Home / Romansa / Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 101 - Chapter 110

270 Chapters

Bab 101

Mila menelan saliva. Apa yang dikatakan oleh asisten pribadinya itu ada benarnya. Bahkan bisa dibilang benar semua. Memang secepatnya dia harus bertemu dengan Gala dan mencari solusi bersama. Bagaimanapun mereka harus bertanggung jawab atas janin yang tumbuh di rahimnya. Mila tidak mau menanggungnya sendiri karena mereka melakukannya atas dasar suka sama suka. Mila ingin status yang jelas untuk anak yang dikandungnya.“Mil, kenapa malah diam?” tegur Rini karena artisnya itu hanya diam. “Kamu masih ingin jadi artis atau setidaknya jadi selebgram atau tidak?” Dia mengulang lagi pertanyaannya tadi.Mila mengangguk pelan. “Tentu saja masih ingin. Aku tidak tahu harus kerja apa kalau tidak jadi artis,” akunya.“Kalau begitu lakukan apa yang aku katakan tadi. Sebelum keluarga Zyan bertindak lebih jauh. Bisa jadi tak lama lagi kamu akan diusir dari sini,” tukas Rini.“Zyan, tidak akan mengusirku. Dia sudah menyewakan unit ini untukku selama setahun. Dia bukan tipe orang yang suka mengambil a
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Bab 102

Zyan menatap tajam asistennya. “Aku tidak peduli pria itu mau bertanggung jawab atau tidak. Aku cuma ingin tahu orangnya. Secara tidak langsung, dia ikut andil dalam permasalahan ini. Dia yang berbuat dengan Mila, tapi malah aku yang kena imbasnya. Setidaknya dia juga harus merasakan apa yang kurasakan sekarang,” tegasnya.“Baik, Pak. Tadi saya sudah menempatkan orang untuk mengawasi Mila dan memasang penyadap di unitnya. Semoga saja secepatnya ada titik terang,” sahut Faisal.Zyan mengangguk menanggapi asisten pribadinya itu. “Fai, apa kamu tahu nomor ponsel ayah dan ibu mertuaku?” tanyanya kemudian dengan nada suara dan ekspresi wajah yang lebih tenang.“Tahu. Apa Pak Zyan membutuhkannya? Nomor ponsel Amir juga ada kalau Pak Zyan juga mau,” jawab Faisal.“Kirim ke aku semua nomor mereka!” perintah Zyan.“Siap, Pak.” Asisten pribadi Zyan itu kemudian mengambil gawai dari saku celana lantas mengirimkan nomor ponsel Umar, Maryam, dan Amir pada Zyan. “Sudah, Pak. Silakan dicek,” ucapnya
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 103

“Memangnya bisa tes DNA sekarang? Anaknya ‘kan belum lahir?” Gala berkilah seraya mencari-cari alasan.Mala tersentak mendengar ucapan Gala, tapi dengan cepat artis itu menguasai diri. Meskipun belum tahu bagaimana mekanismenya, dia harus bisa meyakinkan Gala. Kalau Zyan bisa melakukan tes DNA pada janinnya, pasti yang lain juga bisa.“Sekarang ini teknologi sudah sangat maju. Tentu saja tes DNA bisa dilakukan meskipun bayi masih di dalam kandungan,” ujar Mila. Dia lantas menatap lekat sang aktor. “Bagaimana? Kamu mau ‘kan?”Gala pun menatap tajam Mila. “Kalau aku tidak mau, kamu pasti akan tetap memaksaku dengan berbagai cara ‘kan?”Mila mengangguk. Mengakui apa yang dikatakan oleh Gala. Dia memang akan menghalalkan bermacam cara agar pria itu mau melakukan tes DNA. “Tentu saja. Sebagai orang yang sudah dewasa, kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Bukan lari dari tanggung jawab.”Gala mengembuskan napas kasar. “Aku akan melakukannya, tapi aku tidak mau terendus ol
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Bab 104

“Aku baru mau tidur. Ada apa malam-malam kamu mencariku, Fai?” Zyan menimpali asisten pribadinya setelah tadi hanya diam saat mendengar ada yang masuk ke ruang rawat inapnya.“Ada berita penting yang mungkin akan membuat Pak Zyan lebih tenang tidurnya,” sahut Faisal yang sukses membuat sang atasan merasa penasaran.“Apa itu? Cepat katakan!” perintah Zyan dengan tak sabar.“Mila mengakui kalau Pak Zyan bukan ayah biologis anak yang sedang dia kandung. Dia juga minta tolong melakukan tes DNA dengan pria yang sudah menghamilinya.” Jelas Faisal.Zyan sontak memandang pria yang berdiri di sisi ranjang pasien itu. “Kamu tidak bercanda ‘kan?” tanyanya memastikan.Faisal menggeleng. “Saya rasa Pak Zyan tahu kalau saya tidak suka bercanda. Apalagi untuk hal penting seperti ini,” tegasnya.“Apa informasi itu valid?” Zyan masih belum sepenuhnya percaya pada sang asisten pribadi.“Sangat valid, Pak. Asisten Mila sendiri yang tadi menghubungi saya,” terang Faisal.“Sudah kamu pastikan kebenarannya
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Bab 105

Pukul 6.00 pagi, Rania datang ke rumah sakit bersama asisten pribadinya. Dia menyuruh Faisal pulang setelah semalaman menjaga dan mengurus segala kebutuhan Zyan. Asisten pribadi putranya itu pun menurut. Setidaknya Faisal bisa beristirahat sebentar di apartemennya sebelum pergi ke kantor.Rania menyiapkan dan membantu Zyan mengenakan pakaian usai putra sulungnya itu mandi. Satu tangan Zyan masih diinfus, jadi dia butuh bantuan orang lain untuk memakai atasan. Setelah itu Rania dibantu asisten pribadinya membereskan pakaian Zyan yang berencana pulang hari ini.Wanita paruh baya itu kemudian mengompres lebam di wajah Zyan dengan air hangat untuk meningkatkan aliran darah di area yang memar dan mempercepat pemulihan. Dia merasa miris melihat wajah putranya yang mulai berwarna ungu karena pukulan Amir tempo hari.“Apa ini sakit?” tanyanya seraya menatap sang putra dengan iba.Zyan mengangguk. “Tapi ga sesakit waktu ditolak sama Zahra, Ma,” akunya sambil meringis kala Rania mengompres sisi
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Bab 106

Umar memandang istrinya sebelum memberi tanggapan pada Zyan. Kedua orang itu seolah berbicara lewat tatapan mata dan hanya mereka yang tahu. “Nak Zyan, bukan ayah tidak mengizinkan, tapi semua tergantung sama Zahra. Ibu akan coba membujuk Zahra agar mau bertemu Nak Zyan. Tapi kami tidak bisa janji,” ucapnya.Zyan mengangguk. “Iya, Yah. Semoga saja Zahra mau menemui saya,” timpalnya penuh harap.“Ibu masuk dulu mau bicara dengan Zahra. Oh ya, Nak Zyan mau minum apa?” tanya Maryam sebelum beranjak dari duduknya.“Terima kasih tawarannya, Bu, tapi tidak usah. Saya masih kenyang,” jawab Zyan.Maryam lantas meninggalkan suami dan menantunya di ruang tamu. Dia lalu pergi ke kamar putri bungsunya. “Rara,” panggilnya sesudah mengetuk pintu.“Ya,” sahut Zahra dari dalam kamar. Tak lama kemudian pintu kamar itu dibuka dari dalam lalu muncul sosok wanita yang mengenakan setelan piyama dengan wajah lesu dan rambut agak acak-acakan. “Ada apa, Bu?” tanyanya.“Kamu baru bangun, Ra?” Maryam mengamati
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 107

Maryam sontak pergi ke belakang begitu mendengar suara berdebum. "Ya Allah, Nak Zyan," pekiknya begitu melihat menantunya tergeletak di depan kamar mandi."Bang Zyan kenapa, Bu?" tanya Zahra yang menyusul ke belakang."Pingsan. Cepat panggil Ayah ke sini, Ra," perintah Maryam setelah menjawab pertanyaan putrinya.Zahra pun gegas pergi ke ruang tamu. "Yah, Bang Zyan pingsan di depan kamar mandi," ucapnya.Umar tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya kala mendengar laporan putrinya. "Kamu siapkan kamarmu. Ayah panggil bantuan dulu," titah Umar sebelum keluar rumah untuk meminta bantuan bodyguard yang berjaga di rumahnya. Raina memang menugaskan beberapa bodyguard di sana untuk mengantisipasi bila ada wartawan yang datang menyambangi rumah sang besan. Zahra gegas pergi ke kamar. Dia merapikan tempat tidurnya yang tadi sedikit berantakan dan menyiapkan tempat untuk tempat suaminya nanti berbaring. Tak lupa ibu hamil itu mengenakan jilbab instan untuk menutupi kepalanya. Para bodyguard y
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 108

Kening Zyan mengerut mendengar jawaban istrinya. “Kenapa harus nanti? Kenapa tidak sekarang saja?”“Bang Zyan, ‘kan baru sadar dari pingsan. Biar nyawanya terkumpul dulu dengan sempurna,” seloroh Zahra sambil tersenyum.Tangan kanan Zyan meraih wajah istrinya. Dengan jempol, dia menyeka air mata yang menetes di pipi Zahra. “Kamu lebih cantik kalau tersenyum, Ra. Jangan menangis lagi ya. Abang baik-baik saja kok,” ucapnya yang dibalas Zahra dengan anggukan.“Terima kasih sudah memaafkan abang,” imbuhnya.Belum sempat Zahra membalas ucapan suaminya, Maryam masuk ke kamar dengan membawa secangkir teh manis panas. “Nak Zyan, ibu buatkan teh jahe biar mualnya berkurang,” ucapnya sambil memandang sang menantu.Zyan seketika menoleh pada ibu mertuanya. “Terima kasih, Bu. Maaf selalu merepotkan,” lontarnya dengan tak enak hati.“Ibu tidak merasa repot kok,” timpal Maryam. Dia lantas beralih pada putri bungsunya. “Ra, bantu suamimu minum,” titahnya.“Bang Zyan, kuat duduk atau tidak?” tanya Za
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

Bab 109

“Bang Zyan, marah?” Zahra memandang suaminya dengan lekat.Zyan menggeleng lalu mengusap wajah. “Astaghfirullah. Abang hanya tanya bukannya marah sama kamu. Maaf kalau nada suara abang tinggi dan seperti orang marah. Tolong maafkan abang ya,” pintanya.Zahra menyengguk. “Maafkan saya juga yang tidak paham dengan apa yang Bang Zyan tanyakan,” balasnya.“Sekarang Bang Zyan jelaskan pertanyaan apa yang belum saya jawab?” tanyanya kemudian.“Mmm ... itu ... soal abang boleh tidak tidur di sini?” ucap Zyan dengan kikuk.Zahra tertawa kecil sambil menggeleng beberapa kali. “Astaghfirullah soal itu! Apa masih perlu saya jawab?”Zyan kembali menganggut. “Tentu saja. Abang butuh kepastian, Ra.”“Oh, ternyata sekarang tidak hanya wanita yang butuh kepastian, tapi pria juga,” celetuk Zahra yang sengaja menggoda Zyan.“Ra, please. Jangan bikin abang penasaran.” Zyan mengatupkan kedua tangan di depan dada dengan tatapan memohon.“Abang boleh tidur di sini, tapi hanya sehari,” tandas Zahra.“Apa? Ha
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

Bab 110

Zyan mengangguk. “Dia salah satu aktor yang main film dengan Mila. Bulan lalu mereka syuting di luar kota selama beberapa minggu. Saat ini Faisal sedang menyelidiki pria itu lebih dalam.” Kali ini dia berkata jujur. Tidak menutupi langkah apa yang sudah dilakukan oleh asisten pribadinya.“Apa Bang Zyan kenal secara pribadi sama aktor itu?” Zahra masih merasa penasaran.Zyan menggeleng. “Abang ga kenal, tapi tahu sosoknya.”“Apa Bang Zyan tidak merasa cemburu?” tanya wanita yang sedang hamil muda itu.Pria berusia 32 tahun itu mengernyit. “Cemburu? Sama siapa?”“Ya sama aktor itu. Kan dia sekarang dekat sama Mbak Mila,” jelas Zahra.Zyan tertawa kecil. “Pertanyaanmu itu tidak masuk akal dan tidak pada tempatnya. Buat apa abang cemburu? Abang ‘kan cintanya sama kamu, bukan sama Mila,” tegasnya.“Ya siapa tahu masih ada sisa cinta di hati Bang Zyan buat Mbak Mila,” tukas Zahra.Zyan menggeleng. “Tidak tersisa apa pun di hati abang buat dia. Hati abang sepenuhnya milik kamu. Jujur saja, a
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more
PREV
1
...
910111213
...
27
DMCA.com Protection Status