Semua Bab Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati: Bab 21 - Bab 30

106 Bab

Bab. 21. Nunu Mengenal Sisca

“Setidaknya beri aku sedikit uang untuk membantuku membayar rumah sakit ibuku. Setelah itu aku akan menyingkirkan Elina dari kantor,” ujar Sisca. “Kalau aku menolak memberimu uang. Apa yang akan kamu lakukan?” Sisca tertawa renyah. “Aku mungkin tidak bisa melakukan apa pun. Apalagi melawanmu. Tetapi, jika istrimu tercinta tahu mengenai ibuku, bukankah rumah tanggamu yang sempurna akan berantakan?” Aku berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Sisca. Dia menyinggung ibunya. Jangan-jangan, bukan Sisca yang memiliki hubungan romantis bersama Tuan Han, melainkan ibu Sisca. Menarik. “Berani kamu mengancamku!” bentak Tuan Han. “Aku tidak mengancammu, Tuan. Aku hanya, sekadar mengingatkan saja,” balas Sisca. Tuan Han menghembuskan napas kasar. “Tutup mulutmu, atau akan aku potong lidahmu,” ancam Tuan Han. Bukannya takut, Sisca malah tertawa cukup nyaring. “Jika anda bisa melakukann
Baca selengkapnya

Bab. 22. Rahasia Tujuan Nunu

“Tes DNA?” Aku mengangguk cepat. “Terus bagaimana cara kita mengambil darah Sisca dan Tuan Han? Mustahil ah,” gerutu Nunu. “Belum dicoba sudah pesimis begitu. Pasti ada jalannya.” “Apa jalannya? Kasih tahu aku,” ucap Nunu menatapku. “Bentar, aku cari dulu jalanya. Sekarang, kamu mau enggak bantuin aku?” kataku. “Bantu apa? Kamu ini ngomongnya terlalu bertele-tele, bikin kepalaku pusing,” ketus Nunu. “Iya, iya maaf. Aku ingin kamu mencari keberadaan ibu kandung Sisca. Tak hanya itu, aku juga pengin kamu mencatat semua tentang ibu Sisca. Pokoknya kumpulkan sebanyak-banyaknya,” tandasku. “Tugas darimu terdengar mudah,” tutur Nunu menggampangkan. “Beri aku waktu dua hari untuk menyelesaikan tugas itu,” lanjut Nunu. Aku harus memuji sifat sombong Nunu yang luar biasa. “Dua hari? Kayanya kamu dulu sangat mengenal Sisca ya, pasti tidak sulit bagimu untuk mencari tahu siapa, d
Baca selengkapnya

Bab. 23. Alasan Nunu Membantu Elina

Sekarang aku mengerti, kenapa Nunu dengan senang hati membantuku yang akan menghancurkan Beni.“Apa yang terjadi pada adikmu?” tanyaku.Aku menatap Nunu tanpa ekspresi sementara Jimmy kembali berlalu meninggalkan kami. Sebenarnya aku ingin mencegah kepergian Jimmy, Namun Nunu membiarkan.“Beni membunuh adikku di depan kedua mataku. Dia memperkosa adikku kemudian mencekik adikku hingga tewas,” jawab Nunu bersedih. Bahkan air mata Nunu telah turun membasahi pipinya yang tirus.Aku sangat kasihan melihat Nunu dalam kondisi seperti ini. Kesombongan pada wanita itu menghilang entah ke mana.Aku pun mengelus pundak Nunu, berharap Nunu bisa sedikit menenang.“Suatu malam, adikku tidak sengaja memergoki Tuan Beni yang sedang melakukan transaksi narkoba. Dia berlari ke arahku karena dikejar oleh Tuan Beni beserta anak buahnya. Sebelum Tuan Beni menangkap adikku, aku didorong hingga terjatuh di tempat sampah. Di sana, aku menya
Baca selengkapnya

Bab. 24. Rambut Tuan Han Dan Sisca

Aku melangkah masuk ke dalam kamar Nyonya Julie. Ingatanku tidak meleset, wanita yang berbaring di atas ranjang adalah Nyonya Julie, wanita yang dulu hampir menjadi ibu sambungku.“Nyonya Julie sakit apa?” tanyaku.“Menurut keterangan dokter, Nyonya Julie mengalami kelumpuhan, dia sudah tidak membuka matanya selama hampir sepuluh tahun.”Keterangan Nunu sukses membuatku terkejut.“Nunu, kamu punya ide?”Aku bertanya karena melihat Nunu mengeluarkan senyuman miring.“Aku punya ide bagus. Tapi, aku tidak bisa memberi tahumu sekarang. Ayo kita pulang saja. Di jam segini, biasanya Sisca datang menjenguk ibunya.”Aku tahu, Sisca tidak mungkin datang karena dia pasti tengah sibuk mengurus pekerjaan tambahan dari Jimmy. Tapi aku tetap menuruti perkataan Nunu.Kami pun memutuskan untuk pergi dari rumah sakit.***“Kamu memimpin rapat penting di perusahaan?” tanya Beni sinis pada Jim
Baca selengkapnya

Bab. 25. Hasil Tes DNA Sisca Dan Tuan Han

“Apa katamu!” pekik Sisca tidak terima dengan hinaanku.“Apa sih?”“Barusan kamu ngatain aku bodoh karena rambutku pirang!” ujar Sisca marah.“Yang rambutnya pirang di sini bukan cuma kamu. Kok kamu heboh sendiri?”Tentu saja aku menyangkal. Padahal hinaanku memang aku tujukan untuk Sisca.“Jangan berisik,” tandas Jimmy.Sisca yang awalnya ingin lanjut berdebat denganku, seketika terdiam setelah mendengar suara berat Jimmy.“Mampus,” kataku dalam hati.Setelah mengumpulkan sampel rambut dari pegawai. Jimmy berlalu pergi. Tak lupa, dia juga memintaku membawa semua plastik kecil berisi rambut. ***Jimmy membawaku ke rumah sakit miliknya. Aku juga baru tahu kalau salah satu rumah sakit terkenal di ibu kota ternyata milik Jimmy.“Rumah sakit ini tidak termasuk aset yang dimiliki oleh Coco Company. Kamu punya harta di luar warisan ya?” tanyaku penasaran.Ji
Baca selengkapnya

Bab. 26. Ide Konyol Nunu

“Berhubung kita sudah memegang bukti ini, aku mau kamu mengatakan rencanamu, Nunu,” kataku mengingat omongan Nunu di rumah sakit tempo hari.“Rencanaku pasti terdengar konyol,” jawab Nunu.“Sekonyol apa pun itu, kamu harus tetap mengatakannya,” sahut Jimmy.Aku tersenyum melihat Jimmy mau ikut berbicara. Dari tadi, pria tampan itu hanya diam seperti tidak minat.“Iya, Nunu. Kamu jangan berkecil hati,” tambahku.Nunu mengumpulkan keberanian kemudian berkata, “Aku bekerja di Coco Company selama lima tahun, dan aku sempat berteman dengan Sisca. Meskipun sifat Sisca sangat menyebalkan dan suka memerintah. Tetapi, dia bukan orang jahat. Aku merasa kalau ada orang yang selama ini mengontrol Sisca. Mungkin orang tersebut adalah Tuan Han,” jelas Nunu.“Menurutmu, ada mata-mata yang terus mengawasiku ketika aku bekerja di kantor?” tanya Jimmy mulai tertarik.“Iya, dan orang tersebut adalah Sisca,” jawab Nunu penuh y
Baca selengkapnya

Bab. 27. Teror Pertama Dari Nunu

“Kamu jangan asal menyebut nama orang penting di perusahaan ini,” tegur Sisca tidak senang.“Kenapa aku tidak boleh menyebut nama orang penting di perusahaan ini? Kamu merasa keberatan?” tanyaku sengaja ingin mempermainkan Sisca. “Memangnya kamu siapa? Apakah kamu berpikir kalau kamu lebih baik dariku? Sungguh?” Aku berdiri tegak.Aku tersenyum tipis melihat Sisca goyah. Tubuhku yang lebih tinggi darinya membuatku dengan mudah mengintimidasi.“Wanita pirang biasanya bodoh. Tetapi aku harus mengecualikan kamu, karena kamu berhasil menjadi sekretaris di perusahaan sebesar ini.”Sisca otomatis mundur ketika aku makin memajukan tubuhku ke arahnya.“Siapa yang membawamu masuk ke perusahaan Coco? Boleh aku mengetahuinya?” tanyaku menyentuh rambut pirang Sisca.Sisca langsung menepis kasar tanganku yang memainkan rambut panjangnya.“Jangan sentuh aku menggunakan tangan kotormu,” tandas Sisca menatapku tajam.
Baca selengkapnya

Bab. 28. Hantu Tuan Louzi

Beni meraih tablet dari tangan Nunu, dia menyaksikan dengan saksama siapa sosok yang tertangkap kamera CCTV masuk ke dalam kamar.Aku yang penasaran juga ikut melihat. Otakku sedikit berpikir, sosok yang tertangkap kamera CCTV tidak tampak jelas, hanya semacam siluet saja. Malahan lebih terlihat seperti penampakan.“Cari orang yang ada di dalam CCTV ini!” perintah Beni.Beni menyerahkan tablet milik Nunu kepada anak buahnya. Beni kembali fokus pada seluruh pekerja yang berbaris rapi di hadapannya.“Aku masih memberi waktu bagi si pelaku untuk mengakui perbuatannya. Setidaknya, sebelum aku tahu siapa sosok yang terekam kamera CCTV,” tegas Beni. “Sekarang kalian bisa kembali bekerja,” lanjutnya.Sedetik kemudian, para pelayan berhamburan meninggalkan tempat. Aku menatap Beni yang mengelus hidungnya sendiri.“Are you okay?” tanyaku memastikan.“Iya, aku baik-baik saja,” jawab Beni menatapku.“Kalau
Baca selengkapnya

Bab. 29. Terkuak Rahasia Tuan Han

Aku menyambut baik kedatangan Melisa yang akan tinggal bersamaku lagi. Meskipun aku tidak senang, mau tidak mau aku harus terima karena Beni mengizinkan.“Mulai besok, Melisa akan bekerja di perusahaan sebagai pegawai magang biasa,” ucap Beni di tengah makan malam.“Benaran besok? Wah! Aku sudah enggak sabar!” sahut Melisa kegirangan. “Untung aku sudah beli baju bagus buat besok.”Aku menahan diriku agar tidak menginterupsi kebahagiaan Melisa. Aku hanya diam sembari menikmati makanan.“Kak Elina enggak keberatan kan kalau aku bekerja di perusahaan Kak Beni?” tanya Melisa kepadaku.Sial, padahal aku tidak ingin mengobrol dengan Melisa. Aku meletakkan sendokku lalu menatap Melisa.“Sama sekali aku tidak merasa keberatan. Aku malah senang karena kamu masih muda tetapi sudah mau bekerja di kantor. Aku bangga padamu, Melisa. Di usiamu, aku bahkan masih bersenang-senang dengan teman-temanku, dan tidak tahu tujuan hidupku,”
Baca selengkapnya

Bab. 30. Tawaran Bagus Untuk Sisca

Aku tertawa terpingkal-pingkal sampai air mataku keluar membasahi mataku yang indah.“Aduh maaf, aku tertawa terlalu kencang. Yeah, mau bagaimana lagi? Habisnya kamu lucu sekali,” kataku menghentikan suara tawaku.“Aku tegaskan, Tuan Han pasti menghabisimu!”“Sebelum tua bangka itu beraksi, aku sudah memulai semua ini,” jawabku santai. “Coba kamu melapor, katakan pada Tuan Han kalau aku akan membongkar rahasianya. Aku penasaran, apa yang akan dilakukan olehnya,” tantangku.Aku heran kepada diriku sendiri yang sama sekali tidak takut. Padahal aku tahu kalau sekarang aku sedang menggali lubang kuburanku sendiri.“Kamu akan menyesal.”“Aku tidak pernah menyesali sesuatu, kecuali menikah bersama Beni,” timpalku.Aku mengeluarkan barang-barangku yang sempat dimasukkan oleh Sisca ke dalam tasku.“Sisca, aku ingin tahu, bagaimana rasanya tidak dipeluk, dan diberi kasih sayang oleh ayah kandungmu sendiri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status