Kening Zyan mengerut mendengar jawaban istrinya. “Kenapa harus nanti? Kenapa tidak sekarang saja?”“Bang Zyan, ‘kan baru sadar dari pingsan. Biar nyawanya terkumpul dulu dengan sempurna,” seloroh Zahra sambil tersenyum.Tangan kanan Zyan meraih wajah istrinya. Dengan jempol, dia menyeka air mata yang menetes di pipi Zahra. “Kamu lebih cantik kalau tersenyum, Ra. Jangan menangis lagi ya. Abang baik-baik saja kok,” ucapnya yang dibalas Zahra dengan anggukan.“Terima kasih sudah memaafkan abang,” imbuhnya.Belum sempat Zahra membalas ucapan suaminya, Maryam masuk ke kamar dengan membawa secangkir teh manis panas. “Nak Zyan, ibu buatkan teh jahe biar mualnya berkurang,” ucapnya sambil memandang sang menantu.Zyan seketika menoleh pada ibu mertuanya. “Terima kasih, Bu. Maaf selalu merepotkan,” lontarnya dengan tak enak hati.“Ibu tidak merasa repot kok,” timpal Maryam. Dia lantas beralih pada putri bungsunya. “Ra, bantu suamimu minum,” titahnya.“Bang Zyan, kuat duduk atau tidak?” tanya Za
Last Updated : 2024-04-11 Read more