Beranda / Romansa / Dosa Dibalik Cadar / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Dosa Dibalik Cadar : Bab 21 - Bab 30

77 Bab

DDC 21: Kenapa Dia Memanggilmu Mama?

“Kasihan anak sekecil ini kalau ikut jadi korban,” sambungnya lagi. “Iya kasihan saya liat nya juga.” Tidak mengerti apa yang sedang orang dewasa bicarakan, Zikra turun dari tempat duduknya. Kebetulan, matahari tak seterik tadi karena tertutup awan.“Zikra pamit ya Om, Pak Jul, Zikra mau pulang dulu. Nanti dicariin Mama.” Zikra mengulurkan tangannya untuk salim. “Kamu pintar sekali,” puji laki-laki itu yang malah tak kuasa untuk tak memeluknya. Anak itu seperti mempunyai daya tarik tersendiri di matanya. Sehingga ia merasa ingin selalu dekat. Ada perasaan yang begitu nyaman ketika mereka saling bersentuhan, tapi entah perasaan apa itu, sulit untuk dijelaskan. Laki-laki tersebut merenggangkan pelukan, lalu menatap Zikra dengan intens. Sangat jarang ada anak kecil seusia Zikra yang mempunyai attitude yang baik seperti ini. Ia yakin bahwa Zikra adalah anak dari ibu yang hebat. “Mama kamu pasti baik sekali. Buktinya bisa punya anak sesalih kamu.” Zikra tersenyu
Baca selengkapnya

DDC 22: Bertemu Dengan Sosok Itu

Bruk! Zikra menubruk Mamanya cukup keras dan langsung memeluknya erat tanpa menyisakan celah sedikit pun. “Aduh, Nak. Pelan-pelan dong, nanti Mamanya bisa sakit, Sayang,” keluh Salwa.Tapi anak itu malah semakin menenggelamkan wajahnya di pangkuannya.“Salim dulu sama tante, Nak. Kenalan dulu, ya?” titahnya namun direspons dengan rengekan penolakan. Sepertinya Zikra sudah sangat mengantuk hari ini. Wajahnya terlihat tak bersahabat lagi. Sementara Jihan masih menatap kebingungan dengan penuh tanda tanya.“Plis Sal, kamu harus jelasin ini sama aku!” ujarnya terdengar menuntut.“Iya, sebentar ya, Ji. Aku mau nidurin dia dulu. Kayaknya udah ngantuk banget.” Salwa lantas membawa Zikra ke dalam kamar setelah mencuci kaki sebelumnya. “Makan dulu, ya. Mama suapin?” “Ngga mau,” rengeknya setengah menutup mata. Baterai tersisa lima watt, harus segera di cas maksimal pikirnya. Mendekatkan kipas angin, Salwa menjalankannya dengan nomor paling tengah. “Ya udah, Mama temenin Zikra bobo.
Baca selengkapnya

DDC 23: Bisakah Seperti Ini Lebih Lama?

Raffa POV. Hari ini adalah hari yang bersejarah bagiku. Karena aku dapat menemukannya lagi. Wanita yang selama ini aku cari-cari sekarang berada di dekapanku.Bahagia sekaligus haru. Entah apa yang harus kulakukan pada pertemuan mengejutkan ini. Enam tahun lamanya, akhirnya Tuhan mengabulkan doaku untuk mempertemukan kita kembali.Tapi, dalam kondisi yang mungkin kurang tepat. Aku sudah tak sendiri lagi. “Kenapa kamu harus pingsan? Tidakkah kamu ingin berbicara denganku setelah sekian lama tak bertemu?” Aku berkata sambil mengguncang bahunya.“Salwa bangunlah, aku ingin berbicara denganmu! Ayo buka matamu Sal.” tanpa sadar air menetes dari pelupuk mata. Namun sepertinya Tuhan tak memberiku kesempatan lebih lama. Meskipun aku sangat berharap waktu ini tak segera berlalu. Sesaat kemudian Aku mendengar derap langkah kaki seseorang tengah mendekat. “Mas Raffa!” pekik Jihan yang tiba-tiba entah datang dari mana. Mungkin dari toilet. “Itu Salwa kenapa? Pingsan?” Aku
Baca selengkapnya

DDC 24: Memimpikan mu

POV Author. “Ya ampun, Nak. Kamu kan belum selesai mandinya. Liat tuh, masih ada busanya.” Salwa langsung mengangkat tubuh Zikra yang jelas-jelas masih telanjang bulat. Rambutnya pun masih berbusa seban belum dibilas air.Dasar anak bocil! “Tapi Omnya mau pergi ….” Anak itu benar-benartak rela melihat Om baiknya pergi. “Iya kan sudah sore, mereka mau pulang.” Raffa mengurungkan langkahnya yang hendak masuk ke dalam mobil. Dia kembali mendekati Zikra yang bibirnya sedang mencebir menahan tangis. “Besok-besok, Om sama Tante main kesini lagi, ya.” Raffa mengusap kepala Zikra. Ia tak merasa berkeberatan walau tangannya harus kena busa sampo. “Tapi Zikra mau ikut, Ma. Mau ikut!” Zikra memberontak ingin turun dari gendongan Salwa. Mata anak itu sudah mulai menggenang. “Hwaaaaa … mau ikut. Mau ikut!” “Kan Omnya tadi ilang besok-besok mau main ke sini lagi.” Salwa menjelaskannya pelan-pelan. Merasa tidak enak karena Zikra telah merepotkan, Salwa memberanikan di
Baca selengkapnya

DDC 25: Padahal Pada Saat Itu....

Semua anggota keluarga sedang makan malam bersama di rumah. Yaitu Kiyai Hasanudin Ar Rasyid, istrinya Ummi Siti Nurmala, anak pertamanya Latief Ar Rasyid dan istrinya Maryam Habibah, dan tak terkecuali Raffa dan Jihan Huwaida. Sudah seminggu belakangan, suasana rumah menjadi semakin hangat semenjak Raffa dan Jihan pulang dari Maroko. Selain menyelesaikan pendidikan, ia juga mengelola beberapa cabang travelnya di sana. “Jangan melamun!” celetuk Ummi Siti kepada Raffa. “Iya tuh Mi, Mas Raffa jadi banyak melamun dari pagi,” sahut Jihan kepada Ummi Siti. Betapa otak Raffa dipenuhi oleh sosok kecil Zikra dan Salwa semenjak pertemuannya kemarin dan mimpinya semalam.Apalagi, nama belakang mereka yang sama. Jelas itu menjadi tanda tanya terbesar dalam hatinya pada saat ini. Meskipun nama itu bukan hanya milik keluarganya saja, tapi entah kenapa ini terdengar mengganjal di hatinya. Entah apa yang ingin Tuhan tunjukkan kepadanya. Padahal ia sudah berusaha sekeras mungkin un
Baca selengkapnya

DDC 26: Kali Pertama Dipanggil Papa

Salwa tidak bisa mengartikan apa arti keterkejutan di wajah Raffa saat ini. Apakah laki-laki itu senang ataupun sebaliknya.Yang jelas, Raffa masih menatapnya nanar tanpa berkedip.Bingung bagaimana harus bersikap, Salwa memutuskan untuk meneruskan penjelasannya. Ia merasa ini adalah kesempatan yang langka. Sebab, Raffa mumpung hanya datang sendiri, sudah saatnya dia tahu kebenaran ini. Salwa menghela nafaspanjang agar ia tetap tenang. “Kamu ingat kan, malam itu?” Ia menjeda kalimatnya sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya lagi. “Kita telah melakukan dosa besar … dan karena dosa besar itulah, Zikra lahir ke dunia.” Raffa menggeleng. Pria itu mengatupkan mulutnya rapat-rapat, matanya sudah mulai berkaca-kaca. Merasa pembicaraan ini belum selesai, ia kembali mendirikan kursi yang terjatuh dan kembali duduk. Raffa menghela nafas panjang dan menelan ludahnya. “Jadi, Zikra itu putra kandungku?” “Iya, itu sebabnya aku memakai nama belakangmu,” lanjut Salwa lagi yang membuat Raffa
Baca selengkapnya

DDC 27: Cemburu Buta

Mengetahui Raffa pulang, Jihan langsung menghampiri, “Katanya cuma sebentar? Ini kamu pergi udah hampir empat jam loh, Mas?” “Iya, maaf,” jawab Raffa singkat. Keduanya lantas pergi ke lantai dua. Jihan memperhatikan Raffa yang langsung mengambil gelas air minum. Jihan memeluk mesra Raffa dari belakang, “Habis dari mana sih?” “Dari rumah teman.” Lagi-lagi jawaban Raffa terdengar singkat.“Iya, kan ada namanya.”Raffa meneguk minum yang baru saja diambilnya dari dispenser.“Laki-laki atau perempuan, kenapa ngobrolnya lama banget?” “Kalau cerita belum selesai nggak mungkin juga kan ditinggal,” jawab Raffa kemudian berlalu ke balkon, meninggalkan Jihan sendiri. Ia menghempaskan tubuhnyadi tempat duduk, kemudian membuka ponselnya dan menatap lekat-lekat foto yang beberapa menit lalu diambilnya di restoran. Yaitu foto Zikra yang sedang makanu dang dengan sedemikian lahapnya. Hidup mereka yang terlampau sederhana membuat Zikra takjub ketika melihat kemewahan.
Baca selengkapnya

DDC 28: Surprise

Mendengar pengakuan Raffa barusan membuat Ustaz Adam tertawa terbahak-bahak.Kedengarannya geli sekali, Sejak kapan Raffa yang terkenal lempeng itu pintar bercanda? Ada-ada saja Raffa ini. “Main dulu ya, Nak. Papa mau bicara dulu sama Pak Ustaz Adam,” kata Raffa pada sang anak. “Iya,” jawab Zikra dengan nada khas jenakanya. Raffa menurunkan Zikra yang kemudian kembali bermain.Beberapa minggu belakangan memang sedang musim bermain kelereng. Suara teriakan anak-anak terdengar ramai di samping rumah Salwa.Karena kebetulan, ada sepetak tanah yang masih kosong. “Kamu datang kesini sama siapa, Raff?” tanya Salwa. Dari tadi ia baru melihat Raffa. Kemungkinan dia baru saja datang. “Sendiri,” jawab Raffa kemudian duduk di samping Ustaz Adam. “Kayaknya ada bau-bau Raffa mau nikah lagi. Mbak Salwa harus peka sama kode laki-laki. Soalnya orang ini udah deketin Zikra,” seloroh Ustaz Adam sontak membuat Raffa tersenyum menepuk pundaknya. “Ya nggak papalah, kalau menurut saya, terima saja Mb
Baca selengkapnya

DDC 29: Sebaiknya Kupergi

(Bab 32)“Jihan …” lirih Salwa seperti sedang tercekik. Bingung. Mulai dari mana ia harus menjelaskan. Dan yang jelas, pasti sedang berpikiran buruk dengan dirinya.Begitu juga dengan Raffa yang masih terduduk di lantai. Kilat terkejut sangat tampak di wajahnya. Ia merasa seperti sedang di telanjangi. Kenapa harus kepergok dalam keadaan seperti ini? Semua kesalahan ini berawal dari dirinya yang terlalu bersikap nekat.Istri mana yang tidak marah melihat suaminya mengunjungi rumah wanita lain? Apalagi saat waktu malam-malam seperti ini. Bagaikan seperti sedang menggali kuburannya sendiri.“Hiks …” Jihan terduduk lemas di kursi teras dan mulai terisak-isak. Suaranya terdengar begitu pilu. Tapi kenapa orang itu harus Salwa? Kalau orang itu wanita lain, mungkin rasanya tak seperih ini. “Ji, aku bisa jelasin semuanya …” ucap Salwa. Tubuhnya gemetaran menahan emosi yang melanda. Bila ia juga merasakan sakit yang luar biasa, apalagi dengan Jihan?Dengan tanpa menatap, Jihan mengatakan sesu
Baca selengkapnya

DDC 30: Respons Keluarga Besar

“Mamanya ke mana?“ tanya Zikra pada Jihan.“Iya, nanti Mama pulang, Nak. Mama Cuma pergi sebentar. Sabar, ya ...” Sudah hampir satu jam wanita itu berusaha menenangkan Zikra. Namun tampaknya, anak ini masih enggan untuk menyelesaikan tangisnya.“Gimana, Mas?” tanya Jihan ketika melihat Raffa baru saja sampai di rumah.“Aku udah tanya ke orang-orang yang masih terjaga di sekitar sini, tapi nggak ada salah satu pun dari mereka yang tau ke mana Salwa pergi.”Raut wajah Jihan terlihat begitu khawatir. Meskipun kenyataan ini sangat menyakitkan. Tapi hati kecilnya, ia tak ingin Salwa pergi. Zikra sangat membutuhkan Mamanya.Sudah berkali-kali Jihan menghubungi nomor Salwa, tapi nomor itu sudah tidak aktif lagi. “Ke mana Salwa pergi ya, Mas?”“Pastinya masih belum jauh dari sini.”“Dari suratnya yang kita baca, aku takut Salwa nggak akan kembali. Soalnya dia udah seratus persen nitipin Zikra sama kita.”Raffa terduduk lesu. Ya. Bagaimana kalau seandainya apa yang barusan Jihan katakan itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status