Beranda / Romansa / Dosa Dibalik Cadar / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Dosa Dibalik Cadar : Bab 31 - Bab 40

77 Bab

DDC 31: Permintaan Cerai

“Mana, katanya Mama pulang? Kok, dari kemarin belum pulang-pulang? Papa bohongin aku, nih. Huuh ngga mau temenan lagi sama Papa, ah. Papanya bohong.”Raffa memijat pelipisnya, mendengar anak ini yang menanyakan Mamanya setiap satu menit sekali membuat kepalanya terasa begitu pening. Ya Tuhan, ia harus mencarinya ke mana lagi?Semalaman ia tak tidur untuk mencari Salwa dan menyuruh orang-orang terdekat. Tapi, belum ada kabar yang pasti mengenai keberadaan Salwa. Apalagi dengan pakaian Salwa yang tertutup sepenuhnya hanya menyisakan kedua bola mata. Pasti akan lebih sulit lagi untuk dikenali.“Mama mana, Paa?” rengeknya sambil menarik-narik tangan Raffa.“Mama lagi pergi dulu sebentar, nanti juga pulang, Nak ...”Sungguh ini benar-benar berat. Mau sampai kapan ia berbohong seperti ini kepada Zikra?“Eh, itu ada siaapa?” tanya Tasya anak pertama Latief.Merasa takut dengan teman baru yang usianya tak jauh beda darinya, Zikra langsung mendekap erat tubuh Raffa dan menelusupkan kepalanya di
Baca selengkapnya

DDC 32: Masuk Ke Dalam Perangkap

“Sebutkan alasannya, Ji. Kenapa aku harus menceraikanmu?” tanya Raffa. Suaranya terdengar bergetar akan kekecewaan. “Apa karena aku memasukkan Zikra dalam hidupku?”“Ya, itu salah satunya, Mas.”“Lalu aku harus seperti apa? Zikra putraku, aku harus bertanggung jawab dengan kehidupannya,” tutur pria itu, “yang lain?”“Aku nggak mau dimadu.” Jihan menundukkan kepalanya menatap ubin yang ia pijak. “Bukankah sejak awal kita menikah aku dah tegasin aku menolak di poligami."Maaf Mas, jika itu memang terdengar egois. Tapi disisi lain aku juga sadar diri aku nggak bisa memberikanmu keturunan."Mungkin memang aku yang seharusnya mengalah.“Lagipula Salwa sudah banyak berkorban untukku. Aku malu bahagia diatas penderitaan orang lain Mas.”Raffa terdiam sebab menyimak pembicaraannya. Ingin mendengarkannya sampai selesai.“Kita nggak tau. Mungkin sudah banyak hari-hari yang ia lewati dengan tidak mudah.“Kalau Mas sudah menemukannya, kamu nikahi dia ya, Mas. Tolong bahagiakan dia. Dia pantas mend
Baca selengkapnya

DDC 33: Akhirnya Bisa Memilikimu

(BAB 36)“Jadi kamu bohongin aku, Raff?” tanya Salwa teramat jengkel dengan ulah pria itu.“Maaf aku terpaksa menggunakan cara ini. Karena hanya ini satu-satunya cara agar kamu keluar dari persembunyian. Aku tau kamu pasti belum jauh dari sini...”“Kamu jahat Raff, kamu jahat ...” isaknya pelan.Raffa memberi kode kepada orang yang berada di belakang Salwa untuk meninggalkan mereka berdua.“Apa sih mau kamu? Tolong biarin aku tenang tanpa bayang-bayang kalian lagi. Cukupkan semuanya, Raffa. Aku ingin menemukan kebahagiaanku sendiri ...”“Bagaimana kamu bisa tenang dan bahagia kalau masih ada bagian hidupmu yang tertinggal disini ...” balas Raffa, “kamu meninggalkan anak yang masih kecil. Apa kamu tega meninggalkannya?”“Hampir setiap hari dia menangis selalu menanyakanmu ..”“Mamaa ...” Suara itu membuat Salwa menegakkan kepalanya.“Zikra!” Entah dari mana datangnya Zikra sudah ada di dekat mereka bersama dengan Jihan di belakangnya.“Ya Allah, Nak ...” Zikra langsung berhambur me
Baca selengkapnya

DDC 34: Kehidupan Yang Baru

Rasanya, baru beberapa jam yang lalu mereka tidur. Kini, bunyi alarm seakan menggedor-gedor mereka agar segera terbangun. Tak tahan dengan suara berisik yang berasal dari meja nakas samping kirinya, Raffa terpaksa terbangun dan meraih ponsel itu.“Berisik banget!” desah Raffa dengan masih memejamkan matanya.“Aku baru tidur ya, ampun! PRAK!” terlalu kesal dengan bunyi ponsel itu, Raffa melemparnya ke sembarang arah.SeketikaSalwa terbangun dan bola matanya membulat, “Raff, kamu lempar ponselku?” tanyanya sedikit kesal. Rasa kantuk seakan lenyap mendengar ponselnya terlempar ke lantai.“Hah?!” Raffa baru menyadari bahwa ia telah merusak ponsel milik istrinya. Bola matanya juga ikut membulat saat melihat baterai ponsel tercecer di lantai terlepas dari badannya. Namun sepertinya ponsel itu sama sekali tak memancing perhatiannya. Bahwa apa yang di sampingnya lebih menarik daripada apapun keindahan di dunia ini. “Raff? Itu ponsel aku satu-satunya ...”“Aku bahkan bisa membelikanmu sepul
Baca selengkapnya

DDC 35: Overprotective

Beberapa bulan kemudian~“Miii! Ummi! Ummiiiii!!” teriak Raffa dari luar.“Ada apa ini...Ya Allah, Nak. Datang-datang bukannya ngucapin salam malah teriak-teriak,” omel Ummi dengan wajah cemberut. Sudah besar masih seperti anak kecil saja pikir beliau.“Abah mana Ummi? Abah Mana?” Raffa mengguncang tubuh Ummi-nya dengan cukup keras. “Astaghfirullahhaladzim! Ini lagi kenapa, sih?” Ummi lantas melihat Salwa masuk dengan sedikit kepayahan. Karena kandungan Salwa sudah berusia lima bulan.Ummi mencubit lengan putranya merasa gemas, “Itu kenapa istrinya ditinggal?”Raffa menepuk keningnya cukup keras. Saking bahagianya dia sampai melupakan Salwa, “Oh, iya. Maaf, Sayang!” laki-laki itu membantu menuntun Salwa untuk duduk, “abisnya Raffa terlalu bahagia, Mi. Raffa mau punya anak perempuan...”“Masyaaallah ... alhamdulillah... bayinya sehat kan?”“Tadi bayinya juga sehat, Mi,” Lanjut Raffa sangat antusias, "Raffa liat bayinya di layar monitor bergerak-gerak lincah.""Maaf ya, Nak. Raffa terl
Baca selengkapnya

DDC 36: Apa Sudah Waktunya?

Menikmati udara segar bersama memang sangat tepat di sore hari yang cerah seperti ini. Seperti tak ada bosan-bosannya Raffa dan Salwa menikmati waktu berharga mereka di belakang rumah itu. Mumpung Raffa sedang tak ke mana-mana pikirnya.Membuat Ummi dan Abah melihat dengan haru kebersamaan mereka yang sedang memperhatikannya dari jauh. Lebih tepatnya berada atas balkon atas sana. Sungguh sangat menyenangkan. Damai dan sejahtera.“Kaya kita waktu muda ya, Bah,” ucap Ummi sambil menyenggol lengan suaminya.“Sampai tua juga kita begitu kan, Mi.”“Udah nggak lagi kali, Bah ...” Ummi mengerucutkan bibirnya, “Abah mah sibuk terus.” Perempuan mana pun walau sudah tua akan terlihat manja dan bergantung bila di hadapan suaminya. “Manja kamu teh, Mi,” ucap Abah tanpa menoleh dari layar berukuran kurang lebih enam belas inchi.“Terserah!” jawab Ummi sedikit kesal. “Lihat deh, Abah, Abah! Aduhh... Ummi teh seneng pisan atuh, Bah... Alhamdulillah ...” Ummi mengguncang-guncang tubuh Abah kegira
Baca selengkapnya

DDC 37: Hijrahmu Sudah Selesai

(Bab 40)Ummi mengusap-usap punggung Raffa berupaya menenangkannya. Melihat putranya seperti itu membuat ummi merasa terenyuh.Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa Salwa mengalami ketuban kering. Jadi, Dokter menyarankan agar Salwa segera di operasi. Agar bayi di dalam kandungannya selamat.Tak kuasa dengan apa yang terjadi, Raffa hanya memasrahkan kepada-Nya dan mengatakan kepada dokter untuk melakukan yang terbaik demi keselamatan istri dan anaknya. “Sabar ya, Nak....”“Apa orang melahirkan selalu seperti itu, Mi?”Ummi menganggukkan kepalanya pelan.“Maafin semua kesalahan Raffa kiranya Raffa berdosa sama Ummi, ya ..”“Raffa baru tau, ternyata berat sekali perjuangan seorang ibu demi memberi gelar ayah untuk suaminya.”“Itu selalu, Nak. Ummi akan selalu memaafkan dan mendoakan semua kesalahan anak-anak Ummi.” “Apa Salwa akan selamat, Mi?” Salwa pendarahan sangat banyak ...”Mendengar pertanyaan Raffa yang konyol itu membuat Latief mencibir, “Lebay banget, sih. N
Baca selengkapnya

DDC 38: Tunggu Aku Di Keabadian

Berat sekali hari ini bagi Raffa. Jika dulu ia membawa tubuh istrinya ke kamar pengantin, tapi hari ini ia membawanya ke liang lahat. Detik detik kian menyiksa saat kakinya memijak tanah pemakaman, tempat berkumpulnya hari akhir para insan.Terdengar bisik-bisik iba dari para orang-orang mengenai dirinya. Belum genap setahun menikah, baru melahirkan, dan masih mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Tapi Allah lebih dulu mengambil Salwa darinya. Entah takdir apa yang akan Allah berikan kepadanya. Allah membiarkan Raffa membesarkan kedua anak-anaknya seorang diri.“Aku mengazankan dua orang hari ini. Ya Allah, kenapa Kau memberikan satu nyawa kepadaku, jika Kau ambil nyawa lainnya dariku. Yaitu nyawa orang yang teramat aku cintai ...” gumamnya sambil meniti tanah yang basah.Hanya Raffa, Abah, Maryam dan Latief yang ikut mengantarkan Salwa ke peristirahatan terakhir. Sedangkan Ummi terbaring di kamarnya karena berulang kali beliau tak sadarkan diri. **“Bismillahirrahmaanirrahiim... or
Baca selengkapnya

DDC 39: End Season 1

(Bab 42)Raffa POV.Suara Maryam membuatku terangkat dari dasar lautan yang dalam. Terusik dari ketenangan dan kembali pada kenyataan. Padahal, hatiku sedang jauh memikirkannya yang telah pergi. Bidadari surgaku, Salwa...“Siapa?” tanyaku tanpa menoleh. Aku memusatkan tatapanku kepada putri kecilku yang sedang tenang dalam lelap. Lalu kembali menciumnya bertubi-tubi.“Ayah Salwa ...” jawab Maryam dan kembali keluar dari kamar. Namun sebelum Maryam benar-benar keluar, aku berujar padanya untuk meminta tolong. “Maryam!”“I-iya?” jawab Maryam tergagap. Dia memang selalu terlihat gugup bila bertatapan denganku. Aku tak tahu apa sebabnya. Mungkinkah karena kesalahan yang dulu pernah ia perbuat padaku? Entahlah.“Tolong jagain Syifa sebentar.”“Oh iya, Raff, tenang aja.”Aku meletakkan Syifa ke baby box-nya dan meninggalkan mereka berdua. Untuk menemui Ayah Salwa. Dan ternyata bukan hanya Ayah Salwa saja tapi ada Jihan juga sedang duduk di ruang tamu.“Nak ...”“Mas!” ucap keduanya bersamaa
Baca selengkapnya

DDC 40: Dengan Bayangmu

Dua tahun berlalu~“Papa!” teriakan gemas Syifa ketika melihat Papanya pulang. Anak itu berlari sekonyong-konyong berhambur ke pelukan Raffa. Membuat jantung Raffa terpacu melihat jalan Syifa yang mengerikan.Bruk!“Aduh, duh, Sayang. Ada apa, Nak? Kangen ya, sama Papa?”Syifa mengangguk dan semakin menenggelamkan wajahnya kepada Papanya.“Papa kok nda pulang-pulang?”Sudah dua hari ini Raffa menginap di daerah Bogor untuk melakukan beberapa kajian di berbagai tempat di sana.“Papa ‘kan habis kajian.”“Tapi besyok-besyok, kalau Papa pelgi lagi aku ikut, ya.”“Insya allah nanti Papa ajak Syifa, ya ...” jawab Raffa seraya mengelus kepala putrinya. “Lho, kok datang-datang langsung peluk Ade, Nak?” sergah Ummi yang baru saja keluar dari dalam rumah, “minimal kamu cuci tangan dulu ...”“Nggak tahan, Mi. Kangen sama si gembul ini.”“Yaudah, turunin dulu anaknya. Kan mau Ummi suapin dia belum makan dari pagi. Pusing Ummi , Nak. Anaknya nanyain kamu terus.”“Lain kali kalau aku ke mana-mana,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status