Aku melangkah masuk ke dalam kamar Nyonya Julie. Ingatanku tidak meleset, wanita yang berbaring di atas ranjang adalah Nyonya Julie, wanita yang dulu hampir menjadi ibu sambungku.
“Nyonya Julie sakit apa?” tanyaku.“Menurut keterangan dokter, Nyonya Julie mengalami kelumpuhan, dia sudah tidak membuka matanya selama hampir sepuluh tahun.”Keterangan Nunu sukses membuatku terkejut.“Nunu, kamu punya ide?”Aku bertanya karena melihat Nunu mengeluarkan senyuman miring.“Aku punya ide bagus. Tapi, aku tidak bisa memberi tahumu sekarang. Ayo kita pulang saja. Di jam segini, biasanya Sisca datang menjenguk ibunya.”Aku tahu, Sisca tidak mungkin datang karena dia pasti tengah sibuk mengurus pekerjaan tambahan dari Jimmy. Tapi aku tetap menuruti perkataan Nunu.Kami pun memutuskan untuk pergi dari rumah sakit.***“Kamu memimpin rapat penting di perusahaan?” tanya Beni sinis pada Jim“Apa katamu!” pekik Sisca tidak terima dengan hinaanku.“Apa sih?”“Barusan kamu ngatain aku bodoh karena rambutku pirang!” ujar Sisca marah.“Yang rambutnya pirang di sini bukan cuma kamu. Kok kamu heboh sendiri?”Tentu saja aku menyangkal. Padahal hinaanku memang aku tujukan untuk Sisca.“Jangan berisik,” tandas Jimmy.Sisca yang awalnya ingin lanjut berdebat denganku, seketika terdiam setelah mendengar suara berat Jimmy.“Mampus,” kataku dalam hati.Setelah mengumpulkan sampel rambut dari pegawai. Jimmy berlalu pergi. Tak lupa, dia juga memintaku membawa semua plastik kecil berisi rambut. ***Jimmy membawaku ke rumah sakit miliknya. Aku juga baru tahu kalau salah satu rumah sakit terkenal di ibu kota ternyata milik Jimmy.“Rumah sakit ini tidak termasuk aset yang dimiliki oleh Coco Company. Kamu punya harta di luar warisan ya?” tanyaku penasaran.Ji
“Berhubung kita sudah memegang bukti ini, aku mau kamu mengatakan rencanamu, Nunu,” kataku mengingat omongan Nunu di rumah sakit tempo hari.“Rencanaku pasti terdengar konyol,” jawab Nunu.“Sekonyol apa pun itu, kamu harus tetap mengatakannya,” sahut Jimmy.Aku tersenyum melihat Jimmy mau ikut berbicara. Dari tadi, pria tampan itu hanya diam seperti tidak minat.“Iya, Nunu. Kamu jangan berkecil hati,” tambahku.Nunu mengumpulkan keberanian kemudian berkata, “Aku bekerja di Coco Company selama lima tahun, dan aku sempat berteman dengan Sisca. Meskipun sifat Sisca sangat menyebalkan dan suka memerintah. Tetapi, dia bukan orang jahat. Aku merasa kalau ada orang yang selama ini mengontrol Sisca. Mungkin orang tersebut adalah Tuan Han,” jelas Nunu.“Menurutmu, ada mata-mata yang terus mengawasiku ketika aku bekerja di kantor?” tanya Jimmy mulai tertarik.“Iya, dan orang tersebut adalah Sisca,” jawab Nunu penuh y
“Kamu jangan asal menyebut nama orang penting di perusahaan ini,” tegur Sisca tidak senang.“Kenapa aku tidak boleh menyebut nama orang penting di perusahaan ini? Kamu merasa keberatan?” tanyaku sengaja ingin mempermainkan Sisca. “Memangnya kamu siapa? Apakah kamu berpikir kalau kamu lebih baik dariku? Sungguh?” Aku berdiri tegak.Aku tersenyum tipis melihat Sisca goyah. Tubuhku yang lebih tinggi darinya membuatku dengan mudah mengintimidasi.“Wanita pirang biasanya bodoh. Tetapi aku harus mengecualikan kamu, karena kamu berhasil menjadi sekretaris di perusahaan sebesar ini.”Sisca otomatis mundur ketika aku makin memajukan tubuhku ke arahnya.“Siapa yang membawamu masuk ke perusahaan Coco? Boleh aku mengetahuinya?” tanyaku menyentuh rambut pirang Sisca.Sisca langsung menepis kasar tanganku yang memainkan rambut panjangnya.“Jangan sentuh aku menggunakan tangan kotormu,” tandas Sisca menatapku tajam.
Beni meraih tablet dari tangan Nunu, dia menyaksikan dengan saksama siapa sosok yang tertangkap kamera CCTV masuk ke dalam kamar.Aku yang penasaran juga ikut melihat. Otakku sedikit berpikir, sosok yang tertangkap kamera CCTV tidak tampak jelas, hanya semacam siluet saja. Malahan lebih terlihat seperti penampakan.“Cari orang yang ada di dalam CCTV ini!” perintah Beni.Beni menyerahkan tablet milik Nunu kepada anak buahnya. Beni kembali fokus pada seluruh pekerja yang berbaris rapi di hadapannya.“Aku masih memberi waktu bagi si pelaku untuk mengakui perbuatannya. Setidaknya, sebelum aku tahu siapa sosok yang terekam kamera CCTV,” tegas Beni. “Sekarang kalian bisa kembali bekerja,” lanjutnya.Sedetik kemudian, para pelayan berhamburan meninggalkan tempat. Aku menatap Beni yang mengelus hidungnya sendiri.“Are you okay?” tanyaku memastikan.“Iya, aku baik-baik saja,” jawab Beni menatapku.“Kalau
Aku menyambut baik kedatangan Melisa yang akan tinggal bersamaku lagi. Meskipun aku tidak senang, mau tidak mau aku harus terima karena Beni mengizinkan.“Mulai besok, Melisa akan bekerja di perusahaan sebagai pegawai magang biasa,” ucap Beni di tengah makan malam.“Benaran besok? Wah! Aku sudah enggak sabar!” sahut Melisa kegirangan. “Untung aku sudah beli baju bagus buat besok.”Aku menahan diriku agar tidak menginterupsi kebahagiaan Melisa. Aku hanya diam sembari menikmati makanan.“Kak Elina enggak keberatan kan kalau aku bekerja di perusahaan Kak Beni?” tanya Melisa kepadaku.Sial, padahal aku tidak ingin mengobrol dengan Melisa. Aku meletakkan sendokku lalu menatap Melisa.“Sama sekali aku tidak merasa keberatan. Aku malah senang karena kamu masih muda tetapi sudah mau bekerja di kantor. Aku bangga padamu, Melisa. Di usiamu, aku bahkan masih bersenang-senang dengan teman-temanku, dan tidak tahu tujuan hidupku,”
Aku tertawa terpingkal-pingkal sampai air mataku keluar membasahi mataku yang indah.“Aduh maaf, aku tertawa terlalu kencang. Yeah, mau bagaimana lagi? Habisnya kamu lucu sekali,” kataku menghentikan suara tawaku.“Aku tegaskan, Tuan Han pasti menghabisimu!”“Sebelum tua bangka itu beraksi, aku sudah memulai semua ini,” jawabku santai. “Coba kamu melapor, katakan pada Tuan Han kalau aku akan membongkar rahasianya. Aku penasaran, apa yang akan dilakukan olehnya,” tantangku.Aku heran kepada diriku sendiri yang sama sekali tidak takut. Padahal aku tahu kalau sekarang aku sedang menggali lubang kuburanku sendiri.“Kamu akan menyesal.”“Aku tidak pernah menyesali sesuatu, kecuali menikah bersama Beni,” timpalku.Aku mengeluarkan barang-barangku yang sempat dimasukkan oleh Sisca ke dalam tasku.“Sisca, aku ingin tahu, bagaimana rasanya tidak dipeluk, dan diberi kasih sayang oleh ayah kandungmu sendiri
Kami berpisah ketika pintu lift terbuka. Sica melangkahkan kakinya menuju ruangan karyawan biasa. Sementara aku melewati koridor menuju kantor utama Coco Company. Apa yang akan aku lakukan? Nanti juga tahu.Seorang wanita mencegahku yang akan masuk ke dalam ruangan Tuan Han.“Kamu berani menghentikan aku?” sungutku pada wanita itu.Wanita yang menjabat sebagai asisten Tuan Han tampak takut kepadaku, tetapi dia tetap memberanikan diri mencegahku agar tidak masuk ke dalam ruangan Tuan Han.“Ada apa di dalam?” tanyaku penuh curiga.“Tidak ada apa-apa di dalam! Hanya saja, Tuan Han tidak ingin diganggu oleh siapa pun, termasuk anda,” jawab wanita itu.“Kamu mau aku pecat ya! Aku ingin masuk ke dalam sana. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan pada Tuan Han. Coba hubungi Tuan Han!” pintaku ketus.“Maaf, aku tidak bisa mengizinkanmu. Tolong maafkan aku, Nyonya. Bukan maksudku menentangmu. Aku hanya menjalankan
Aku tersentak mendengar pernyataan lantang Jimmy. Dia ingin memiliki aku?“Kamu menyukaiku secara romantis?” tanyaku pada Jimmy.Aku menatap nyalang Jimmy.Tanpa keraguan Jimmy menjawab, “Ya, aku menyukaimu, dan ingin kamu menjadi kekasihku.”Seketika itu tubuhku kaku. Aku tak kan pernah menyangka, Jimmy benar-benar jatuh hati kepadaku. Padahal aku sama sekali tidak berniat untuk mendapatkan hati Jimmy. Pantas saja, Jimmy ingin aku segera mengungkap perselingkuhan yang dilakukan suamiku dengan adik tiriku. Rupanya, dia ingin aku menjadi janda agar bisa memilikiku. Sekarang semua terlihat jelas. Tanpa sadar, aku menggulung sebuah senyuman di wajah cantikku.“Sejak kapan kamu menyukai aku? Kamu tidak bercanda kan, Jimmy?” tanyaku.Aku ingin Jimmy sekali lagi mempertegas perasaannya terhadapku. Karena aku suka pengakuan.Aku geregetan ketika Jimmy tak kunjung menjawab pertanyaanku. Ingin rasanya ak
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap