terarahkan padanya, “Kau sungguh ingin tahu?” Violet mendekati Kamila, “Hampir semua aku tahu, Kamila. Niat mu datang ke apartemen ku, dan kau y

DMCA.com Protection Status