“Nanti malam mau pergi ke mana? Kok kamu heboh banget?” tanya Nunu.Aku terlalu sibuk melihat koleksi gaun milikku sehingga tidak menghiraukan keberadaan Nunu yang sedari tadi membantuku memilih gaun.“Tuh kan, enggak dijawab!”“Eh?” Aku menoleh ke arah Nunu setelah mendengar nada tinggi dari wanita itu.“Nanti malam mau pergi ke mana?” Nunu terus mengulang pertanyaannya.“Oh... Nanti malam Jimmy mengajakku pergi makan malam bersama. Katanya sih tempatnya spesial, mangkanya aku ingin tampil memukau. Biar enggak malu-maluin,” jawabku.“Mau makan malam saja heboh. Kelihatan sekali kalau kamu suka sama Tuan Jimmy,” goda Nunu.Aku tersenyum tipis. “Mau berapa kali pun aku menyangkal, kamu tidak akan percaya. Aku juga tidak ingin mengakui sesuatu,” ujarku.“Kamu adalah tipe orang yang bisa di mengerti tanpa harus melakukan pengakuan,” ujar Nunu.“Maksudmu aku mudah ditebak, begitu?” Kedua bola mataku melotot.“Bukan mudah ditebak, tetapi kamu tidak bisa menutupi perasaanmu. Itu saja,” kata
“Kamu yakin? Ingin menjadikanku sebagai kekasihmu?” tanyaku memastikan.“Sangat yakin,” jawab Jimmy tanpa ragu.“Masih banyak wanita di luaran sana yang jauh lebih baik ketimbang aku loh,” kataku lagi.“Iya aku tahu, masih banyak wanita yang jauh lebih baik daripada kamu. Tetapi aku sukanya sama kamu. Gimana dong? Aku tidak bisa mencegah hatiku.”Aku menggelengkan kepala.“Mungkin kamu belum menemukannya saja. Lebih baik kamu mencari wanita lain. Berkenalan dengan banyak wanita terdengar tidak buruk,” ujarku memberi saran.“Aku tidak bisa melihat wanita lain selama ada kamu yang selalu mengisi otakku,” tandas Jimmy.Aku sempat terkejut mendengar pengakuan tegas Jimmy. Dilihat dari wajah Jimmy, sepertinya pria itu tidak sedang bergurau.“Aku akan menunggumu sampai kamu mau menerima cintaku. Satu hal yang harus kamu tahu dariku. Aku, tidak suka bermain wanita.”Jimmy terus mempertegas ketulusannya terhadapku.“Sebenarnya aku masih takut membina hubungan seperti sepasang kekasih. Aku taku
“Kenapa datang sebagai orang asing? Kamu kan kakakku,” tanya Melisa bingung.“Melisa, aku bukan lagi kakakmu,” kataku.“Hah?”Aku hampir tertawa lepas melihat ekspresi lucu Melisa. Gadis satu ini benar-benar dungu.“Aku sudah membuat kartu keluargaku sendiri. Aku mendepak namamu, dan nama ibumu dari daftar keluarga Yus. Sekarang, kita tidak memiliki hubungan keluarga secara hukum.”Melisa terdiam saking kagetnya. Dia hanya bergeming. Wajahnya yang cantik kini dipenuhi ketegangan.“Apa maksudmu, Kak?” tanyanya dengan suara terbata.“Pertanyaanmu konyol sekali,” ucapku. “Jangan bilang kalau ibumu belum memberi tahumu mengenai hal ini? Astaga, ibumu pasti tidak ingin kamu bersedih,” dalihku menatap rendah Melisa.“Ibuku sudah tahu?” Melisa makin terkejut.“Ibumu sangat mencintaimu, mangkanya dia memendamnya sendiri.”Aku memajukan tubuhku supaya lebih dekat dengan Melisa. Tentu
Melihatku panik, suara tawa Beni makin terdengar kencang. Aku sama sekali tidak mengerti, kenapa aku bisa tiba-tiba setakut ini. Aku juga tidak merasa melakukan kejahatan. Tidak ada satu pun ingatan terlintas di otakku mengenai hal itu. “Aku tidak pernah berkata omong kosong, Elina. Kita sudah lama mengenal satu sama lain. Jangan lupa, kita saling memegang rahasia,” tutur Beni.Aku muak mendengar Beni terus menyinggung mengenai rahasia, di saat aku sendiri tidak tahu apa rahasiaku yang dipegang oleh Beni, begitu pun sebaliknya.“Aku enggak mau ngebahas soal rahasia-rahasia itu! Sekarang, kamu ngomong saja, apa keperluanmu? Sampai kamu rela datang kemari! Kamu datang karena Melisa mengadu?”“Jika itu benar, kamu kesal?” ledek Beni. “Aku datang kemari untuk memberimu peringatan. Kita sudah berpisah, itu artinya, jangan mengurus urusanku. Apalagi mengganggu kekasihku. Jika kamu mengulangi perbuatanmu, aku tidak akan segan-segan membeberkan s
“Apa-apaan ini? Kamu yakin? Butik yang dulu aku kunjungi itu berada di sini?” tanyaku pada Jimmy yang sudah terlebih dahulu ada di sana.“Iya.”“Jangan bercanda ah! Aku enggak suka. Lagian, aku sengaja meninggalkan pekerjaanku demi datang kemari. Kalau kamu hanya ingin mengerjaiku, aku akan menghabisimu loh, Jimmy.” Aku merengut.Jimmy tersenyum tipis melihat bibirku mengerucut lucu.“Tempat ini dulu merupakan butik bernama FLowers. Butik yang pernah berjaya di masanya. Kini, gedung ini sudah tidak terpakai lagi. Diakibatkan Butik Flowers yang mengalami kebangkrutan,” jelas Jimmy.Aku mencium bau hangus ketika kakiku makin melangkah memasuki area gedung.Jimmy selalu setia berdiri di sampingku.“Gedung ini pernah mengalami kebakaran?” tanyaku penasaran.“Menurut informasi dari anak buahku, Butik Flowers memang pernah kebakaran. Hal itu juga yang membuat Butik Flowers bangkrut,” terang Jimmy.
“Menurutmu gimana? Aku, dan Beni terlihat seperti saudara kandung?” goda Jimmy.“Jangan membuatku menerka-nerka. Aku membutuhkan jawaban pasti darimu,” balasku.Jimmy memejamkan matanya sesaat kemudian berkata, “Ibuku adalah istri pertama Tuan Louzi. Sedangkan ibu Beni merupakan istri kedua Tuan Louzi.”Kedua bola mataku melotot. Aku tidak bisa menutupi keterkejutanku.“Benaran?” tanyaku masih tidak percaya.Dengan mengeluarkan senyuman termanis, Jimmy menjawab, “Seth... Aku hanya memberi tahumu. Sekarang, kamu adalah satu-satunya orang yang memegang rahasiaku.”Aku tersenyum tipis. Jimmy hanya membagikan rahasianya denganku. Itu artinya, aku wanita spesial baginya. Senangnya.“Jadi, itu rahasiamu. Kamu enggak takut kalau aku menyebarkan rahasiamu ke orang lain?”“Jika rahasiaku sudah tersebar. Itu bukan lagi menjadi rahasia,” jawab Jimmy enteng.“Bilang saja, kalau kenyataan itu bukan merupakan rahasia. Pasti banyak orang yang sudah tahu,” sungutku.Jimmy membalas ucapanku dengan ter
“Aku pikir kamu tidak akan datang,” ucapku menyambut kehadiran Sisca.“Mana mungkin aku tidak datang. Mendapat undangan dari seorang Presdir merupakan suatu kehormatan untukku,” kata Sisca.Aku tersenyum tipis mendengar nada bicara Sisca, wanita satu ini pandai sekali penjilat.Aku telah mengetahui kebenaran mengenai hubungan Sisca, dan Tuan Han yang makin menghangat. Sisca pasti disuruh Tuan Han untuk menerorku dengan foto-foto itu.“Sudah lama kita tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?” tanyaku basa-basi.“Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Kamu sendiri bagaimana? Merasa lebih baik setelah berpisah dengan Bos Beni?”Sisca balik bertanya. Dia mempertanyakan hal yang menurutku bersifat pribadi. Mungkin dia ingin mengulik hubunganku bersama Jimmy. Baiklah, mari kita beri makan rasa penasaran Sisca.“Setelah bercerai, aku jauh lebih bahagia. Mungkin karena aku telah memiliki seorang kekasih.”
“Masa tahanan selama dua tahun? Bagaimana bisa, orang yang membuatku babak belur hanya mendapat hukuman yang begitu ringan? Terdengar tidak adil bagiku.”Aku tertawa kecil setelah mengatakan kalimat ejekan untuk Sisca. Sementara Sisca hanya bisa terdiam tak berdaya. Aku sengaja baru menjenguknya setelah Sisca mendekam di penjara selama tiga hari.“Bukan hanya menggores kulitku, kamu juga berani menggores harga diriku dengan cara mengkhianatiku. Bisa-bisanya kamu berkolusi bersama Tuan Han untuk melakukan hal menggelikan seperti ini.”Aku terus memberi tekanan pada Sisca. Hanya ingin menunjukkan betapa berkuasanya aku.“Aku pasti mampu membuatmu ketar-ketir. Sampai bikin kamu memenjarakan aku,” ucap Sisca lirih. “Tindakan yang aku lakukan membuatmu takut ya?”Aku hampir tertawa lepas mendengar ucapan Sisca yang menurutku sangat konyol.“Kamu benar, serangga seperti kecoak memang membuatku takut. Mangkanya aku men
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap