Beranda / Romansa / Dosa Dibalik Cadar / DDC 28: Surprise

Share

DDC 28: Surprise

Penulis: Ana_miauw
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-15 08:24:43
Mendengar pengakuan Raffa barusan membuat Ustaz Adam tertawa terbahak-bahak.

Kedengarannya geli sekali, Sejak kapan Raffa yang terkenal lempeng itu pintar bercanda? Ada-ada saja Raffa ini.

“Main dulu ya, Nak. Papa mau bicara dulu sama Pak Ustaz Adam,” kata Raffa pada sang anak.

“Iya,” jawab Zikra dengan nada khas jenakanya.

Raffa menurunkan Zikra yang kemudian kembali bermain.

Beberapa minggu belakangan memang sedang musim bermain kelereng. Suara teriakan anak-anak terdengar ramai di samping rumah Salwa.

Karena kebetulan, ada sepetak tanah yang masih kosong.

“Kamu datang kesini sama siapa, Raff?” tanya Salwa. Dari tadi ia baru melihat Raffa. Kemungkinan dia baru saja datang.

“Sendiri,” jawab Raffa kemudian duduk di samping Ustaz Adam.

“Kayaknya ada bau-bau Raffa mau nikah lagi. Mbak Salwa harus peka sama kode laki-laki. Soalnya orang ini udah deketin Zikra,” seloroh Ustaz Adam sontak membuat Raffa tersenyum menepuk pundaknya. “Ya nggak papalah, kalau menurut saya, terima saja Mb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 29: Sebaiknya Kupergi

    (Bab 32)“Jihan …” lirih Salwa seperti sedang tercekik. Bingung. Mulai dari mana ia harus menjelaskan. Dan yang jelas, pasti sedang berpikiran buruk dengan dirinya.Begitu juga dengan Raffa yang masih terduduk di lantai. Kilat terkejut sangat tampak di wajahnya. Ia merasa seperti sedang di telanjangi. Kenapa harus kepergok dalam keadaan seperti ini? Semua kesalahan ini berawal dari dirinya yang terlalu bersikap nekat.Istri mana yang tidak marah melihat suaminya mengunjungi rumah wanita lain? Apalagi saat waktu malam-malam seperti ini. Bagaikan seperti sedang menggali kuburannya sendiri.“Hiks …” Jihan terduduk lemas di kursi teras dan mulai terisak-isak. Suaranya terdengar begitu pilu. Tapi kenapa orang itu harus Salwa? Kalau orang itu wanita lain, mungkin rasanya tak seperih ini. “Ji, aku bisa jelasin semuanya …” ucap Salwa. Tubuhnya gemetaran menahan emosi yang melanda. Bila ia juga merasakan sakit yang luar biasa, apalagi dengan Jihan?Dengan tanpa menatap, Jihan mengatakan sesu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 30: Respons Keluarga Besar

    “Mamanya ke mana?“ tanya Zikra pada Jihan.“Iya, nanti Mama pulang, Nak. Mama Cuma pergi sebentar. Sabar, ya ...” Sudah hampir satu jam wanita itu berusaha menenangkan Zikra. Namun tampaknya, anak ini masih enggan untuk menyelesaikan tangisnya.“Gimana, Mas?” tanya Jihan ketika melihat Raffa baru saja sampai di rumah.“Aku udah tanya ke orang-orang yang masih terjaga di sekitar sini, tapi nggak ada salah satu pun dari mereka yang tau ke mana Salwa pergi.”Raut wajah Jihan terlihat begitu khawatir. Meskipun kenyataan ini sangat menyakitkan. Tapi hati kecilnya, ia tak ingin Salwa pergi. Zikra sangat membutuhkan Mamanya.Sudah berkali-kali Jihan menghubungi nomor Salwa, tapi nomor itu sudah tidak aktif lagi. “Ke mana Salwa pergi ya, Mas?”“Pastinya masih belum jauh dari sini.”“Dari suratnya yang kita baca, aku takut Salwa nggak akan kembali. Soalnya dia udah seratus persen nitipin Zikra sama kita.”Raffa terduduk lesu. Ya. Bagaimana kalau seandainya apa yang barusan Jihan katakan itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 31: Permintaan Cerai

    “Mana, katanya Mama pulang? Kok, dari kemarin belum pulang-pulang? Papa bohongin aku, nih. Huuh ngga mau temenan lagi sama Papa, ah. Papanya bohong.”Raffa memijat pelipisnya, mendengar anak ini yang menanyakan Mamanya setiap satu menit sekali membuat kepalanya terasa begitu pening. Ya Tuhan, ia harus mencarinya ke mana lagi?Semalaman ia tak tidur untuk mencari Salwa dan menyuruh orang-orang terdekat. Tapi, belum ada kabar yang pasti mengenai keberadaan Salwa. Apalagi dengan pakaian Salwa yang tertutup sepenuhnya hanya menyisakan kedua bola mata. Pasti akan lebih sulit lagi untuk dikenali.“Mama mana, Paa?” rengeknya sambil menarik-narik tangan Raffa.“Mama lagi pergi dulu sebentar, nanti juga pulang, Nak ...”Sungguh ini benar-benar berat. Mau sampai kapan ia berbohong seperti ini kepada Zikra?“Eh, itu ada siaapa?” tanya Tasya anak pertama Latief.Merasa takut dengan teman baru yang usianya tak jauh beda darinya, Zikra langsung mendekap erat tubuh Raffa dan menelusupkan kepalanya di

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 32: Masuk Ke Dalam Perangkap

    “Sebutkan alasannya, Ji. Kenapa aku harus menceraikanmu?” tanya Raffa. Suaranya terdengar bergetar akan kekecewaan. “Apa karena aku memasukkan Zikra dalam hidupku?”“Ya, itu salah satunya, Mas.”“Lalu aku harus seperti apa? Zikra putraku, aku harus bertanggung jawab dengan kehidupannya,” tutur pria itu, “yang lain?”“Aku nggak mau dimadu.” Jihan menundukkan kepalanya menatap ubin yang ia pijak. “Bukankah sejak awal kita menikah aku dah tegasin aku menolak di poligami."Maaf Mas, jika itu memang terdengar egois. Tapi disisi lain aku juga sadar diri aku nggak bisa memberikanmu keturunan."Mungkin memang aku yang seharusnya mengalah.“Lagipula Salwa sudah banyak berkorban untukku. Aku malu bahagia diatas penderitaan orang lain Mas.”Raffa terdiam sebab menyimak pembicaraannya. Ingin mendengarkannya sampai selesai.“Kita nggak tau. Mungkin sudah banyak hari-hari yang ia lewati dengan tidak mudah.“Kalau Mas sudah menemukannya, kamu nikahi dia ya, Mas. Tolong bahagiakan dia. Dia pantas mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 33: Akhirnya Bisa Memilikimu

    (BAB 36)“Jadi kamu bohongin aku, Raff?” tanya Salwa teramat jengkel dengan ulah pria itu.“Maaf aku terpaksa menggunakan cara ini. Karena hanya ini satu-satunya cara agar kamu keluar dari persembunyian. Aku tau kamu pasti belum jauh dari sini...”“Kamu jahat Raff, kamu jahat ...” isaknya pelan.Raffa memberi kode kepada orang yang berada di belakang Salwa untuk meninggalkan mereka berdua.“Apa sih mau kamu? Tolong biarin aku tenang tanpa bayang-bayang kalian lagi. Cukupkan semuanya, Raffa. Aku ingin menemukan kebahagiaanku sendiri ...”“Bagaimana kamu bisa tenang dan bahagia kalau masih ada bagian hidupmu yang tertinggal disini ...” balas Raffa, “kamu meninggalkan anak yang masih kecil. Apa kamu tega meninggalkannya?”“Hampir setiap hari dia menangis selalu menanyakanmu ..”“Mamaa ...” Suara itu membuat Salwa menegakkan kepalanya.“Zikra!” Entah dari mana datangnya Zikra sudah ada di dekat mereka bersama dengan Jihan di belakangnya.“Ya Allah, Nak ...” Zikra langsung berhambur me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 34: Kehidupan Yang Baru

    Rasanya, baru beberapa jam yang lalu mereka tidur. Kini, bunyi alarm seakan menggedor-gedor mereka agar segera terbangun. Tak tahan dengan suara berisik yang berasal dari meja nakas samping kirinya, Raffa terpaksa terbangun dan meraih ponsel itu.“Berisik banget!” desah Raffa dengan masih memejamkan matanya.“Aku baru tidur ya, ampun! PRAK!” terlalu kesal dengan bunyi ponsel itu, Raffa melemparnya ke sembarang arah.SeketikaSalwa terbangun dan bola matanya membulat, “Raff, kamu lempar ponselku?” tanyanya sedikit kesal. Rasa kantuk seakan lenyap mendengar ponselnya terlempar ke lantai.“Hah?!” Raffa baru menyadari bahwa ia telah merusak ponsel milik istrinya. Bola matanya juga ikut membulat saat melihat baterai ponsel tercecer di lantai terlepas dari badannya. Namun sepertinya ponsel itu sama sekali tak memancing perhatiannya. Bahwa apa yang di sampingnya lebih menarik daripada apapun keindahan di dunia ini. “Raff? Itu ponsel aku satu-satunya ...”“Aku bahkan bisa membelikanmu sepul

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 35: Overprotective

    Beberapa bulan kemudian~“Miii! Ummi! Ummiiiii!!” teriak Raffa dari luar.“Ada apa ini...Ya Allah, Nak. Datang-datang bukannya ngucapin salam malah teriak-teriak,” omel Ummi dengan wajah cemberut. Sudah besar masih seperti anak kecil saja pikir beliau.“Abah mana Ummi? Abah Mana?” Raffa mengguncang tubuh Ummi-nya dengan cukup keras. “Astaghfirullahhaladzim! Ini lagi kenapa, sih?” Ummi lantas melihat Salwa masuk dengan sedikit kepayahan. Karena kandungan Salwa sudah berusia lima bulan.Ummi mencubit lengan putranya merasa gemas, “Itu kenapa istrinya ditinggal?”Raffa menepuk keningnya cukup keras. Saking bahagianya dia sampai melupakan Salwa, “Oh, iya. Maaf, Sayang!” laki-laki itu membantu menuntun Salwa untuk duduk, “abisnya Raffa terlalu bahagia, Mi. Raffa mau punya anak perempuan...”“Masyaaallah ... alhamdulillah... bayinya sehat kan?”“Tadi bayinya juga sehat, Mi,” Lanjut Raffa sangat antusias, "Raffa liat bayinya di layar monitor bergerak-gerak lincah.""Maaf ya, Nak. Raffa terl

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 36: Apa Sudah Waktunya?

    Menikmati udara segar bersama memang sangat tepat di sore hari yang cerah seperti ini. Seperti tak ada bosan-bosannya Raffa dan Salwa menikmati waktu berharga mereka di belakang rumah itu. Mumpung Raffa sedang tak ke mana-mana pikirnya.Membuat Ummi dan Abah melihat dengan haru kebersamaan mereka yang sedang memperhatikannya dari jauh. Lebih tepatnya berada atas balkon atas sana. Sungguh sangat menyenangkan. Damai dan sejahtera.“Kaya kita waktu muda ya, Bah,” ucap Ummi sambil menyenggol lengan suaminya.“Sampai tua juga kita begitu kan, Mi.”“Udah nggak lagi kali, Bah ...” Ummi mengerucutkan bibirnya, “Abah mah sibuk terus.” Perempuan mana pun walau sudah tua akan terlihat manja dan bergantung bila di hadapan suaminya. “Manja kamu teh, Mi,” ucap Abah tanpa menoleh dari layar berukuran kurang lebih enam belas inchi.“Terserah!” jawab Ummi sedikit kesal. “Lihat deh, Abah, Abah! Aduhh... Ummi teh seneng pisan atuh, Bah... Alhamdulillah ...” Ummi mengguncang-guncang tubuh Abah kegira

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19

Bab terbaru

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 77: End

    Tidak terasa sudah tiga hari Raffa menginap di rumah Mami Nida dan Papi surya. Banyak yang sudah dilakukannya di sana karena kedatangannya disambut antusias oleh warga setempat. Masjid yang biasanya sepi berubah menjadi ramai seketika semenjak mengetahui ada tamu luar biasa yang datang dari kota. Banyak dari mereka yang memintanya untuk mengadakan kajian setiap harinya; baik kuliah subuh maupun sehabis maghrib di masjid-masjid dekat daerah itu.Kali pertama Raffa berdakwah di hadapan mertua dan istrinya. Menjadi kebanggan tersendiri di hati Surya dan Nida. Sungguh pilihan yang tepat, tak sia-sia Sarah batal menikah dengan Fery. Rupanya, sosok yang dinikahinya adalah seorang pemuda yang lebih hebat daripada dokter itu. Bahkan kedatangannya pun dapat mengangkat derajat Mami dan Papi Surya. Semua terpana terkagum-kagum. Dan kedua orang tua itu juga merasa menjadi lebih disegani masyarakat karena anaknya menikah dengan salah satu putra ulama terkenal di negeri ini, yaitu Abah Hasyim A

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 76: Menjemput Kesayangan

    Tampaknya tidak ada yang terlihat membahayakan di raut wajah mereka berdua. Mereka mengobrol selayaknya orang yang telah akrab tanpa ada aura-aura yang memancing keributan. Sarah mendesahkan nafasnya lega, fiuhhh. Semoga semua akan baik-baik saja seperti sedang yang terlihat.“Loh, Mas. Kok kamu ada di sini?” tanya Sarah. “Kenapa nggak ngabarin kalau kamu mau ke sini.”“Kejutan,” hanya itu jawaban Raffa dibubuhi oleh seulas senyum.“Anak-anak sama siapa kamu tinggal?” tanya Sarah lagi.“Sama Maryam.”Maryam lagi, Maryam lagi. Duri dalam daging, musuh dalam selimut, serigala berbulu domba entah sebutan apalagi yang pantas untuk wanita itu. Mungkin kalau Maryam tak menyukai Raffa, mana mungkin dia mau membantu kesulitan Raffa. Dan hanya sesama perempuan yang tahu, karena laki-laki itu memang kurang peka.“Oh,” kata Sarah dengan nada yang bercampur baur dengan kekecewaan.“Oh iya, langsung saja Cilla.” ucap Fery yang masih saja memanggilnya Priscilla. “Aku hanya ingin mengantarkan undang

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 75: With You

    Raffa menoleh pada saat melihat pintu terbuka. Ia melihat Umminya yang sedang tersenyum tulus dan membawakan sesuatu untuknya yang terletak diatas nampan. “Ummi, jangan repot-repot, nanti Raffa bisa ngambil sendiri.” ia berusaha baik-baik saja walaupun kepala sedang berdenyut hebat. Karena takut menambah kekhawatiran Ummi kepadanya. “Nggak papa, kamu kan lagi sakit,” jawab ummi sambil meletakkan makanannya ke meja. Kasih Ibu memang sepanjang masa. Sampai Raffa telah menginjak umur yang bisa dikatakan kepala tiga seperti ini pun masih sangat diperdulikannya. Tak ada lagi wanita yang lebih mulia dibandingkan dengan seorang Ibu di dunia ini.“Apa nggak sebaiknya kamu kabari Sarah kalau kamu sedang sakit, Nak.”“Nggak usah, Bu. Raffa takut Sarah kepikiran. Biar Sarah tinggal di sana dulu sepuasnya sampai pikirannya fresh lagi,” jawab Raffa sambil menerima satu dua suap dari tangan Ummi.“Benar kata Mami, mungkin Sarah sedang butuh berlibur. Salahnya Raffa juga karena nggak pernah mengaj

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 74: Penyesalan Seorang Pengkhianat

    “Apa kamu masih marah?” tanya Raffa. Masih berada di samping istrinya.“Aku bukan orang yang sesabar itu seperti Salwa, masih ada ganjalan di sebelah sini,” tunjuk Sarah di dadanya.“Jangan bawa-bawa nama itu, nanti kita bisa bertengkar lagi,” jelas Raffa menekankan kalimatnya. Karena sedikit saja masalah sepele bisa membuat mereka naik darah. Untuk saat ini, menghidari adalah lebih baik. “Aku jujur, Sarah, aku mencintaimu. Aku siap dihukum jika aku berbohong.”“Aku masih butuh waktu, Mas,” jawab Sarah akhirnya setelah lama terdiam.Raffa menunduk dan menghela nafasnya, “Apa kamu masih ingin tetap pergi bersama Mami dan Papi?”Sarah mengangguk pelan. Kenapa harus seperti ini, Raffa harus bagaimana dan cara apa yang harus dilakukan agar Sarah tak meninggalkannya?“Apa itu harus? Kalau begitu, aku ikut saja.”“Nggak usah, kamu banyak tugas di sini, Mas. Untuk apa kamu ikut?”“Sarah, apa kamu masih nggak percaya?”“Percaya, tapi aku masih perlu bukti,” jawab Sarah."Itu sama saja!" sahu

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 73: Meminta Maaf

    “Sarah! Sarah!” panik Raffa langsung menghampiri. “Sarah, kamu kenapa?” Ia menyatukan wajahnya di kening Sarah. Otak Raffa mendadak kosong tak bisa berpikir apa-apa lagi. Tubuhnya bergetar juga mengeluarkan keringat dingin.Sementara Sarah terus meringis menahan sesuatu yang terasa sakit dan begitu memelintir. Ini sama dengan kemarin yang dirasakannya sebelum Raffa pulang ke Indonesia. Dengan kesadaran yang sudah hilang setengahnya, Raffa mengangkat tubuh Sarah ke sofa agar Sarah bisa berbaring dengan nyaman. Raffa segera menghubungi dokter yang sebelumnya menangani Sarah.“Bangun sayang Plis, kamu jangan mati, jangan mati.” bibir Raffa bergetar ketakutan. Ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Sarah tiada. Seumur hidupnya, Raffa tak pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.“Sarah, bangun Sarah ….” air mata telah menetes-netes di pelupuk mata sebab karena teringat bagaimana istrinya dulu. Terpejam karena kesakitannya melahirkan seorang anak dan tidak bisa bangun lagi. Trauma aka

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 72: Menguping Pembicaraan Maryam

    Raffa seketika langsung menendang kopernya lalu menghampiri Ummi yang sudah tergeletak di lantai. Mata beliau terbuka, tapi bibirnya pucat. Pun suara teriakannya yang sudah tak terdengar lagi. Hanya karena mementingkan emosi, Raffa mengorbankan seorang perempuan yang paling dicintainya. Raffa mengangkat tubuh kepala Ummi dalam tangis.“Ummi, Ummi, maafkan Raffa Ummi....” Raffa mengguncang tubuh Umminya yang sudah tergolek lemas. “Ada apa ini?” tanya Abah mendekat di susul oleh beberapa anggota keluarga yang lain. Seperti Maryam, Latief dan asisten rumah tangga yang turut menyaksikan. “Astaghfirullah!” Beliau lantas berjongkok. “Ummi!”“Ayo cepat bawa ke rumah sakit!” titah Abah.“Ada apa sebenarnya ini Raffa?” tanya Latief. “Kenapa Ummi bisa sampai jatuh?”Sarah turun dengan sedikit tergesa untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi. Wanita itu hanya bisa menangis namun tak bisa berbuat apa-apa.“Ini pasti gara-gara kalian berantem, aku mendengarnya tadi, Bah. Kata Maryam itu mereka

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 71: Emosi Selalu Mengundang Bahaya

    Raffa keluar setelah obrolan mereka selesai. Ia buru-buru menghapus sisa-sisa kesedihan yang baru saja terlukis di wajahnya untuk menyambut anak-anaknya tercinta. Yang kini sudah terdengar celotehannya setelah mobil jemputan terhenti di depan rumah.“Papaaaaa!” teriak anak-anak yang baru saja pulang bersama Maryam dan juga kedua anaknya. Wajah-wajah ceria dan suka cita berlarian ke dalam rumah. Tas masih menggendong di punggung keduanya. Syifa tidak sekolah, tapi anak kecil itu hanya meniru-niru membawa tas seperti kakak-kakaknya.Kedua anak itu langsung memeluk papanya yang sudah sangat dirindukan. Berapa minggu mereka tak bertemu? “Hihihi, Papa kok banak rambutna?” tanya Syifa lucu melihat jambang Papanya.“Iya ini papa belum cukur, sayang. Gimana kabarnya ini anak-anak Papa.”“Baik, Pa,” jawab Zikra.“Cipa juda baik Pa,” sahut Syifa ikut-ikutan.Raffa berjongkok untuk mengimbangi tinggi mereka untuk berbalas mencium keduanya dengan penuh kasih sayang. Tak pernah bosan rasanya mena

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 70: Kabar Baik Tapi Tak Menyenangkan

    “Assalamualaikum!”“Waalaikumsalam,” jawab Ummi seraya berjalan keluar menyambut suara yang tak asing di telinganya. Siapa lagi kalau bukan putra kesayangannya, yaitu, Raffa Ar Rasyid.Ummi sangat merindukan Raffa yang sudah pergi meninggalkan rumah selama hampir satu bulan lamanya. Banyak hal yang terjadi setelah Raffa pergi. Ummi pikir, beliau harus segera menyampaikannya setelah Raffa tak lelah lagi.“Waduh, itu jambang sudah sampai ke mana-mana, kamu nggak cukur di sana Nak?” tanya Ummi yang pangling dengan penampilan baru putranya. Jambang hampir menutup sebagian wajahnya. "Sudah seperti Wan Qodir kamu, Nak."Raffa terkekeh pelan.“Lagi malas merawat diri, Ummi. Akhir-akhir ini Raffa jadi pemalas,” jawab Raffa kemudian menyambut uluran tangan Ummi, cinta pertamanya.“Hati-hati, malas itu salah satu godaan setan. Jangan lupa terus beristigfar kalau malas ya, Nak,” kata Ummi menasihati. Lalu di respons dengan anggukan kepala.“Memangnya kelihatan jelek, ya?”“Iya, sedikit lebih tua

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 69: KENANGAN MENYAKITKAN

    Malam telah berganti pagi. Dunia terasa cepat sekali berganti hari. Tak terasa sebentar lagi sudah waktunya Raffa pergi dari rumah dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Sanggupkah? Sanggupkah Sarah menahan rindu selama itu. Sarah sudah terbiasa dengan Raffa yang selalu tidur di sisinya. Bagaimana bila besok ia sendiri?Sarah akui, ia sudah sangat mencintai Raffa. Tak bisa hidup tanpanya.Sarah membuka pintu pintu lemari mengeluarkan baju-baju milik suaminya untuk ia packing ke dalam koper. Tapi bukannya mengambil, Sarah malah tertegun seakan tak rela bila suaminya pergi.“Kenapa melamun?” tanya Raffa lalu memeluknya dari belakang. Jarak yang begitu dekat membuatnya mampu merasakan hembusan nafas hangat Raffa yang menerpa kulit lehernya. Dan Sarah menyukai itu.“Nggak papa,” elaknya, "jangan lama-lama di sana ya."“Aku hanya pergi sebentar. Kalau kamu sama anak-anak bisa ikut sih udah aku bawa. Kita ke sana sama-sama sambil bulan madu. Tapi sayangnya Zikra masih sekolah ‘kan?”"Kita

DMCA.com Protection Status