Semua Bab Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Bab 81 - Bab 90

270 Bab

Bab 81

Zahra gegas menyusul ke kamar mandi yang tidak tertutup pintunya. Zyan tampak berjongkok dengan kepala menunduk di atas toilet duduk. Wanita berhijab itu lantas mendekati suaminya. Dia memijat tengkuk sang pria yang masih mengeluarkan isi perutnya. “Sudah, Bang?” tanya Zahra saat Zyan sudah tenang selama beberapa saat. Kepala pria itu kemudian mengangguk pelan. Zahra mengambil tisu kemudian mengelap mulut Zyan dengan lembut dan sama sekali tidak merasa jijik. Setelah itu menutup toilet dan menekan tombol siram. “Bang Zyan, mau cuci mulut di wastafel?” tawarnya. Zyan kembali mengangguk lemah. Zahra lantas membantu suaminya berdiri dan menyokong tubuh yang biasanya tampak gagah itu. Mereka berjalan pelan menuju wastafel. Zahra kembali membantu suaminya berbaring di kamar usai Zyan mencuci mulut dan membasuh wajah. Wanita berhijab itu melepas kemeja suaminya yang basah di bagian depan agar Zyan tidak masuk angin. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian atas sang suami. Zahra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-08
Baca selengkapnya

Bab 82

Zyan yang semula tidur, tiba-tiba bangun dengan perut yang mual. Dia lekas beringsut ke kamar mandi dengan sempoyongan. Zahra yang sedang fokus bekerja tak menyadari hal tersebut. Wanita berhijab itu baru sadar kala mendengar suara Zyan yang muntah.Zahra gegas meletakkan iPad di meja lantas menyusul ke kamar mandi. Dia kembali menemani suaminya sampai Zyan sudah tak muntah lagi dan membantu bersih-bersih. Wajah pria bercambang tipis itu tampak semakin pucat dan badannya semakin lemas.“Bang, kita ke rumah sakit ya,” ucap Zahra setelah menuntun suaminya duduk di atas tempat tidur.Zyan menggeleng. “Abang gapapa, Ra.”“Gapapa gimana? Wajah Bang Zyan pucat banget. Muntah-muntah terus dari tadi,” tukas Zahra.“Tehnya masih enggak?” Zyan sengaja mengalihkan pembicaraan.“Masih, tapi sudah dingin. Tunggu sebentar, saya buatkan dulu yang baru.” Zahra hendak beranjak tapi ditahan oleh Zyan.“Abang minum itu saja gapapa. Mubazir kalau dibuang,” pinta Zyan.“Ga akan dibuang, saya yang akan hab
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

Bab 83

Dokter yang sebagian rambutnya sudah memutih itu memeriksa Zyan yang terbaring lemah di atas tempat tidur, sementara Zahra dan Faisal berdiri di dekat pintu. Mereka menunggu hasil pemeriksaan sang dokter.“Menurut pemeriksaan saya, semuanya baik-baik saja. Kemungkinan sedang kecapekan atau banyak pikiran. Sementara saya beri vitamin dan obat untuk mengurangi mual. Kalau dalam tiga hari tidak berkurang dan malah ada diare, langsung dibawa ke rumah sakit agar bisa diperiksa lebih lanjut,” jelas dokter pada Zahra dan Faisal.“Baik, Dok,” sahut Faisal.“Apa suami saya harus beristirahat di rumah selama kondisinya masih belum membaik, Dok?” tanya Zahra pada sang dokter.“Kalau memang tidak memungkinkan bekerja di kantor, lebih baik di rumah. Apalagi kalau lemas begini. Mau kerja juga tidak bisa,” jawab dokter.“Berarti sekarang suami saya sebaiknya pulang ya, Dok?” tanya Zahra lagi sambil melirik sang suami yang sedang memandangnya dari atas tempat tidur.Dokter itu mengangguk. “Iya. Kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-11
Baca selengkapnya

Bab 84

“Kamu gila ya menyuruhku menggugurkan darah daging kita sendiri,” sergah Mila yang tak terima dengan usul pria yang menghamilinya.Pria itu tertawa di seberang telepon. “Jangan terlalu percaya diri mengatakan kalau janin itu juga darah dagingku. Siapa tahu anak dari pria lain yang pernah tidur denganmu. Atau pacarmu yang pengusaha itu.”“Tapi kamu yang tidur denganku waktu masa suburku,” sanggah Mila.“Kenapa kamu tidak meminta pertanggungjawaban pengusaha itu? Bukankah hidupmu dan anakmu akan lebih terjamin kalau menikah dengannya. Aku yakin keluarganya juga akan menerima kalau kamu sudah hamil anaknya.” Pria itu tak mengindahkan sanggahan sang artis.“Mana mungkin aku minta pertanggungjawaban orang lain. Kamu harusnya yang bertanggung jawab karena bukan dia,” sergah Mila.“Aku sudah bilang ‘kan kalau aku tidak yakin itu anakku. Aku juga tidak bisa menikahimu. Setelah dia lahir, kita lakukan tes DNA. Kalau benar dia anakku, aku akan bertanggung jawab menafkahinya, tapi aku tidak mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

Bab 85

Zahra membuka amplop tersebut lalu mengeluarkan isinya. Perlahan-lahan dia membuka lembaran kertas yang dilipat tiga tersebut. “Abang juga mau baca,” tukas Zyan.Zahra kemudian menggeser lembaran kertas itu hingga berada di hadapan Zyan. Wanita berhijab itu berusaha tenang meskipun jantungnya berdebar-debar saat mulai membaca apa yang tertulis pada lembaran hasil tes tersebut.“Dok, apa ini artinya istri saya hamil?” Zyan yang lebih dulu bereaksi usai membaca hasil tes.Dokter itu mengangguk. “Iya, Pak. Selamat ya atas kehamilan Ibu.”“Alhamdulillah,” ucap Zyan dengan penuh semangat. Dia langsung meraih tangan Zahra yang masih memegang hasil lab. Digenggamnya tangan itu dengan erat. “Kamu hamil, Ra. Tidak lama lagi kita akan punya anak. Terima kasih sudah hamil anak kita,” ucapnya penuh haru.Saking bahagianya, Zahra hanya mengangguk dan tidak bisa berkata-kata. Air mata bahkan turun di sudut matanya. Tentu saja air mata haru dan bahagia. Doa-doa mereka akhirnya diijabah oleh Allah s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

Bab 86

Mila sudah beberapa kali mencoba menggugurkan kandungan dengan makanan, minuman, jamu, dan obat-obatan seperti yang disarankan orang-orang, tapi janin di dalam perutnya tetap bertahan. Dia tidak tahu harus melakukan apalagi. Untuk pergi ke klinik aborsi ilegal, artis itu tidak berani. Kebanyakan alat-alat yang mereka gunakan tidak steril, takutnya akan berdampak pada kesehatannya.“Mil, sebenarnya kamu itu hamil anak siapa?” tanya asisten pribadinya. “Ya, anak oranglah. Masa anak kodok,” jawab Mila. “Kalau gitu minta pertanggungjawaban orang yang menghamilimu dong. Jangan malah berniat menggugurkan kandungan,” lontar sang asisten pribadi.“Orangnya tidak mau bertanggung jawab karena dia sudah punya pasangan. Selain itu, dia juga tidak percaya kalau ini anaknya,” jelas Mila.“Apa itu anak Zyan?” Wanita yang selalu mendampingi Mila setiap kali bekerja itu menatap lekat sang artis.Mila tak menjawab. Dia hanya mengedikkan bahu.“Mil, kalau Zyan tidak bisa diajak bicara baik-baik, tingg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-14
Baca selengkapnya

Bab 87

“Aku mau ke sana menemui Zyan, Rin,” ucap Mila pada asisten pribadinya.“Mil, dia lagi sama istrinya. Jangan gila kamu!” Rini mengingatkan sang artis.“Gila gimana? Siapa tahu Zyan tidak bahagia dengan pernikahannya sampai sakit begitu. Siapa tahu dengan melihatku, dia jadi sembuh,” cakap Mila dengan penuh percaya diri.“Rin, bukankah ini kesempatan yang bagus untuk mengatakan kalau aku hamil anaknya di depan banyak orang. Pasti Zyan tidak akan mengelak,” sambung Mila.“Apa itu tidak terlalu berisiko, Mil? Nanti kalau jadi viral gimana? Di sini ada banyak orang loh,” ucap Rini sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.“Kamu ingat ‘kan kalau kamu bilang akan memperjuangkan masa depan anakmu bagaimanapun caranya?” Mila menatap asisten pribadinya itu.“Iya, aku ingat. Tapi tidak dengan melakukannya di depan umum seperti ini, Mil,” kilah Rini.“Terus kamu melakukannya dengan cara apa?” cecar Mila.Asisten pribadi Mila itu mengedikkan bahu. “Aku belum memikirkannya,” ucapnya sambil merin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-15
Baca selengkapnya

Bab 88

Mila dan Rini berpegangan tangan kala memandang Zyan yang menyusul istrinya. Kursi roda yang tadi dia pakai ditinggalkan begitu saja. Tangan bekas jarum infus yang tadi dilepas paksa juga masih mengeluarkan darah. Suasana di sana jadi sangat kacau.Mila dan Rini jadi pusat perhatian orang-orang setelah kepergian Zyan dan Zahra. Terdengar kasak-kusuk di antara mereka."Mbak, ga cukup apa ngetop jadi artis? Apa harus jadi pelakor juga biar dikenal orang?" celetuk salah seorang di antara pengunjung."Iya, sampai ngaku hamil segala. Padahal jelas-jelas Zyan bilang tidak punya hubungan sama dia," lontar yang lain."Sekarang ini memang eranya pansos. Ga usah repot kerja, tinggal cari sensasi sama orang terkenal pasti langsung viral." Berbagai macam omongan tidak sedap terdengar di telinga Mila dan Rini. Terutama yang memojokkan artis itu dan menganggapnya mencari sensasi."Hei, kalian! Kalau tidak tahu apa-apa itu jangan sok tahu! Teman saya ini memang sedang hamil. Kami datang ke sini itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-16
Baca selengkapnya

Bab 89

“Sayang, bagaimana keadaanmu?” Rania memeluk erat menantu kesayangannya. Dari kantor suaminya, wanita paruh baya itu langsung pergi ke rumah sakit. Saat dia tiba di sana, Zahra sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Menantunya itu tidak mau satu kamar dengan Zyan, jadi ditempatkan di samping kamar putra sulungnya. Zyan sendiri tidak diizinkan masuk ke ruangan istrinya."Alhamdulillah sudah agak mendingan, Ma,” sahut Zahra sambil membalas pelukan mama mertuanya.“Mama minta maaf. Kamu mau ‘kan memaafkan mama?” Rania mengurai pelukan lantas memegang kedua bahu menantunya.“Kenapa Mama minta maaf?” Zahra memandang mertuanya itu dengan penuh tanya.“Mama tidak bisa mendidik Zyan dengan baik. Dia malah menyakitimu seperti ini,” timpal Rania penuh penyesalan.Zahra menggeleng. “Itu bukan salah Mama,” tukasnya.Rania menggenggam tangan Zahra dengan erat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap satu-satunya menantu kesayangan mama dan ibu dari cucu mama. Tidak akan pernah ada wanita lain yang mama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-17
Baca selengkapnya

Bab 90

“Apa? Papa bercanda ‘kan?” Zyan refleks berteriak sekaligus menatap nanar sang papa.Prabu menggeleng. “Apa papa kelihatan sedang bercanda sekarang?”Zyan menggoyangkan kepala ke kiri kanan. “Aku menolak hukuman itu, Pa. Bagaimana mungkin Papa ingin aku berpisah dengan Zahra saat dia sedang mengandung anakku?”“Kamu tidak punya hak untuk menolak, Zy. Lagi pula saat ini Zahra juga tidak ingin bertemu kamu,” tukas pria yang sebagian rambutnya sudah memutih itu.“Itu karena Zahra belum mendengarkan penjelasanku, Pa. Aku yakin Zahra akan memaafkan aku setelah itu,” ucap Zyan penuh percaya diri.“Papa tidak yakin. Wanita itu tidak akan mudah memaafkan apalagi melupakan, Zy. Zahra bisa cepet memaafkan kamu, tapi belum tentu dia bisa melupakan pengkhianatanmu,” cetus Prabu.“Aku tidak pernah mengkhianati Zahra, Pa.” Zyan membela diri.“Lalu apa yang kamu lakukan saat kamu menemui wanita itu setelah menikahi Zahra. Apa itu bukan sebuah pengkhianatan? Sekarang coba dibalik posisinya, andai Zah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
27
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status