Semua Bab Wanita Malam Kesayangan Tuan Muda : Bab 31 - Bab 40

91 Bab

CEO 31 Keluar Rumah

“Astaga, Tuan Ibrahim ini gimana, sih? Kalau aku harus pergi sama Bembi dan Ishan, gimana aku bisa ketemu dengan Tuan Khrisna?” Alayya bergumam sepanjang jalan menuju ruang makan. Ibrahim yang sudah berjalan lebih dulu pun tidak peduli pada dirinya yang tidak bisa mengimbangi langkah pria itu. Sampai di meja makan, terlihat Mustika masih duduk di kursinya. Wanita yang seharian kemarin tidak keluar kamar itu tampak sehat dan baik-baik saja sedang membuka majalah fashion tanpa ingin tahu siapa yang datang. “Pagi, Tante,” sapa Ibrahim yang membuat Mustika mau tidak mau mendongakkan kepalanya. Tidak lama kemudian, Alayya menyusul di belakangnya. “Pagi, Nyonya.” Alayya menyapa dengan ramah, tetapi wanita itu tidak juga menjawab.“Nyonya lagi sariawan ya? Kok diam aja?” gurau Alayya sambil mendudukkan bokong pada kursinya. “Aku lagi malas bicara denganmu,” jawab Mustika ketus lalu dia mengalihkan tatapannya pada Ibrahim. “Kamu udah transfer uang buat beli ganti jam tangan yang dirusak Pr
Baca selengkapnya

CEO 32 Tingkah Ayya yang Absurb

Khrisna tertegun menatap wanita di depannya saat ini. Tidak pernah dia bayangkan kalau kepergiannya selama dua minggu ke Australia sudah membuatnya kehilangan sosok wanita yang selalu tampil seksi dengan balutan pakaian serba pendek dan ketat membalut tubuh ramping nan berisi itu. Kini, yang ada hanya perempuan cantik bertubuh proposional layaknya seorang model yang memakai pakaian panjang menutup semua bagian tubuhnya kecuali kepala dan rambut cokelat berkilaunya itu. “Tuan! Hello …,” seru Alayya sembari mengibaskan satu tangannya di depan wajah Khrisna yang mana membuat pria itu langsung terkesiap. “Aku nggak salah lihat, kan, ini? Nia, dia beneran Ayya, kan?” tanya Khrisna sambil memegangi lengan Ghania. Sama halnya dengan Khrisna, Ghania yang memang belum pernah bertemu lagi dengan Alayya sejak dibawa oleh Ibrahim pun tidak kalah terkejutnya dengan pemuda tampan itu. Penampilan Alayya benar-benar berubah 180°. Ghania sampai melongo di
Baca selengkapnya

CEO 33 Ibrahim atau Khrisna

Siang ini Ibrahim ada lunch meeting di restoran Jepang di dalam Mall yang sama dengan Alayya berada. Namun, keduanya tidak tahu dan tidak ada yang pernah akan menyangka kalau akhirnya bisa bertemu dalam sebuah momen tidak terduga. Memang benar, sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, Ibrahim dengan sukarela mendatangi Alayya di kamarnya, dia berikan kartu kredit miliknya untuk digunakan sebagai pembayaran barang apa pun yang dia beli. Tepat saat kesepakatan kerja sama dengan investor asing yang dia temui siang ini, sebuah pesan notifikasi masuk ke ponselnya. Dengan sopan, Ibrahim meminta izin pada sang klien untuk membuka pesan tersebut. Seulas senyum tersungging di bibir pria tampan itu, notifikasi dari bank pemberi kartu kredit yang dipakai oleh Alayya muncul diblayar ponselnya. Tertulis jumlah yang dia keluarkan beserta nama lokasi di mana transaksi dilakukan. “Kebetulan yang aneh,” gumamnya lirih pada dirinya sendiri, tetapi ternyata d
Baca selengkapnya

CEO 34 Yang Dibenci Ibrahim

“Hentikan! Tuan Khrisna!” Alayya akhirnya buka suara saat kepalan tangan Khrisna sudah mengudara ingin menyerang Ibrahim.“Kamu melindunginya? Bukannya kamu terpaksa dan tidak nyaman bersamanya, Ya? Kenapa masih mau membela dia?” tangan Khrisna terhempas begitu saja. Dia tidak mungkin meneruskan niatnya karena Alayya menggunakan tubuhnya sebagai tameng Ibrahim. “Maaf, Tuanku. Tuan Ibrahim benar. Aku nggak bisa pergi denganmu atau siapa pun tanpa seijinnya.”Khrisna berdecak tak suka dengan penjelasan Alayya. “Karena uang tiga milyar itu? Aku udah bilang akan menggantinya dua kali lipat, kurang? Sebutkan saja?” Ucapan Khrisna berhasil memancing emosi Ibrahim lagi, bahkan pria itu sudah akan membalas dengan ucapan lain, tetapi lagi-lagi Alayya menjadi penghalang. “Biar aku aja yang jelasin ke dia, Tuan,” ujarnya sambil menahan lengan Ibrahim. Kemudian dirinya melangkah mendekati Khrisna. “Terima ka
Baca selengkapnya

CEO 35 Tak akan Kubiarkan

“Tunggu, dia bilang renungkan? Emang apa yang harus aku renungkan sih?” Alayya terus bergumam sambil memijat lengannya. Sedetik kemudian dia teringat pada sahabatnya Ghania. “Astaga! Gimana kalau Tuan Ibrahim benar-benar menghukumnya!” pekiknya ketika ancaman Ibrahim terlintas di kepalanya. “Nggak bisa! Aku harus bicara pada pria menyebalkan itu!” Alayya segera bangkit dari ranjang dan menuju pintu kamarnya. Beruntung Ibrahim tidak mengunci pintu bercat putih itu. “Tuan, tunggu!” seru Alayya sebelum Ibrahim menuruni tangga. Melihat sang pria berhenti, gegas Alayya menghampirinya. “Kenapa kamu di sini? Jangan mentang-mentang pintu tidak terkunci, kamu seenaknya keluar masuk,” ujarnya dengan nada ketus. Alayya berdecih tak suka. “Karena masih ada yang mau aku omongin.” Ibrahim memutar tubuhnya menghadap Alayya. “Ada apa lagi? Saya sibuk,” desisnya meski dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya.“Jangan apa-apakan Ghania, aku yang salah. Kalau Tuan mau menghukumnya berikan saj
Baca selengkapnya

CEO 36 Khrisna Harus Memilih

“Wah! Ini kebetulan atau keterlaluan sih, Pa?” Khrisna bersungut tak suka dengan berita yang dibagi oleh ayahnya. Bagaimana tidak, dia sengaja ke kantor sang ayah setelah meninggalkan Ghania di Mall untuk bertanya perihal Ibrahim. Lalu apa yang dia dapat, ternyata selain kenal baik, sang papa juga salah satu pemegang saham di perusahaan cabang laki-laki yang saat ini bersama dengan Alayya. “Kok kamu bilang gitu? Mananya yang keterlaluan sih?” Kesal sang ayah, Ariyanto.Khrisna berdecak. “Lah itu, masa iya perusahaan kita ada hubungan sama perusahaan dia, aku nggak suka, pa.”“Astaga! Apa kaitannya sama kamu? Papa sama Ibrahim udah lama jadi rekan bisnis Dan kamu tiba-tiba tanya soal Ibrahim itu kenapa?” selidik Ariyanto dengan memicingkan kedua mata tuanya itu. Khrisna berdecak. Dia lepas jaket yang membalut tubuh atletisnya lebih dulu sebelum akhirnya menjawab pertanyaan sang ayah. “Aku punya urusan penting sama dia. Dan aku mau minta bantuan Papa.” Namun, belum lagi Khrisna ungkap
Baca selengkapnya

CEO 37 Kejutan untuk Alayya

“Tuan Khrisna cinta sama kamu, Ya.”Alayya terperanjat. Dia sampai bangkit dari duduknya karena shock dengan informasi yang Ghania sampaikan. “Astaga, Nia. Kamu jangan asal bicara deh, ya? Itu nggak mungkin. Tuan Khrisna memang orang baik, tapi dia nggak mungkin cinta sama aku,” kilah Alayya penuh percaya diri. Ghania di atas ranjangnya berdecak tidak suka. “Apanya yang nggak mungkin, sih, Ya? Kalian sama-sama ‘kan udah lama. Dan karena sama kamu juga dia nggak lagi jadi pria yang gonta-ganti cewek, ngerti, kamu?” Mendadak tubuh Alayya gemetar. Memang benar apa kata Ghania soal Khrisna yang tidak lagi jadi casanova setelah mengenalnya, tetapi bukan berarti itu artinya dia mencintai dirinya, kan?“Nggak, Nia. Kamu jangan coba-coba nakutin aku, ya? Terus, kalau memang dia cinta sama aku, apa yang mau dia lakukan padaku?” “Aku nggak tahu, Ayya. Tuan Khrisna cuma bilang kamu itu urusannya, makanya ak
Baca selengkapnya

CEO 38 Berkunjung ke Panti Asuhan

“Selamat pagi, Tuan,” sapa Oscar tepat di samping pintu mobil Mercedes Benz hitam yang sudah dia buka. “Pagi. Maaf, merepotkanmu di hari libur,” ujar Ibrahim datar. “Tidak sama sekali, Tuan. Silakan.” Ibrahim melangkah untuk masuk ke mobilnya, tetapi dari pantulan kaca mobil dengan jelas dia melihat Alayya berdiri di pagar balkon kamarnya. Pria itu tersenyum menyeringai, inginnya tak acuhkan keberadaannya di sana. Namun, seketika pikirannya berubah. Ibrahim tiba-tiba memutar tubuh kekarnya. Dan di saat yang sama Alayya juga membelakanginya. “Berhenti di situ, Ayya!” titahnya ketika tahu Alayya akan melarikan diri dari sana. “Maaf, aku hanya ingin menghirup udara segar. Aku akan ma ….”“Sepuluh menit.” Alayya mengedipkan kelopak matanya. Dia sedang mencerna ucapan Ibrahim yang singkat itu. Tidak sabar menunggu kelanjutannya, Alayya pun berbalik. “Apanya yang sepuluh menit, Tuan?” pekiknya kencang. Dengan santainya Ibrahim menjawab, “Turunlah, saya beri waktu sepuluh menit untuk b
Baca selengkapnya

CEO 39 Masa lalu yang Mengusik

Siapa yang tidak terkejut kalau tiba-tiba ada seorang anak yang menghampiri lalu memanggilmu ibu? Alayya salah satunya. Mau itu dalam mimpi pun, wanita satu ini tidak akan pernah berharap hal seperti itu terjadi dalam hidupnya, tetapi sialnya justru semua dia alami di dunia nyata. Hari ini. Pagi ini juga.“Si-siapa kamu?” tanya Alayya dengan terbata. Tubuhnya hampir tidak bisa bergerak karena sang anak merangkul pinggangnya. “Meisya, kemari Sayang.” Alayya makin terperangah karena panggilan itu keluar dari mulut Ibrahim. “Ayah?” sebutnya dengan mata Berbinar. Ibrahim pun mengangguk lalu merentangkan kedua tangannya sebagai isyarat agar anak itu memeluknya.“Ayah kenapa baru datang? Ibu kok nggak kenal sama Esya?” Gadis kecil berambut sama cokelatnya dengan Alayya itu sedang merajuk dalam pelukan Ibrahim. Perlahan Ibrahim urai pelukannya. Dia sibak anak rambut yang menutupi wajah imut anak itu barulah dia kembal
Baca selengkapnya

CEO 40 Kunjungan Mustika

“Masuk,” titah Khrisna dari dalam kamarnya. Pintu bercat putih itu dibuka perlahan, sang asisten rumah tangga muncul di sana. “Maaf, Tuan Muda. Ada tamu yang mencari Anda,” lapor sang pelayan dengan kepala tertunduk. Khrisna mengerutkan keningnya. “Siang-siang begini ada tamu? Hari sabtu? Mikael nggak kasih kabar kok.” “Saya tidak paham itu, Tuan. Lalu bagaimana? Apa Anda mau menemuinya?” Pelayan wanita berpostur tinggi dan ramping itu kembali bertanya. “Memangnya siapa dia?” Khrisna bertanya sambil menyisir rambutnya. Rencananya hari ini dia akan ke rumah Ibrahim untuk menemui Alayya. Pelayan bernama Resti itu sejenak mengingat nama sang tamu. “Mustika Danadyaksa, tantenya Ibrahim Danadyaksa. Ya, Nyonya Mustika namanya, Tuan.”Jawaban Resti cukup mengejutkan Khrisna. Sisir yang dia pegang saja sampai terjatuh tanpa dia sadari. “Kamu bilang Tantenya Ibrahim?” Resti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status