All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 61 - Chapter 70

270 Chapters

Bab 61

Usai salat Subuh, Zyan dan Zahra langsung keluar dari kamar karena sudah dijemput oleh Rudi. Pagi ini mereka akan pergi ke Taliyasan untuk melihat hiu paus secara langsung. Menurut para ilmuwan ada sekitar sepuluh hiu paus yang ukurannya mencapai tujuh meter, hidup di kawasan tersebut. Alasan kenapa mereka pergi sangat pagi karena hiu paus sering terlihat mencari makan antara pukul 6.00 sampai 8.00 pagi.Setelah tiba di Taliyasan, yang merupakan kampung nelayan, mereka akan menaiki perahu nelayan untuk melihat hiu paus. Para nelayan lokal yang akan memandu karena mereka lebih mengenal kawasan itu dan juga kebiasaan hiu paus. Zyan dan Zahra dibawa ke kawasan di mana hiu paus sering menampakkan diri. Namun tidak semua pengunjung bisa beruntung melihat hiu paus karena tergantung pada cuaca dan bulan.Nelayan akan melempar ikan yang tidak layak untuk memancing perhatian hiu paus. Saat hiu paus itu muncul, mereka boleh mengambil foto tapi tidak diperbolehkan menggunakan flash. Memang ada b
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 62

“Fai, booking-kan kamar hotel terbaik di sini! Check-in Jumat, check out Minggu!” perintah Zyan pada sang asisten pribadi setelah Zahra setuju untuk memperpanjang bulan madu mereka.“Kenapa mendadak sekali, Pak? Saya tidak bisa menjamin dapat kamar terbaik,” sahut Faisal dari seberang telepon.“Keputusannya juga mendadak. Aku tidak mau tahu gimana caranya, kamu harus dapatkan kamar yang bagus!” Seperti biasa, CEO itu harus mendapatkan apa yang diinginkannya.“Baik, Pak. Akan saya usahakan. Sekalian dengan pesawat untuk pulang tidak, Pak?” timpal sang asisten pribadi.“Tidak usah. Aku pulangnya tidak pakai pesawat komersil,” balas Zyan.“Apa ada lagi, Pak?” Faisal kembali bertanya.“Tidak! Segera kabari aku kalau sudah dapat kamar.” Zyan langsung menutup panggilan itu tanpa menunggu tanggapan dari asisten pribadinya.Dia lantas meletakkan gawai di atas nakas begitu pintu kamar mandi terbuka. Zahra keluar dari sana setelah menyelesaikan hajat dan mengambil wudu. Setelah itu gantian Zyan
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 63

Pagi hari, sesudah sarapan di restoran, Zyan dan Zahra check-out dari resor yang jadi tempat bersejarah untuk mereka. Di mana untuk pertama kalinya mereka saling memiliki seutuhnya. Tidak ada lagi jarak di antara mereka karena keduanya sudah melebur menjadi satu.Mereka kembali ke Berau dengan menggunakan boat yang memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sampai di daratan, mereka tak langsung ke hotel. Zyan meminta Rudi mengantar dia dan Zahra ke tempat penjual durian. Kalimantan terkenal dengan duriannya yang khas dengan rasanya yang lebih manis dan teksturnya lebih pulen, jadi mumpung masih di sana, sekalian berburu durian. Itu juga salah satu alasan Zyan ingin memperpanjang masa bulan madu karena ingin menikmati kuliner khas di sana. Walaupun mungkin di Jakarta tetap bisa menikmati makanan khas Kalimantan, tapi biasanya beda cita rasa bila dengan menikmati di daerah asalnya. Rudi pun mengantar Zyan dan Zahra ke tempat penjual durian. Sejoli itu mencoba durian khas kalimantan yang di
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Bab 64

Zyan menatap tajam wanita yang sudah dihalalkannya itu. “Cemburu? Jangan berlebihan. Abang tidak cemburu. Abang hanya tidak suka kamu memuji pria lain,” sangkalnya.Zahra tertawa kecil. “Bang Zyan tidak usah bohong dan gengsi mengakui kalau cemburu sama Pak Faisal. Dulu saya ngobrol sama Pak Yu—”Zyan sontak mencium bibir istrinya sebelum wanita itu menyebut nama pria yang membuatnya sadar kalau dia tidak ingin Zahra dimiliki orang lain. Pria itu tak melepas tautan bibir mereka tapi justru memperdalam ciumannya. Hingga Zahra akhirnya pasrah kala suaminya melepas satu per satu pakaian yang melekat di tubuh mereka dan berakhir menggapai surga dunia bersama di atas sofa ruang tamu.“Jangan memuji dan menyebut pria lain di depan abang atau kamu akan mendapat hukuman seperti ini setiap kali melakukannya,” ucap Zyan sembari menyelipkan rambut di belakang telinga istrainya.“Iya, Bang,” sahut Zahra yang masih mengatur napasnya.“Mandi yuk, habis itu salat Zuhur.” Zyan mengajak istrinya.“Ban
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Bab 65

Zyan dan Zahra dijemput oleh supir keluarga di bandara Soekarno-Hatta. Dari sana mereka langsung ke kediaman keluarga Darmawangsa. Sejoli itu disambut dengan penuh sukacita begitu tiba di sana.“Halo, Sayang. Zyan memperlakukan kamu dengan baik ‘kan di sana?” sapa Rania kala mencium kedua pipi sang menantu tercinta.“Alhamdulillah, Bang Zyan sangat baik, Ma,” sahut Zahra.“Beneran baik? Kamu tidak perlu bohong sama mama kalau Zyan tidak memperlakukanmu dengan baik,” tukas Rani sambil memegang kedua bahu menantunya.“Demi Allah, saya tidak bohong, Ma.” Zahra meyakinkan sang mama mertua.“Astaghfirullah, Ma. Seburuk itukah aku di mata Mama? Lihat saja penampilan menantu Mama yang terlihat semakin cantik. Kalau aku tidak memperlakukan Zahra dengan baik, dia pasti tidak akan seceria ini,” protes Zyan yang terus disudutkan oleh mamanya.“Iya, mama percaya. Mama hanya ingin mengetes kalian,” timpal Rania dengan santai. Wanita paruh baya itu lantas menggandeng menantunya ke ruang keluarga. D
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Bab 66

“Zyan, Zahra, resepsi kalian akan diadakan dua minggu lagi. Jadi, besok kalian harus ke desainer langganan mama untuk menentukan pakaian apa yang akan kalian pakai,” lontar Rania kala mereka sedang berkumpul di ruang makan untuk makan malam bersama.“Apa? Resepsi?” Zyan tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Begitu juga Zahra. Hanya bedanya wanita itu diam, sedangkan Zyan bersuara.Rania mengangguk. “Iya, resepsi. Kenapa kalian kaget? Bukannya sebelum bulan madu kamu ingin mengadakan konferensi pers dan resepsi besar-besaran?” Dia memandang putra sulungnya.“Siapa yang tidak terkejut kalau mendadak begini, Ma? Aku dan Zahra juga tidak diajak bicara terlebih dahulu. Bagaimana kalau ayah dan ibu Zahra menolak?” Zyan mengungkapkan alasannya.“Tenang saja. Mama dan Papa sudah bicara dengan Pak Umar dan Bu Maryam waktu kalian pergi bulan madu. Mereka setuju-setuju saja kita mengadakan resepsi biar tidak ada fitnah kalau nanti Zahra tiba-tiba hamil. Kami memang sengaja tidak bicara denga
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Bab 67

“Telepon dari siapa, Ra?” tanya Zyan tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan. Sejak memutuskan benar-benar menjalani pernikahan dengan Zahra, pria itu memberi akses penuh pada sang istri untuk membuka atau menggunakan gawainya. Zahra pun mengambil ponsel pintar milik suaminya dari dashboard. “Tidak tahu, Bang. Nomornya belum tersimpan.” Wanita itu menunjukkan layar gawai pada Zyan.“Biarkan sajalah. Tidak usah dijawab. Paling orang iseng,” tukas Zyan.Zahra lantas kembali meletakkan ponsel berlogo apel tergigit itu di dashboard. Tak lama benda pipih itu berbunyi lagi. Panggilan dari nomor yang sama."Kalau peneleponnya masih yang tadi biarkan saja, Ra," tukas Zyan saat Zahra mengambil gadget itu lagi."Iya, Bang. Tapi bagaimana kalau ini ternyata penting?" cetus Zahra "Kalau memang penting dia akan kirim pesan. Kalau tidak, pasti hanya iseng," tandas pria bercambang tipis itu. Zahra pun kembali mengabaikan panggilan itu sampai berkali-kali hingga Zyan meminta sang istri mengubah p
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Bab 68

Pria bercambang tipis itu sontak menoleh pada istrinya. Tak dipungkiri dia terkejut karena kemunculan Zahra di dekatnya. Namun karena sudah bertekad tidak ingin menyembunyikan apa pun dari sang istri, jadi Zyan bersikap biasa saja. Dia malah memberikan ponselnya pada Zahra.“Kenapa dikasih ke saya, Bang?” Zahra tak mau langsung menerima ponsel keluaran terbaru itu.“Baca saja, biar kamu tahu apa yang abang baca.” Zyan meraih tangan istrinya lalu meletakkan gadget itu di atas telapak tangan Zahra. Awalnya wanita berhijab itu menolak tapi karena Zyan bersikeras, Zahra pun akhirnya mengalah. Ada rasa nyeri yang menjalar di hati kala membaca pesan dari mantan kekasih suaminya itu. Meskipun Zyan terlihat bersikap biasa, tetap saja ada ketakutan dalam dirinya kalau pria itu akan bertemu sang mantan kekasih dan kembali padanya. “Bang Zyan, mau menemui Mbak Mila?” Setelah mengumpulkan kekuatan, akhirnya Zahra bisa mengeluarkan suara.CEO itu berdiri lalu mendekati istrinya. Kedua tangannya
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Bab 69

“Assalamu’alaikum,” salam Zahra begitu berada di depan warung yang ada di samping rumah orang tuanya.“Wa’alaikumussalam.” Suara seorang wanita menjawab salamnya.Zahra tersenyum melihat wanita yang sudah melahirkannya itu. Dia mencium punggung tangan sang ibu, kedua pipi, baru kemudian memeluk erat Maryam. “Ibu, sehat ‘kan?” tanyanya setelah mengurai pelukan.“Alhamdulillah sehat. Kamu lihat sendiri ‘kan ibu sangat sehat. Mana suamimu?” Maryam mencari sosok pria yang sudah menghalalkan putrinya itu.“Bang Zyan baru mengambil koper sama oleh-oleh. Kayanya dia langsung ke rumah, Bu,” terang Zahra karena Zyan tak juga menyusulnya.“Yuk, kita ngobrolnya di rumah saja.” Maryam lantas mengajak sang putri meninggalkan warungnya.“Kok ditinggal, Bu. Nanti kalau ada yang beli gimana?” tanya Zahra karena Maryam tidak menutup warung menjadi sumber penghasilan kedua orang tuanya.“Gapapa. Nanti kalau ada yang beli pasti akan manggil atau memencet bel,” jawab Maryam sambil menunjuk bel yang ada d
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Bab 70

Usai makan malam bersama, mereka berkumpul di ruang tengah. Setelah Zyan membawa tas yang berisi oleh-oleh, Zahra membagikan oleh-oleh untuk keluarganya. Umar, Maryam, dan Amir senang karena mendapat berbagai macam buah tangan khas dari Kalimantan.Setelah itu mereka saling berbagi cerita. Zyan juga kadang ikut menimpali dan tertawa. Meskipun sering terlihat datar dan dingin, tapi pria itu cukup supel dalam bergaul. Dia bisa menyesuaikan diri di mana sedang berada. Zyan tak tampak canggung berbicara dengan keluarganya dan Zahra mensyukuri hal tersebut.Sekitar pukul 9.00 malam, Umar dan Maryam pamit ke kamar untuk beristirahat. Pasangan paruh baya itu memang tidak terbiasa tidur larut malam. Sementara Amir masih tetap di ruang tengah.“Kalian kalau mau tidur duluan tidak apa-apa. Aku masih belum ngantuk,” lontar Amir setelah kedua orang tuanya masuk ke kamar.“Mas Amir gapapa ditinggal sendiri?” Zahra memandang kakak kandungnya itu.“Aku sudah biasa lagi nonton TV sendiri, Ra,” timpal
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more
PREV
1
...
56789
...
27
DMCA.com Protection Status