Semua Bab Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati: Bab 71 - Bab 80

106 Bab

Bab. 71. Menjadi Menantu Louzi Lagi

Mengenakan gaun pernikahan berwarna putih yang sangat memukau. Kilauan manik-manik mewah yang bertaburan di seluruh gaunku mampu menyilaukan setiap pasang mata. Gaunku menggambarkan betapa elok diriku saat ini. Janji suci sehidup semati dilafalkan dengan begitu lancar oleh bibir Jimmy. Tepuk tangan meriah menjadi backsound termerdu yang pernah aku dengar.Hari ini, secara resmi aku menjadi Nyonya Louzi. Lebih tepatnya Nyonya Elina Louzi. Aku senang sekaligus bangga dengan nama baruku.“Selamat atas pernikahan kalian berdua. Aku turut berbahagia,” ucap Beni kepadaku.Aku sengaja mengundang Beni dan Melisa ke acara pernikahanku. Meskipun aku harus menahan rasa mualku ketika melihat tampang tak berdosa Beni.“Terima kasih sudah mau datang. Aku tidak sabar menghadiri pernikahanmu bersama Melisa. Jangan lupa mengundangku ya,” balasku.Aku melempar senyuman terbaik yang pernah aku miliki pada Beni. Seakan aku sudah melupak
Baca selengkapnya

Bab. 72. Hallo Daniel

Memberikan Jimmy seorang anak yang lucu, dan menggemaskan? Itu bukanlah hal yang sulit untuk aku wujudkan. Namun, tidak untuk saat ini. Aku masih harus menghukum Beni, dan Melisa. Setelah semua berakhir, barulah aku bisa menjalani sisa hidupku dengan semestinya. Jika terus melihat Beni bahagia, aku tidak mungkin bisa bahagia. Seperti tidak ada kelegaan di batinku.Aku menggelengkan kepalaku guna kembali memfokuskan diriku pada sesuatu yang akan aku hadapi. Sekarang, aku tengah berada tepat di depan mansion keluarga Louzi. Jantungku sempat berdebar ketika Beni menyambut kedatanganku bersama Jimmy.Beni meminta kami untuk duduk di ruang tamu utama, sebelum aku dan Jimmy masuk ke dalam kamar kami.“Situasi kali ini benar-benar tidak biasa bagi kita. Tetapi, aku senang jika kalian tinggal di rumah ini. Bagaimana pun juga, kita ini masih satu keluarga,” tutur Beni.Beni memang jago berkata manis. Untuk sekian kalinya, aku harus mengakui kemahiran Beni.“Harus kah aku berterima kasih kepa
Baca selengkapnya

Bab. 73. Daniel Bertemu Melisa

“Kak Elina! Aku enggak suka satu tim sama Nunu, si pembantu itu!” pekik Melisa.Melisa melangkahkan kakinya dengan kesal. Seperti biasa, Melisa tidak membutuhkan izinku untuk memasuki ruangku. Sebenarnya apa pekerjaan Sekretarisku? Heran saja. Sekretarisku tidak pernah berhasil mencegah Melisa masuk. Padahal aku tidak ingin diganggu selama jam kerja.“Ada apa? Kenapa kamu enggak suka satu tim sama Nunu? Meskipun Nunu pernah menjadi pelayan keluarga Louzi. Tapi, Nunu memiliki pengalaman menjadi manajer di Coco Company. Seharusnya kamu senang mendapat rekan seperti Nunu. Dia akan meringankan bebanmu,” jelasku memberi Melisa pengertian.“Apanya yang meringankan bebanku? Yang ada malah Nunu menyerahkan pekerjaannya kepadaku! Masak aku harus lembur buat mengerjakan tugas Nunu! Gila kali!” protes Melisa menggebu-gebu.“Memang sudah seharusnya begitu,” jawabku enteng.“Apa?”“Terkadang, sesama rekan satu tim, memang harus saling tolong-menolong. Contohnya seperti yang Nunu lakukan. Aku men
Baca selengkapnya

Bab. 74. Pertemuan Menyenangkan

“Mana mungkin kamu mengetahui Jimmy melebihi aku,” sangkalku.“Apanya yang tidak mungkin? Aku sudah mengenal Bos Jimmy sejak aku kecil. Sementara kamu baru beberapa minggu menjadi istri Bos Jimmy. Kamu pasti belum mengenal suamimu sebaik aku,” papar Daniel penuh kesombongan.Aku menatap Daniel dengan tatapan nyalang. Aku heran saja dengan sikap Daniel yang menurutku sangat kekanak-kanakan. Tetapi aku harus bisa menahan diriku, dan sebisa mungkin menyukai Daniel. Dia adalah orang yang dipercaya oleh Jimmy untuk membantuku.“Penuh percaya diri itu memang baik. Tetapi, kamu berlebihan sekali. Kamu berbicara seakan kamu pernah menjadi kekasih Jimmy. Jangan membuatku ingin muntah,” tukasku.Daniel berdecap, wajahnya sedikit memerah akibat menahan emosinya. Jawabanku pasti membuatnya jengkel.“Aku senang melihat keakraban kalian berdua,” ucap Jimmy.Aku terkejut, tiba-tiba Jimmy sudah berada tepat di hadapanku. Kedatangan Jimmy sama sekali tidak terdeteksi. Bahkan Daniel juga terlihat terk
Baca selengkapnya

Bab. 75. Permintaan Maaf Daniel

Melisa berdiri dari tempat duduknya. Dia menatap tajam ke arah Daniel. Sorot matanya dipenuhi oleh amarah yang siap untuk meluncur, menghujani setiap pernyataan menyakitkan yang dilontarkan oleh Daniel.“Kamu datang kemari untuk menghinaku, dan kekasihku? Jika itu tujuanmu, lebih baik kamu pergi dari sini. Aku tidak peduli meski kamu seorang Pangeran. Semua ucapan yang keluar dari mulutmu sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang Pangeran. Kamu telah menyakiti banyak hati di sini!” cerocos Melisa.Aku agak terpukau dengan sikap berani Melisa. Dia pasti sudah tidak tahan jika harga dirinya terus direndahkan sedemikian rupa. Aku jadi teringat dengan Melisa yang dahulu sering membentakku ketika aku cacat. Aku sedikit senang mengetahui bahwa sifat asli Melisa sudah mulai muncul.“Tahu apa kamu mengenai rumah tangga orang lain? Daniel, kamu hanya orang asing! Kalau Kak Beni lebih memilihku ketimbang Kak Elina, urusannya sama kamu apa? Toh, hubunganku sama Kak Elina masih baik-baik saja.
Baca selengkapnya

Bab. 76. Kedekatan Daniel dan Melisa

Sepertinya Daniel mampu mendapatkan maaf dari Melisa. Buktinya, kini hubungan mereka terlihat baik-baik saja. Justru mereka makin dekat satu sama lain. Aku yang mengetahuinya ikut senang. Rencanaku harus berjalan dengan mulus tanpa halangan satu pun.“Cie... Yang sudah baikkan. Kalian sekarang menjadi teman ya?” godaku.Aku menghampiri Melisa dan Daniel yang sedang makan siang bersama. Ayolah, mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama di kantor. Layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara.“Ih! Apaan sih, Kak Elina. Kami berdua memang teman kok. Kami tidak pernah bermusuhan,” jawab Melisa.Melisa menggeser sedikit tubuhnya, memberiku tempat agar duduk di sampingnya. Dengan senang hati aku mendaratkan pantatku tepat di sebelah Melisa.Siang ini aku tidak makan makanan berat. Aku hanya menyantap makanan dari bekal yang aku bawa. Bukan aku yang menyiapkan bekal, melainkan Jimmy.“Aku kira kamu bakal pergi makan siang bersama suamimu. Mangkanya aku enggak mengajak kamu m
Baca selengkapnya

Bab. 77. Pemicu Kemarahan Elina

“Kak Elina apa-apaan sih? Mengapa kamu fitnah aku punya hubungan sama Daniel? Gara-gara ocehan tak mendasar kamu! Kak Beni jadi salah paham! Kak Elina tuh kenapa sih? Kok kayak enggak senang kalau aku bahagia sama Kak Beni! Kamu masih sayang sama Kak Beni? Ya ampun, Kak! Kamu ‘kan sudah punya suami! Masih kurang?”Melisa langsung melabrakku ketika aku sedang mengadakan rapat dengan orang penting. Wanita itu tidak mengerti waktu. Melihat kehadiran Melisa yang seperti orang gila, marah-marah tidak jelas. Para kolegaku jadi takut.“Melisa, apa yang kamu lakukan? Kita sedang kedatangan tamu penting. Astaga! Sekarang kamu keluar sekarang!” perintahku. Di titik ini aku masih berusaha menahan kegeramanku terhadap tingkah kurang ajar Melisa.Daniel yang memang bersamaku, menarik Melisa agar keluar dari dalam ruangan rapat. Setelah Melisa tak terlihat lagi. Aku segera meminta maaf kepada semua orang yang menghadiri rapat. Aku merasa sangat lega ketika mendapat maaf dari mereka.“Sungguh di
Baca selengkapnya

Bab. 78. Pemalsuan Wasiat

Jimmy mendengarkanku dengan baik. Dia menyerahkan rekaman CCTV itu kepada pihak berwajib. Kasus kematian Tuan Louzi yang sudah ditutup pun akhirnya dibuka kembali. Semua pihak yang dulunya membantu Beni, kini diusut hingga tuntas. Termasuk oknum kepolisian yang menerima suap dari Beni.Kasus ini akan sangat heboh jikalau Jimmy mau mengungkapkannya di depan publik. Nyatanya, Jimmy sama sekali tidak membiarkan media meliput dibukanya kasus ini. Jimmy tidak ingin nama baik keluarga Louzi hancur. Kebungkaman Jimmy juga bertujuan agar harga saham Coco Company tidak mengalami penurunan.Sidang berjalan dengan lancar. Beni sama sekali tidak mengelak ataupun memberi pembelaan. Sikap Beni kali ini membuatku kebingungan. Apalagi Beni sengaja tidak mau didampingi oleh seorang pengacara. Makin membuatku merasa curiga. Beni mendapat hukuman kurungan penjara seumur hidup. Sedangkan semua oknum yang terlibat juga mendapat hukuman yang setimpal. Tak terkecuali Tuan Han yang juga ikut mendapat get
Baca selengkapnya

Bab. 79. Elina Mendekam Di Penjara

Aku memalsukan dokumen warisan Tuan Louzi. Aku menangis mengingat kelakuanku itu. Andai ingatanku datang lebih awal, aku tidak mungkin menjebloskan Beni ke dalam penjara. Di kehidupanku sebelumnya, aku sendiri yang berinisiatif mengubah surat wasiat Tuan Louzi. Aku juga turut andil dalam rencana pembunuhan Tuan Louzi. Semua itu aku lakukan karena aku sangat mencintai Beni.Kini, aku harus rela membiarkan diriku mendekam di balik jeruji besi. Pikiranku kusut. Keresahan terus menghantuiku di setiap tarikan napasku. Otakku yang hampir kosong, hanya memikirkan mengenai Jimmy. Pria itu pasti sangat membenciku sekarang. Aku sungguh telah mengecewakan suamiku. Rasa takut kehilangan kembali menerpaku, hingga membuat tubuhku bergetar hebat. Aku sangat takut jika Jimmy meninggalkan aku. Membiarkanku hidup dalam kesepian. Kemungkinan terburuk, Jimmy akan membunuhku.“Wah... Lihat siapa yang sekarang menjadi teman satu selku?”Sisca datang menghampiriku bersama teman-temannya. Ini pertama kali
Baca selengkapnya

Bab. 80. Kabar Pilu Untuk Elina

Nyonya Julie tersenyum senang melihatku dalam kondisi baik-baik saja. Wanita itu hari ini datang mengunjungiku yang masih berada di dalam penjara. Sayangnya, kami tidak bisa saling bersentuhan atau mengobrol secara bebas, karena Nyonya Julie menemuiku di tempat kunjungan biasa. Kami juga selalu diawasi oleh penjaga.“Bagaimana keadaanmu di dalam sana?” tanya Nyonya Julie.“Aku baik-baik saja. Dari mana kamu tahu kalau aku mendekam di penjara? Apakah kabar penangkapanku disiarkan, dan menjadi konsumsi publik?” cecarku penasaran.Nyonya Julie menggelengkan kepala. “Tidak ada media yang memberitakan mengenai penangkapanmu. Aku mengetahuinya dari Jimmy ketika aku berbelanja ke kota. Aku berniat mampir ke rumahmu. Tetapi nomor ponselmu tak bisa aku hubungi. Maka dari itu, aku mendatangi kantor Coco Company. Lalu di sana aku bertemu dengan Jimmy.”Meski di dalam hatiku ada kejanggalan. Untuk apa Nyonya Julie pergi berbelanja di kotaku? Memangnya apa yang dia butuhkan? Sesuatu yang tidak a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status