Beni meraih tablet dari tangan Nunu, dia menyaksikan dengan saksama siapa sosok yang tertangkap kamera CCTV masuk ke dalam kamar.
Aku yang penasaran juga ikut melihat. Otakku sedikit berpikir, sosok yang tertangkap kamera CCTV tidak tampak jelas, hanya semacam siluet saja. Malahan lebih terlihat seperti penampakan.“Cari orang yang ada di dalam CCTV ini!” perintah Beni.Beni menyerahkan tablet milik Nunu kepada anak buahnya. Beni kembali fokus pada seluruh pekerja yang berbaris rapi di hadapannya.“Aku masih memberi waktu bagi si pelaku untuk mengakui perbuatannya. Setidaknya, sebelum aku tahu siapa sosok yang terekam kamera CCTV,” tegas Beni. “Sekarang kalian bisa kembali bekerja,” lanjutnya.Sedetik kemudian, para pelayan berhamburan meninggalkan tempat. Aku menatap Beni yang mengelus hidungnya sendiri.“Are you okay?” tanyaku memastikan.“Iya, aku baik-baik saja,” jawab Beni menatapku.“KalauAku menyambut baik kedatangan Melisa yang akan tinggal bersamaku lagi. Meskipun aku tidak senang, mau tidak mau aku harus terima karena Beni mengizinkan.“Mulai besok, Melisa akan bekerja di perusahaan sebagai pegawai magang biasa,” ucap Beni di tengah makan malam.“Benaran besok? Wah! Aku sudah enggak sabar!” sahut Melisa kegirangan. “Untung aku sudah beli baju bagus buat besok.”Aku menahan diriku agar tidak menginterupsi kebahagiaan Melisa. Aku hanya diam sembari menikmati makanan.“Kak Elina enggak keberatan kan kalau aku bekerja di perusahaan Kak Beni?” tanya Melisa kepadaku.Sial, padahal aku tidak ingin mengobrol dengan Melisa. Aku meletakkan sendokku lalu menatap Melisa.“Sama sekali aku tidak merasa keberatan. Aku malah senang karena kamu masih muda tetapi sudah mau bekerja di kantor. Aku bangga padamu, Melisa. Di usiamu, aku bahkan masih bersenang-senang dengan teman-temanku, dan tidak tahu tujuan hidupku,”
Aku tertawa terpingkal-pingkal sampai air mataku keluar membasahi mataku yang indah.“Aduh maaf, aku tertawa terlalu kencang. Yeah, mau bagaimana lagi? Habisnya kamu lucu sekali,” kataku menghentikan suara tawaku.“Aku tegaskan, Tuan Han pasti menghabisimu!”“Sebelum tua bangka itu beraksi, aku sudah memulai semua ini,” jawabku santai. “Coba kamu melapor, katakan pada Tuan Han kalau aku akan membongkar rahasianya. Aku penasaran, apa yang akan dilakukan olehnya,” tantangku.Aku heran kepada diriku sendiri yang sama sekali tidak takut. Padahal aku tahu kalau sekarang aku sedang menggali lubang kuburanku sendiri.“Kamu akan menyesal.”“Aku tidak pernah menyesali sesuatu, kecuali menikah bersama Beni,” timpalku.Aku mengeluarkan barang-barangku yang sempat dimasukkan oleh Sisca ke dalam tasku.“Sisca, aku ingin tahu, bagaimana rasanya tidak dipeluk, dan diberi kasih sayang oleh ayah kandungmu sendiri
Kami berpisah ketika pintu lift terbuka. Sica melangkahkan kakinya menuju ruangan karyawan biasa. Sementara aku melewati koridor menuju kantor utama Coco Company. Apa yang akan aku lakukan? Nanti juga tahu.Seorang wanita mencegahku yang akan masuk ke dalam ruangan Tuan Han.“Kamu berani menghentikan aku?” sungutku pada wanita itu.Wanita yang menjabat sebagai asisten Tuan Han tampak takut kepadaku, tetapi dia tetap memberanikan diri mencegahku agar tidak masuk ke dalam ruangan Tuan Han.“Ada apa di dalam?” tanyaku penuh curiga.“Tidak ada apa-apa di dalam! Hanya saja, Tuan Han tidak ingin diganggu oleh siapa pun, termasuk anda,” jawab wanita itu.“Kamu mau aku pecat ya! Aku ingin masuk ke dalam sana. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan pada Tuan Han. Coba hubungi Tuan Han!” pintaku ketus.“Maaf, aku tidak bisa mengizinkanmu. Tolong maafkan aku, Nyonya. Bukan maksudku menentangmu. Aku hanya menjalankan
Aku tersentak mendengar pernyataan lantang Jimmy. Dia ingin memiliki aku?“Kamu menyukaiku secara romantis?” tanyaku pada Jimmy.Aku menatap nyalang Jimmy.Tanpa keraguan Jimmy menjawab, “Ya, aku menyukaimu, dan ingin kamu menjadi kekasihku.”Seketika itu tubuhku kaku. Aku tak kan pernah menyangka, Jimmy benar-benar jatuh hati kepadaku. Padahal aku sama sekali tidak berniat untuk mendapatkan hati Jimmy. Pantas saja, Jimmy ingin aku segera mengungkap perselingkuhan yang dilakukan suamiku dengan adik tiriku. Rupanya, dia ingin aku menjadi janda agar bisa memilikiku. Sekarang semua terlihat jelas. Tanpa sadar, aku menggulung sebuah senyuman di wajah cantikku.“Sejak kapan kamu menyukai aku? Kamu tidak bercanda kan, Jimmy?” tanyaku.Aku ingin Jimmy sekali lagi mempertegas perasaannya terhadapku. Karena aku suka pengakuan.Aku geregetan ketika Jimmy tak kunjung menjawab pertanyaanku. Ingin rasanya ak
“Pikiran, Kak Elina gitu banget! Ingat, Kak. Enggak boleh ngomong sembarangan. Apalagi main tuduh. Sudah jelas-jelas aku, dan Kak Beni tidak punya hubungan romantis. Hubungan kami hanya sebatas saudara,” jelas Melisa menggebu-gebu.Tatapan Melisa seakan menekanku supaya percaya padanya. Aku yang telah mengetahui kenyataan yang sebenarnya terjadi hanya mengangguk seperti orang tolol.Melisa sampai menggenggam kedua tanganku erat.“Pokoknya, Kak Elina enggak boleh begitu lagi ya!”Aku melepas genggaman tangan Melisa lalu berucap, “Aku hanya bercanda kok. Responsmu berlebihan sekali. Jadi bikin aku mikir jauh.”“Elina, sudah sewajarnya respons Melisa seperti itu. Menurutku tidak berlebihan. Semua wanita pasti akan mengelak, dan berusaha meluruskan ketika dituduh memiliki hubungan romantis bersama kakak iparnya sendiri.”Aku tersenyum tipis mendengar kalimat pembelaan dari Beni.“Kalian berdua, sangat cocok ya,” celetukku. “Baiklah, tidak perlu membahas kesalahpahaman ini lebih lanjut lag
Kami sampai di sebuah pantai dengan pemandangan indah. Pantai yang kami kunjungi memiliki pasir putih yang halus. Saat aku berjalan di atasnya, aku bisa merasakan sensasi lembut, dan hangat di bawah kakiku. Pantulan sinar matahari membuat pasir bersinar seperti permata.Air pantai yang tenang menggulung perlahan ke bibir pantai. Suara ombak menghiasi udara, melantunkan irama yang alami. Aroma laut yang segar juga tercium, memberikan sensasi kesegaran.Tetapi, aku tetap membenci pantai! Seindah apa pun bentuk pantai, aku tidak suka berada di tempat panas ini.“Loh? Kak Elina kok masih di sini? Bukannya kita bakal bersenang-senang di tepi pantai?”Melisa menatapku bingung. Dia berjalan mendekatiku yang masih berdiri di dekat balkon. Melisa sudah mengenakan bikini sexy yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Terlihat sangat sempurna. Pantas saja, suamiku kepincut.“Kakak ih, kenapa belum siap-siap sih! Padahal tadi aku sudah bilang, kalau aku jemput, Kakak harus sudah siap,” ujar Melisa mer
Melisa dan Beni menghentikan kegiatan panas mereka. Dengan tubuh telanjangnya, Melisa berjalan mendekati aku.Tanpa aba-aba Melisa memukul kepalaku cukup keras. Aku sangat terkejut, tetapi aku masih bisa mengontrol diri supaya tidak bereaksi.“Apa yang kamu lakukan?” tanya BeniBeni menghentikan aksi Melisa yang akan memukulku lagi.“Aku ingin memastikan bahwa yang aku lihat tidak benar. Barusan aku melihat Kak Elina membuka matanya terus buru-buru menutup mata,” cerocos Melisa.“Kamu mungkin salah lihat. Buktinya, Elina tidak merespons pukulanmu. Ayo kita lanjutkan, Sayang. Aku masih ingin menumbuk tubuh indahmu.”Beni menarik tangan Melisa menjauhi tubuhku. Beni juga langsung memeluk Melisa. Keduanya berciuman mesra hingga aku bisa mendengar suara bibir mereka yang saling menaut.“Tunggu dulu.”“Kenapa? Kamu sudah kehilangan nafsumu?” tanya Beni.Terdengar dari nada bicara Beni, sepertinya Beni agak kecewa dengan penolakan Melisa.Melisa menggelengkan kepala lalu berkata, “Aku masih
Sebagai istri yang baik, mana mungkin aku tidak mengabari jika aku telah berada di rumah.Seperti dugaanku, Beni sama sekali tidak terkejut ataupun marah karena aku tidak berpamitan terlebih dahulu padanya.“Jangan memikirkan suamimu. Dia sedang bercinta sepanjang waktu bersama selingkuhannya.”Aku terperanjat tak kala merasakan sentuhan Jimmy pada pundakku. Aku langsung membalikkan tubuhku. Aku ingin memarahi Jimmy yang asal masuk ke dalam kamarku.“Maaf, aku mengejutkanmu,” kata Jimmy.Melihat wajah sendu Jimmy, aku membuang rasa kesalku padanya.“Kamu masuk ke kamarku tanpa permisi?” tanyaku.“Pintu kamarmu tidak tertutup.”Aku menyipitkan kedua mataku, tidak menerima jawaban ngawur Jimmy. Semua pintu di rumah ini akan tertutup otomatis setelah dibuka orang seseorang.“Pintuku pasti tertutup meskipun tidak aku kunci,” timpalku.Jimmy menggaruk tangkuk lehernya. Aku memaklumi kebohongan Jimmy, mungkin dia memiliki alasan yang tidak bisa dia ungkapkan.“Aku merindukanmu, dan ingin me
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap