Semua Bab Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati: Bab 61 - Bab 70

106 Bab

Ban. 61. Tuan Han Tersingkir

“Berapa banyak wanita yang sudah melaporkan Tuan Han?” tanyaku.Aku menyingkirkan tabletku kemudian mulai membuka map berisi laporan kepolisian.“Hingga detik ini ada tujuh wanita yang melaporkan Tuan Han. Termasuk Nyonya Julie,” terang Nunu.Aku terkejut. “Jumlah yang tidak sedikit. Tuan Han pasti suka mencicipi berbagai tipe wanita. Dasar pria menjijikkan. Untung saja Nyonya Tamara sudah membuangnya,” ujarku menghela napas. Dadaku terasa sedikit sesak mengingat kelakuan bejat Tuan Han.“Haruskah aku membantu para wanita itu agar mereka mendapatkan keadilan?” tanyaku pada Nunu.“Ngapain? Enggak perlu berbuat sebaik itu. Kamu bukan malaikat penolong. Kamu hanya manusia biasa. Lakukan sesuatu sesuai dengan kapasitasmu saja,” kata Nunu memberiku sedikit pengertian.“Yang kamu katakan ada benarnya juga. Aku akan menyimpan tenagaku untuk rencana selanjutnya. Sekarang, aku hanya perlu fokus membantu Nyonya Julie menghukum Tuan Han,” ujarku.“Aku sudah tidak sabar menyaksikan aksimu lagi. B
Baca selengkapnya

Bab. 62. Buku Perjanjian Bersama Dewa

Aku menginginkan kematian terjadi pada Tuan Han. Tetapi mau bagaimana lagi? Mengingat bila aku tinggal di negara hukum, aku harus menghormati peraturan yang berlaku. Yeah, meskipun hukum juga bisa dimanipulasi sih.“Kamu yakin mau tinggal di rumahmu lagi? Tidak mau tinggal bersamaku?” tanya Jimmy.“Kamu ini berbicara seolah aku akan tinggal selamanya di rumahku. Aku hanya ingin melihat kondisi rumahku setelah ditinggal ibu tiriku, dan Melisa. Aku penasaran, apakah mereka membawa barang berharga dari sana,” terangku.Jimmy menarik pinggangku, menepis jarak di antara kami berdua.“Boleh aku menginap beberapa hari di rumahmu?” pinta Jimmy.“Tentu saja boleh. Aku bahkan memperbolehkanmu tinggal di rumahku sesuka hatimu,” jawabku.“Aku senang mendapat izin menginap di rumahmu. Nanti malam aku akan menyusulmu. Kamu bisa ‘kan pergi ke rumahmu sendiri. Hari ini aku ada rapat penting, jadi tidak bisa mengantarmu.”Aku tersenyum kemudian mengangguk. “Iya, aku bisa pulang sendiri. Aku tunggu kam
Baca selengkapnya

Bab. 63. Memperbaiki Hubungan

Setelah lelah mengobrol, aku mengajak Jimmy mengelilingi rumah mewahku. Meski ukuran rumah utama keluarga Louzi jauh lebih besar ketimbang rumahku, aku tetap ingin pamer.Aku merengut ketika sampai di kamar Melisa. Wanita itu pasti tidak sempat mengambil barangnya. Atau mungkin, Melisa justru sengaja tidak mengemasi seluruh barangnya karena Beni telah memberinya lebih dari ini.Memikirkan hal tersebut membuatku kesal. Aku jadi menyadari satu hal. Aku tidak mungkin bahagia apabila Melisa, dan Beni hidup bahagia.“Kamu pandai melukis. Semua lukisanmu sangat indah, dan tidak biasa,” puji Jimmy.Aku berjalan mendekati Jimmy. Sedari tadi Jimmy hanya mengamati hasil lukisanku.“Terima kasih. Kamu orang kedua yang memuji karyaku setelah ibuku,” jawabku.Kami sedang berada di ruang bawah tanah rumah. Ruangan ini telah aku ubah menjadi galeri kecil milikku. Hanya aku, dan orang-orang tertentu yang boleh masuk ke dalam sini. Bahkan aku tidak memperbolehkan pelayan merapikan atau membersihkan ru
Baca selengkapnya

Bab. 64. Penawaran Untuk Melisa

Melisa tampak sangat terkejut dengan tawaranku.“Kak Elina serius? Memperbolehkan aku bekerja di perusahaanmu?” tanya Melisa meragukan aku.“Tentu saja aku memperbolehkanmu. Kalau tidak boleh, ngapain aku nawarin kamu bekerja di kantorku?” jelasku meyakinkan Melisa agar percaya kepadaku.“Hm... Kalau begitu aku nanti tanya Kak Beni dulu deh. Boleh apa enggak,” ujar Melisa.“Pasti boleh. Karena aku akan memberimu dua puluh persen saham Mining Company,” kilahku.“Saham itu apa? Aku tahu tetapi enggak mengerti, Kak,” tanya Melisa bingung.“Nah! Nanti kamu ‘kan minta izin sama Beni, kamu sekalian tanya apa itu saham padanya. Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang,” kataku berkelit.“Loh? Mengapa kok enggak bisa menjelaskan? Kak Elina masih bodoh ya?”Aku tahu jika Melisa tengah mengolokku meski dia memasang wajah polos. Satu-satunya adik tiriku ini memang tidak pernah berubah. Sedikit saja berbuat baik padanya, dia akan langsung merendahkanku. Hal ini sering terjadi. Namun aku baru menyad
Baca selengkapnya

Bab. 65. Kembalinya Melisa

Aku kebingungan melihat Beni tertawa terbahak-bahak. Memangnya ada yang lucu?“Seorang wanita tidak mungkin bisa melebihi seorang pria. Dalam bidang apa pun,” dalih Beni.Aku tidak terkejut jika Beni suka meremehkan kemampuan wanita. Beni sangat kolot seperti ayahnya. Dia masih menganut paham patriarki.Aku merasa beruntung karena Jimmy berbeda dari ayah dan kakaknya.“Yang kamu katakan memang benar. Kerap kali wanita tidak diberi kesempatan yang sama seperti pria. Tapi sekarang, dunia sudah berubah. Banyak wanita hebat di dunia ini,” terangku.Beni berdecap. “Kamu terlalu banyak berbicara, Elina,” tegur Beni tidak senang. “Pokoknya aku tidak mengizinkan Melisa bekerja di sini. Jika kamu berani bertemu dengan Melisa lagi. Aku tidak akan membiarkanmu,” ancamnya kemudian.Aku menghembuskan napas panjang, lelah atas sikap arogan Beni.“Baiklah... Bagaimana kalau aku menceritakan rahasia kita pada Jimmy?”Amarah Beni terpancing seketika.“Hubunganmu pasti sangat dekat dengan Jimmy, sampai
Baca selengkapnya

Bab. 66. Pertunangan Elina, dan Jimmy

Aku sama sekali tidak menyangka, Jimmy melamarku di depan gedung kantorku. Sungguh di luar dugaanku. Aku pikir Jimmy akan melamarku seperti Beni dahulu melamarku.Karena Jimmy membuatku terkejut sekaligus terpukau, dengan mantap aku putuskan untuk menerima lamaran Jimmy.Semua orang yang ada di sana bersorak gembira mengetahui jika rencana lamaran Jimmy berhasil.Jimmy memasangkan cincin berlian di jari manisku. Kemudian dia memelukku erat. Setelah puas memelukku, Jimmy menggendongku menuju mobilnya.Kami pergi meninggalkan tempat. Aku makin bahagia saat aku melihat Melisa yang menatapku penuh dengan rasa iri dengki. Dia pasti sangat cemburu melihatku dilamar oleh Jimmy.“Kamu suka dengan caraku melamarmu?”Pertanyaan Jimmy mengalihkan perhatianku dari pikiranku. Aku menoleh ke samping, di mana Jimmy tengah menyetir mobil.Aku memeluk erat buket bunga pemberian Jimmy.“Iya, aku suka banget. Kamu selalu bisa mengejutkanku,” pujiku.“Maafkan aku, tidak menghubungimu selama dua hari. Mes
Baca selengkapnya

Bab. 67. Gaun Pengantin Elina

Aku beralih menatap Melisa secara intens. “Menurutmu siapa yang melakukan ini?” tanyaku padanya.Melisa yang gelagapan buru-buru menjawab jika dia tidak tahu, dan tidak mau tahu.“Kepalaku lagi pusing, Kak. Jangan minta aku untuk berpikir,” kilahnya.Sembari terus mengumbar senyuman, aku menganggukkan kepalaku. Berusaha memahami Melisa.“Yaudah kamu istirahat dahulu deh. Katanya hari ini kamu menemani salah satu kolega hingga sore ya?”Melisa cemberut mengingat agendanya hari ini yang sangat menguras energi.“Iya nih, Kak! Tadi pagi aku sudah bertemu orangnya. Cerewet banget! Habis makan siang aku diminta nemenin dia lagi. Ya ampun, sial banget aku,” keluh Melisa.Melisa merengek kepadaku agar aku meringankan pekerjaannya. Tetapi, aku tidak mungkin membiarkan Melisa bersantai di sini.“Kolega kali ini sangat menyukaimu, mangkanya minta kamu temani terus. Tadi aku sudah mengajukan pegawai lain untuk menggantikanmu. Tetapi tetap saja, kamu yang dipilih. Pasti orang itu menyukaimu,” jela
Baca selengkapnya

Bab. 68. Kondisi Jimmy

Nunu meraih ponselku yang tergeletak di atas lantai marmer. Dia mengambil alih pembicaraan bersama polisi tersebut. Setelah panggilan terputus, Nunu mengajakku pergi ke rumah sakit. Aku yang masih shock sama sekali tidak bergeming. Aku belum siap datang ke rumah sakit lalu melihat jasad tunanganku. Aku tidak akan pernah kuat.“Aku tidak mau pergi ke rumah sakit,” ucapku menolak ajakan Nunu.Nunu menghembuskan napas. Dia prihatin melihat keadaanku sekarang.“Polisi menginginkanmu ada di sana sebagai kerabat terdekat Tuan Jimmy. Tadi aku diberi tahu jika hanya ada nomormu di dalam ponsel Tuan Jimmy. Itu artinya, kepolisian tidak menghubungi Tuan Beni,” jelas Nunu.Nunu berusaha membujukku agar aku mau pergi ke rumah sakit. Tetapi aku tetap tidak mau. Aku hanya bisa menangis dalam diam. Hatiku tersayat.“Ayo! Tuan Jimmy pasti sudah menunggumu. Jangan biarkan Tuan Jimmy sendirian di sana.”Setelah aku memaksakan hatiku untuk tegar, aku mengangguk, menyetujui ajakan Nunu.Tanpa mengenakan
Baca selengkapnya

Bab. 69. Makam Malam Memualkan

Dugaan Nunu terbukti benar. Padahal acara pernikahanku bersama Jimmy belum digelar, tetapi Melisa sudah kebakaran jenggot. Secara tiba-tiba Melisa mengatakan jika dirinya akan bertunangan dengan Beni. Tentu, sebagai seorang kakak, aku harus mengeluarkan respons yang positif.“Aku juga kaget loh, Kak. Enggak nyangka kalau Kak Beni mau cepat-cepat meresmikan hubungan kita berdua,” ungkap Melisa. “Hm... Kak Elina enggak keberatan ‘kan? Kalau misalnya aku menikah sama Kak Beni? Toh, kalian berdua sudah tidak memiliki hubungan apa pun.”Aku menggelengkan kepalaku. “Enggak ada alasan buat aku ngerasa keberatan dengan rencana pernikahan kalian. Malahan bagus kalau kita nantinya bisa menjadi satu keluarga yang utuh. Aku menikah dengan Jimmy, anak kedua keluarga Louzi. Sedangkan kamu menikah dengan Beni, anak pertama keluarga Louzi.” Ucapku. “Bukan kah itu bagus?”Sepasang mata Melisa berkaca-kaca. Masa depan yang aku lontarkan terdengar begitu menjanjikan baginya. Menjadi menantu dari keluar
Baca selengkapnya

Bab. 70. Satu Minggu Lagi

Tak terasa, satu minggu lagi pernikahanku bersama Jimmy akan dilaksanakan. Segala keperluan telah siap. Mulai dari gaun pernikahan, tempat di mana kita akan melangsungkan pernikahan. Semua sudah dibayar oleh Jimmy. Kini, aku tinggal menunggu hingga waktu itu datang. Mengingatnya, membuat jantungku berdebar kencang. Aku sudah tidak sabar menjadi menantu keluarga Louzi untuk kedua kalinya.“Mulai sekarang kamu tidak boleh keluar rumah dahulu sampai hari pernikahanmu,” ucap Nunu.“Loh, kenapa aku tidak boleh keluar? Aku harus tetap berangkat bekerja,” jawabku heran.Nunu menghembuskan napas kemudian berkata, “Itu tradisi di kotaku. Setiap wanita yang akan melangsungkan pernikahan, tidak diperbolehkan untuk keluar rumah. Kalau enggak salah sih, tujuannya agar si wanita tidak menghilang. Entahlah, aku juga tidak terlalu memahami hal tersebut. Pokoknya, semua orang di kotaku melakukan hal tersebut. Mangkanya aku ingin kamu juga melakukannya, untuk menghindari kejadian buruk.”Aku hampir te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status