Melihatku panik, suara tawa Beni makin terdengar kencang. Aku sama sekali tidak mengerti, kenapa aku bisa tiba-tiba setakut ini. Aku juga tidak merasa melakukan kejahatan. Tidak ada satu pun ingatan terlintas di otakku mengenai hal itu. “Aku tidak pernah berkata omong kosong, Elina. Kita sudah lama mengenal satu sama lain. Jangan lupa, kita saling memegang rahasia,” tutur Beni.Aku muak mendengar Beni terus menyinggung mengenai rahasia, di saat aku sendiri tidak tahu apa rahasiaku yang dipegang oleh Beni, begitu pun sebaliknya.“Aku enggak mau ngebahas soal rahasia-rahasia itu! Sekarang, kamu ngomong saja, apa keperluanmu? Sampai kamu rela datang kemari! Kamu datang karena Melisa mengadu?”“Jika itu benar, kamu kesal?” ledek Beni. “Aku datang kemari untuk memberimu peringatan. Kita sudah berpisah, itu artinya, jangan mengurus urusanku. Apalagi mengganggu kekasihku. Jika kamu mengulangi perbuatanmu, aku tidak akan segan-segan membeberkan s
Baca selengkapnya