Nunu meraih ponselku yang tergeletak di atas lantai marmer. Dia mengambil alih pembicaraan bersama polisi tersebut. Setelah panggilan terputus, Nunu mengajakku pergi ke rumah sakit. Aku yang masih shock sama sekali tidak bergeming. Aku belum siap datang ke rumah sakit lalu melihat jasad tunanganku. Aku tidak akan pernah kuat.“Aku tidak mau pergi ke rumah sakit,” ucapku menolak ajakan Nunu.Nunu menghembuskan napas. Dia prihatin melihat keadaanku sekarang.“Polisi menginginkanmu ada di sana sebagai kerabat terdekat Tuan Jimmy. Tadi aku diberi tahu jika hanya ada nomormu di dalam ponsel Tuan Jimmy. Itu artinya, kepolisian tidak menghubungi Tuan Beni,” jelas Nunu.Nunu berusaha membujukku agar aku mau pergi ke rumah sakit. Tetapi aku tetap tidak mau. Aku hanya bisa menangis dalam diam. Hatiku tersayat.“Ayo! Tuan Jimmy pasti sudah menunggumu. Jangan biarkan Tuan Jimmy sendirian di sana.”Setelah aku memaksakan hatiku untuk tegar, aku mengangguk, menyetujui ajakan Nunu.Tanpa mengenakan
Dugaan Nunu terbukti benar. Padahal acara pernikahanku bersama Jimmy belum digelar, tetapi Melisa sudah kebakaran jenggot. Secara tiba-tiba Melisa mengatakan jika dirinya akan bertunangan dengan Beni. Tentu, sebagai seorang kakak, aku harus mengeluarkan respons yang positif.“Aku juga kaget loh, Kak. Enggak nyangka kalau Kak Beni mau cepat-cepat meresmikan hubungan kita berdua,” ungkap Melisa. “Hm... Kak Elina enggak keberatan ‘kan? Kalau misalnya aku menikah sama Kak Beni? Toh, kalian berdua sudah tidak memiliki hubungan apa pun.”Aku menggelengkan kepalaku. “Enggak ada alasan buat aku ngerasa keberatan dengan rencana pernikahan kalian. Malahan bagus kalau kita nantinya bisa menjadi satu keluarga yang utuh. Aku menikah dengan Jimmy, anak kedua keluarga Louzi. Sedangkan kamu menikah dengan Beni, anak pertama keluarga Louzi.” Ucapku. “Bukan kah itu bagus?”Sepasang mata Melisa berkaca-kaca. Masa depan yang aku lontarkan terdengar begitu menjanjikan baginya. Menjadi menantu dari keluar
Tak terasa, satu minggu lagi pernikahanku bersama Jimmy akan dilaksanakan. Segala keperluan telah siap. Mulai dari gaun pernikahan, tempat di mana kita akan melangsungkan pernikahan. Semua sudah dibayar oleh Jimmy. Kini, aku tinggal menunggu hingga waktu itu datang. Mengingatnya, membuat jantungku berdebar kencang. Aku sudah tidak sabar menjadi menantu keluarga Louzi untuk kedua kalinya.“Mulai sekarang kamu tidak boleh keluar rumah dahulu sampai hari pernikahanmu,” ucap Nunu.“Loh, kenapa aku tidak boleh keluar? Aku harus tetap berangkat bekerja,” jawabku heran.Nunu menghembuskan napas kemudian berkata, “Itu tradisi di kotaku. Setiap wanita yang akan melangsungkan pernikahan, tidak diperbolehkan untuk keluar rumah. Kalau enggak salah sih, tujuannya agar si wanita tidak menghilang. Entahlah, aku juga tidak terlalu memahami hal tersebut. Pokoknya, semua orang di kotaku melakukan hal tersebut. Mangkanya aku ingin kamu juga melakukannya, untuk menghindari kejadian buruk.”Aku hampir te
Mengenakan gaun pernikahan berwarna putih yang sangat memukau. Kilauan manik-manik mewah yang bertaburan di seluruh gaunku mampu menyilaukan setiap pasang mata. Gaunku menggambarkan betapa elok diriku saat ini. Janji suci sehidup semati dilafalkan dengan begitu lancar oleh bibir Jimmy. Tepuk tangan meriah menjadi backsound termerdu yang pernah aku dengar.Hari ini, secara resmi aku menjadi Nyonya Louzi. Lebih tepatnya Nyonya Elina Louzi. Aku senang sekaligus bangga dengan nama baruku.“Selamat atas pernikahan kalian berdua. Aku turut berbahagia,” ucap Beni kepadaku.Aku sengaja mengundang Beni dan Melisa ke acara pernikahanku. Meskipun aku harus menahan rasa mualku ketika melihat tampang tak berdosa Beni.“Terima kasih sudah mau datang. Aku tidak sabar menghadiri pernikahanmu bersama Melisa. Jangan lupa mengundangku ya,” balasku.Aku melempar senyuman terbaik yang pernah aku miliki pada Beni. Seakan aku sudah melupak
Memberikan Jimmy seorang anak yang lucu, dan menggemaskan? Itu bukanlah hal yang sulit untuk aku wujudkan. Namun, tidak untuk saat ini. Aku masih harus menghukum Beni, dan Melisa. Setelah semua berakhir, barulah aku bisa menjalani sisa hidupku dengan semestinya. Jika terus melihat Beni bahagia, aku tidak mungkin bisa bahagia. Seperti tidak ada kelegaan di batinku.Aku menggelengkan kepalaku guna kembali memfokuskan diriku pada sesuatu yang akan aku hadapi. Sekarang, aku tengah berada tepat di depan mansion keluarga Louzi. Jantungku sempat berdebar ketika Beni menyambut kedatanganku bersama Jimmy.Beni meminta kami untuk duduk di ruang tamu utama, sebelum aku dan Jimmy masuk ke dalam kamar kami.“Situasi kali ini benar-benar tidak biasa bagi kita. Tetapi, aku senang jika kalian tinggal di rumah ini. Bagaimana pun juga, kita ini masih satu keluarga,” tutur Beni.Beni memang jago berkata manis. Untuk sekian kalinya, aku harus mengakui kemahiran Beni.“Harus kah aku berterima kasih kepa
“Kak Elina! Aku enggak suka satu tim sama Nunu, si pembantu itu!” pekik Melisa.Melisa melangkahkan kakinya dengan kesal. Seperti biasa, Melisa tidak membutuhkan izinku untuk memasuki ruangku. Sebenarnya apa pekerjaan Sekretarisku? Heran saja. Sekretarisku tidak pernah berhasil mencegah Melisa masuk. Padahal aku tidak ingin diganggu selama jam kerja.“Ada apa? Kenapa kamu enggak suka satu tim sama Nunu? Meskipun Nunu pernah menjadi pelayan keluarga Louzi. Tapi, Nunu memiliki pengalaman menjadi manajer di Coco Company. Seharusnya kamu senang mendapat rekan seperti Nunu. Dia akan meringankan bebanmu,” jelasku memberi Melisa pengertian.“Apanya yang meringankan bebanku? Yang ada malah Nunu menyerahkan pekerjaannya kepadaku! Masak aku harus lembur buat mengerjakan tugas Nunu! Gila kali!” protes Melisa menggebu-gebu.“Memang sudah seharusnya begitu,” jawabku enteng.“Apa?”“Terkadang, sesama rekan satu tim, memang harus saling tolong-menolong. Contohnya seperti yang Nunu lakukan. Aku men
“Mana mungkin kamu mengetahui Jimmy melebihi aku,” sangkalku.“Apanya yang tidak mungkin? Aku sudah mengenal Bos Jimmy sejak aku kecil. Sementara kamu baru beberapa minggu menjadi istri Bos Jimmy. Kamu pasti belum mengenal suamimu sebaik aku,” papar Daniel penuh kesombongan.Aku menatap Daniel dengan tatapan nyalang. Aku heran saja dengan sikap Daniel yang menurutku sangat kekanak-kanakan. Tetapi aku harus bisa menahan diriku, dan sebisa mungkin menyukai Daniel. Dia adalah orang yang dipercaya oleh Jimmy untuk membantuku.“Penuh percaya diri itu memang baik. Tetapi, kamu berlebihan sekali. Kamu berbicara seakan kamu pernah menjadi kekasih Jimmy. Jangan membuatku ingin muntah,” tukasku.Daniel berdecap, wajahnya sedikit memerah akibat menahan emosinya. Jawabanku pasti membuatnya jengkel.“Aku senang melihat keakraban kalian berdua,” ucap Jimmy.Aku terkejut, tiba-tiba Jimmy sudah berada tepat di hadapanku. Kedatangan Jimmy sama sekali tidak terdeteksi. Bahkan Daniel juga terlihat terk
Melisa berdiri dari tempat duduknya. Dia menatap tajam ke arah Daniel. Sorot matanya dipenuhi oleh amarah yang siap untuk meluncur, menghujani setiap pernyataan menyakitkan yang dilontarkan oleh Daniel.“Kamu datang kemari untuk menghinaku, dan kekasihku? Jika itu tujuanmu, lebih baik kamu pergi dari sini. Aku tidak peduli meski kamu seorang Pangeran. Semua ucapan yang keluar dari mulutmu sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang Pangeran. Kamu telah menyakiti banyak hati di sini!” cerocos Melisa.Aku agak terpukau dengan sikap berani Melisa. Dia pasti sudah tidak tahan jika harga dirinya terus direndahkan sedemikian rupa. Aku jadi teringat dengan Melisa yang dahulu sering membentakku ketika aku cacat. Aku sedikit senang mengetahui bahwa sifat asli Melisa sudah mulai muncul.“Tahu apa kamu mengenai rumah tangga orang lain? Daniel, kamu hanya orang asing! Kalau Kak Beni lebih memilihku ketimbang Kak Elina, urusannya sama kamu apa? Toh, hubunganku sama Kak Elina masih baik-baik saja.
Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit
“Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me
Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada
Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan
Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji
“Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln
Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s
Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke
Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap