“Kak Elina apa-apaan sih? Mengapa kamu fitnah aku punya hubungan sama Daniel? Gara-gara ocehan tak mendasar kamu! Kak Beni jadi salah paham! Kak Elina tuh kenapa sih? Kok kayak enggak senang kalau aku bahagia sama Kak Beni! Kamu masih sayang sama Kak Beni? Ya ampun, Kak! Kamu ‘kan sudah punya suami! Masih kurang?”Melisa langsung melabrakku ketika aku sedang mengadakan rapat dengan orang penting. Wanita itu tidak mengerti waktu. Melihat kehadiran Melisa yang seperti orang gila, marah-marah tidak jelas. Para kolegaku jadi takut.“Melisa, apa yang kamu lakukan? Kita sedang kedatangan tamu penting. Astaga! Sekarang kamu keluar sekarang!” perintahku. Di titik ini aku masih berusaha menahan kegeramanku terhadap tingkah kurang ajar Melisa.Daniel yang memang bersamaku, menarik Melisa agar keluar dari dalam ruangan rapat. Setelah Melisa tak terlihat lagi. Aku segera meminta maaf kepada semua orang yang menghadiri rapat. Aku merasa sangat lega ketika mendapat maaf dari mereka.“Sungguh di
Jimmy mendengarkanku dengan baik. Dia menyerahkan rekaman CCTV itu kepada pihak berwajib. Kasus kematian Tuan Louzi yang sudah ditutup pun akhirnya dibuka kembali. Semua pihak yang dulunya membantu Beni, kini diusut hingga tuntas. Termasuk oknum kepolisian yang menerima suap dari Beni.Kasus ini akan sangat heboh jikalau Jimmy mau mengungkapkannya di depan publik. Nyatanya, Jimmy sama sekali tidak membiarkan media meliput dibukanya kasus ini. Jimmy tidak ingin nama baik keluarga Louzi hancur. Kebungkaman Jimmy juga bertujuan agar harga saham Coco Company tidak mengalami penurunan.Sidang berjalan dengan lancar. Beni sama sekali tidak mengelak ataupun memberi pembelaan. Sikap Beni kali ini membuatku kebingungan. Apalagi Beni sengaja tidak mau didampingi oleh seorang pengacara. Makin membuatku merasa curiga. Beni mendapat hukuman kurungan penjara seumur hidup. Sedangkan semua oknum yang terlibat juga mendapat hukuman yang setimpal. Tak terkecuali Tuan Han yang juga ikut mendapat get
Aku memalsukan dokumen warisan Tuan Louzi. Aku menangis mengingat kelakuanku itu. Andai ingatanku datang lebih awal, aku tidak mungkin menjebloskan Beni ke dalam penjara. Di kehidupanku sebelumnya, aku sendiri yang berinisiatif mengubah surat wasiat Tuan Louzi. Aku juga turut andil dalam rencana pembunuhan Tuan Louzi. Semua itu aku lakukan karena aku sangat mencintai Beni.Kini, aku harus rela membiarkan diriku mendekam di balik jeruji besi. Pikiranku kusut. Keresahan terus menghantuiku di setiap tarikan napasku. Otakku yang hampir kosong, hanya memikirkan mengenai Jimmy. Pria itu pasti sangat membenciku sekarang. Aku sungguh telah mengecewakan suamiku. Rasa takut kehilangan kembali menerpaku, hingga membuat tubuhku bergetar hebat. Aku sangat takut jika Jimmy meninggalkan aku. Membiarkanku hidup dalam kesepian. Kemungkinan terburuk, Jimmy akan membunuhku.“Wah... Lihat siapa yang sekarang menjadi teman satu selku?”Sisca datang menghampiriku bersama teman-temannya. Ini pertama kali
Nyonya Julie tersenyum senang melihatku dalam kondisi baik-baik saja. Wanita itu hari ini datang mengunjungiku yang masih berada di dalam penjara. Sayangnya, kami tidak bisa saling bersentuhan atau mengobrol secara bebas, karena Nyonya Julie menemuiku di tempat kunjungan biasa. Kami juga selalu diawasi oleh penjaga.“Bagaimana keadaanmu di dalam sana?” tanya Nyonya Julie.“Aku baik-baik saja. Dari mana kamu tahu kalau aku mendekam di penjara? Apakah kabar penangkapanku disiarkan, dan menjadi konsumsi publik?” cecarku penasaran.Nyonya Julie menggelengkan kepala. “Tidak ada media yang memberitakan mengenai penangkapanmu. Aku mengetahuinya dari Jimmy ketika aku berbelanja ke kota. Aku berniat mampir ke rumahmu. Tetapi nomor ponselmu tak bisa aku hubungi. Maka dari itu, aku mendatangi kantor Coco Company. Lalu di sana aku bertemu dengan Jimmy.”Meski di dalam hatiku ada kejanggalan. Untuk apa Nyonya Julie pergi berbelanja di kotaku? Memangnya apa yang dia butuhkan? Sesuatu yang tidak a
Tidak, aku tidak sendirian. Ada bayi diperutku yang akan menemaniku nanti. Aku memang hancur dan kehilangan jiwaku. Namun, aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku harus berjuang demi kehidupan anakku. Aku tidak boleh menyerah sampai di sini. Masa depan anakku masih sangat panjang.Tanpa sadar, aku menggulung sebuah senyuman, sembari terus mengelus perutku yang masih rata.Tiba-tiba suara gaduh menghancurkan lamunanku. Aku yang penasaran segera menuju ke sumber keributan. Aku sangat terkejut melihat Sisca dipukuli oleh anak buah Madam Ju. Apa yang terjadi? Padahal selama ini mereka tidak pernah menyentuh Sisca.Aku memang sempat mengatakan akan merundung Sisca. Tetapi, kenyataannya aku tidak pernah merundung Sisca. Aku membiarkan Sisca hidup damai di sini. Namun sayangnya, Sisca menceritakan sebaliknya kepada ibunya. Itulah yang membuatku sangat jengkel.“Apa yang terjadi? Mengapa Sisca diperlakukan seperti itu?” tanyaku pada salah satu anak buah Madam Ju yang berdiri di sampingku.
Elina membuka kedua matanya. Dia terbangun di sebuah tabung raksasa dengan air di dalamnya. Bersamaan dengan napas Elina yang berderu kencang, suara sirene berbunyi nyaring. Beberapa orang berpakaian khusus segera menghampiri tabung raksasa itu. Mereka tercengang melihat Elina yang mampu bergerak lincah di dalam tabung.Tanpa menunggu waktu lagi, salah satu dari mereka segera menekan tombol supaya air di dalam tabung surut. Tubuh Elina terduduk ketika air mulai menghilang. Baiknya, Elina kini bisa bernapas lega.Setelah air benar-benar tidak ada, barulah kaca tabung terbuka. Mereka melepas semua selang kecil yang tertancap di tubuh telanjang Elina. Tubuh Elina yang tidak berdaya langsung dibopong ke ruangan yang telah mereka siapkan. Sekali lagi, pergelangan tangan Elina kembali dihiasi oleh selang. Namun tak sebanyak ketika di dalam tabung. Setelah itu, mereka meninggalkan Elina sendirian, berbaring di atas ranjang empuk.Saat ini, pikiran Elina masih kacau. Dia tidak mengingat
Elina benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadap Beni beserta Melisa. Beni sangat kejam, dan beringas pada masa ini. Maka dari itu, Elina harus bisa menjaga diri.Jimmy mengajari Elina beberapa taktik bela diri yang mudah. Jimmy juga memberi tahu Elina berbagai macam jenis alat pertahanan diri. Seperti pisau lipat kecil, dan lain sebagainya.Selama berada di dekat Jimmy, Elina berusaha mati-matian menahan gejolak cinta di hatinya. Bagaimana tidak, Jimmy adalah suami Elina di kehidupan Elina yang kedua.Elina janji, akan menjadikan Jimmy sebagai suaminya di kehidupan pertamanya ini. Tentu, setelah Elina berhasil mendepak Beni.“Elina,” panggil Jimmy.Si pemilik nama menoleh ke arah Jimmy.“Ya? Ada apa?” tanya Elina.“Elina, kamu jangan ke seringan melamun. Tidak baik buatmu,” tegur Jimmy. “Tidak perlu terlalu memikirkan aksimu kelak. Kamu harus fokus sekarang,” tambahnya.“Eh? Iya! Aku enggak sadar kalau suka melamun. Banyak sekali ingatan yang melintas di otakku,” balas Elina.Eli
“Kapan kamu akan menikahi aku? Aku sudah tidak sabar berganti status menjadi istrimu. Menjadi menantu keluarga Louzi.”Setiap kali habis selesai melakukan hubungan intim di atas ranjang, Melisa selalu menagih janji Beni yang akan menikahinya setelah Elina meninggal.“Sudah hampir empat tahun, kita menjalani hubungan seperti ini. Kamu enggak bosan? Aku ingin babak baru,” cerocos Melisa.Beni menghembuskan napas lelah.“Selama dua tahun, mayat Elina masih belum ditemukan. Kejelasan mengenai Elina masih belum terlihat. Kita tidak bisa menikah. Jika kita melangsungkan pernikahan, dan mencatat pernikahan kita di catatan sipil, banyak pihak yang akan mempertanyakan mengenai istri pertamaku.”Melisa cemberut mendengar penjelasan Beni.“Jawaban yang sama. Membuatku kesal sekali,” ucap Melisa tidak senang.Melihat kekasihnya merajuk, Beni berusaha membujuk Melisa.“Waktu itu kamu sendiri yang memastikan kalau Elina benar-benar meninggal ‘kan?” kata Melisa.Sekali lagi, Melisa mencoba mengingat
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap