Home / CEO / Wanita Malam Kesayangan Tuan Muda / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Wanita Malam Kesayangan Tuan Muda : Chapter 21 - Chapter 30

91 Chapters

CEO 21 Kericuhan di Rumah

“Ma-maaf Tuan, saya nggak mengerti maksud Anda.” Syarif bertanya dengan gugup. Ibrahim tersenyum sinis. Dia menyandarkan punggung pada sandaran sofa single yang dia duduki agar terlihat santai, tetapi sorot matanya tetap tertuju pada laki-laki paruh baya di depannya ini. “Kalau Anda saja tidak tahu, lantas saya harus bertanya pada siapa? Apa mungkin laptop di ruangan Anda rusak hingga bisa merubah angka-angka di situ? Tidak biasanya Anda melakukan miss seperti itu Pak Syarif.” Datar dan tanpa ekspresi Ibrahim bicara pada bawahannya itu. Syarif tertegun. Jujur saja kalau dia sendiri bingung kenapa ada yang salah pada laporan yang jelas-jelas sudah dia periksa sebelum disetorkan kepada atasannya ini. “Sekali lagi maaf, Tuan. Tapi, sungguh ini di luar kendali saya, saya bisa tunjukkan pada Anda laporan yang saya kerjakan sebelumnya,” ujar Syarif dengan yakinnya. “Baik. Saya tidak ingin dengar alasan apa pun, seg
Read more

CEO 22 Mustika Bungkam

Mustika gugup dia tidak tahu harus menjawab pertanyaan Ibrahim seperti apa. Situasi ini  membuatnya terdesak, sedetik kemudian Mustika berdehem sekadar untuk melonggarkan tenggorokannya yang dirasa kering.“Nggak ada apa-apa kok,Ibrahim. Tadi hanya pembicaraan hal pribadi Tante dengan seorang teman. Tante nggak mau ada orang yang mendengarnya, bagaimanapun juga pembicaraan di telepon,kan, privasi.” Dengan tenangnya dan suara yang lugas Mustika bicara, seakan-akan apa yang dia sampaikan adalah kebenaran.Alayya berdecak dan itu memancing perhatian Mustika. “Kenapa kamu seperti itu? Kamu pikir aku sedang bicara bohong?”Alayya kembali memutar bola matanya jengah. “Saat ini aku nggak tahu mana yang benar dan mana yang bohong. Terserah juga Anda mau ngomong apa, toh, bukan saya yang mendengarkan pembicaraan Anda,” ujarnya sambil bersidakep. “Kamu ….”“Udah … udah …,  jangan berdebat lagi. Kalau memang hanya itu alasa
Read more

CEO 23 Mustika yang Galau

Ibrahim berdecih saat membuka pintu kamar Alayya dan mendapati wanita itu terlelap di ranjang besarnya. Dia pun menggeleng pelan sembari melangkahkan kaki mendekati bibir ranjang. Pria yang terlihat segar setelah mandi itu melihat Casio watch di tangan kirinya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia menggumam lirih. “Enam belas menit, Ya. Aku hanya terlambat satu menit dari waktu yang 'ku janjikan. Kuharap kamu nggak lagi sandiwara dengan pura-pura tidur, ya?”Ibrahim membetulkan letak selimut yang membungkus tubuh Alayya. Kemudian pria itu  tetap melaksanakan solat dhuhurnya di kamar wanita itu. Bukan dia tidak percaya kalau Alayya sedang tidur, hanya saja membiasakan telinga wanita itu mendengar lantunan ayat-ayat suci Alquran adalah salah satu cara Ibrahim memperbaiki watak wanita cantik satu itu. Seusai solat dan mengaji, Ibrahim bangkit dari duduk bersilanya, lalu dia pastikan suhu ruangan tidak terlalu dingin melalui remot AC di atas nakas, barulah di
Read more

CEO 24 Kesabaran Ibrahim

“Kenapa Tante diam aja? Apa pertanyaanku salah? Apa yang aku rasakan soal perubahan sikap Tante itu nggak benar? Sejak ada Ayya di rumah ini, Tante jadi lebih sensitif dan sering marah-marah. Apa ada yang terjadi yang aku nggak tahu, Tante?” cecar Ibrahim bertubi-tubi. Namun, bukannya menjawab pertanyaan sang keponakan, mustika justru menghindar dengan masuk ke kamarnya. Tentu saja Ibrahim tidak ingin membiarkan begitu saja. Dia pun segera menyusul sang Tante.“Tinggalin Tante Ibrahim. Tante ingin sendiri,” ujar Mustika saat tahu Ibrahim mengikutinya dari belakang. 'Nggak. Tante harus jelasin sikap tante dulu, setelah itu baru aku akan keluar,” keukeh pria itu dengan nada tegas seakan tak ingin dibantah. Kesal, Mustika pun memutar tubuhnya. “brahim!” sentaknya dengan bola mata membesar. “Kamu bukan anak yang seperti ini, kan? Aku membesarkan kamu untuk jadi orang yang selalu menghargai orang tua, lupa kamu?” lanjutnya dengan keua tangan sudah terkepal erat.“Tapi, Tante ….”“Cukup I
Read more

CEO 25 Rasa yang Asing

“Oh, nggak ada apa-apa, Tuan. Saya baru saja datang dan bertemu Nona Ayya di sini.” Oscar lebih dulu menjelaskan. Ibrahim mengerutkan dahi lalu bertanya lagi, “Lalu untuk apa kamu pegang tangannya seperti itu?” Datar nada suaranya, tetapi dirinya tahu ada sebersit rasa tak suka melihat Oscar menyentuh Alayya. “Maaf, Tuan. Ada yang saya mau tanyakan pada Nona Ayya, tapi karena dia nggak dengar makanya saya memegangnya,” terang pria berhidung mancung itu dengan santainya. Padahal di dalam hati dia sedang takut kena marah atasannya itu, karena pertanyaan itu dirasa Oscar seperti bosnya sedang cemburu, bukan? Pria yang memakai koko broken white itu mengalihkan tatapannya pada Alayya yang diam saja sedari dia muncul. “Kamu kenapa diam aja, Ya?” Alayya yang sedang bingung dengan perasaannya pun tersentak karena pertanyaan sang Tuan rumah. “Oh, iya. tuan. Saya nggak apa-apa kok. Maaf, tadi saya ketiduran,” jawabnya dengan gugup. “Udahlah, nggak masalah. Masih banyak waktu, kok.” Ibrahi
Read more

CEO 26 Keinginan Khrisna

Khrisna menggebrak meja, botol dan gelas hampir saja bergelimpangan karena kerasnya hentakan tangan pemuda itu pun tak heran Ghania sampai terlonjak dari sofanya.“Aku bertanya padamu, Ghania, siapa Ibrahim!” sentak Khrisna sekali lagi.“Ma-maaf, Tuan. Saya tidak paham siapa dia, yang pasti dia orang kaya dan orang yang cukup berpengaruh di kota ini. Anda bisa tanya pada Tuan Darel siapa orang itu,” ucap Ghania dengan susah payah pun terbata-bata. “Kurang ajar! Beraninya dia mengambil kesayanganku!” geram Khrisna sambil mengepalkan tangan yang ada di meja. Tanpa ingin membuang waktu, pria itu mengambil ponsel dalam saku jasnya. Mencari kontak pemilik klub ini lalu menggeser icon telepon di atas layar datar tersebut. “Darel? Aku sedang ada di tempatmu. Temui aku sekarang di ruang private nomor tiga … iya, sekarang juga atau aku hancurkan tempatmu ini!” Sambungan telepon itu dia akhiri dengan kasar. Netra hazel miliknya kembali
Read more

CEO 27 Aku di Jual?

“Ghania, Tuan Khrisna sedang bicara padamu. Siapa yang meneleponmu, kenapa nggak diangkat?” Kali ini Darel angkat bicara. Akan tetapi, karena wanita itu bergeming, Darel meminta Tora mendekati wanita itu dan memerintahkan mengambil ponselnya. Terang saja hal itu mengejutkan Ghania. “Pak Tora!” wanita itu terlambat, karena Tora sudah lebih dulu mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu berjalan cepat ke arah Darel.“Ayya?” ucapnya lirih dan tanpa permisi Khrisna menyambar ponsel itu, lalu seringai senyum tercetak jelas di bibirnya. “Ya ampun, Nia! Lama amat sih angkat ponselnya? Ngapain aja, sih?” celoteh Alayya menggebu-gebu. Dia pikir yang ada di balik tekrpon itu adalah sahabatnya. Namun, tubuhnya seakan-akan membeku kala suara berat khas seorang pria yang sangat familiar menyapa telinganya.“Halo Sayang, apa kamu ingat aku? Apa kamu juga merindukanku?” Alayya tidak mungkin lupa siapa pria yang sedang menyapanya ini, tetapi kalau untuk merindukannya? Tidak. Alayya tidak punya perasa
Read more

CEO 28 Alayya Marah

Alayya seakan lupa kalau lututnya masih sakit. Setelah dia putus sambungan telepon dengan Darel barusan, dia buru-buru keluar dari kamar dan berjalan dengan cepat menuju kamar seseorang. Bembi dan Ishan yang berjaga di depan pintu kamarnya pun mau tidak mau segera mengikuti langkah Nona kesayangan Tuan mudanya itu. Sampai di depan pintu kamar bercat cokelat kayu itu, Alayya menggedor daun pintunya dengan sangat keras. Tidak dia pedulikan telapak tangannya sakit dan panas, dalam benaknya dia hanya ingin meluapkan kekesalan yang sudah dia tahan sedari masih menelpon darel tadi.“Non, bisa pelan sedikit ngetuk pintunya? Mungkin Tuan sedang sibuk di dalam.” Bembi mencoba menasehati. Wanita itu langsung melirik tajam pada ajudan Ibrahim itu. “Diam! Kalau nggak mau dengar, pergi aja sana,” usirnya tanpa basa basi. Bibir Bembi pun bungkam seketika. Wanita itu tersenyum menyeringai lalu meneruskan menggedor pintu kamar Ibrahim. Suara gedoran pintu itu mengusik Ibrahim yang sedang teleconfe
Read more

CEO 29 Luka Hati Ayya

Detik itu juga jantung Alayya kembali berdetak tak normal. Tatapan netra hitam Ibrahim seakan-akan menenggelamkannya dalam pesona pria tampan itu. “Ya Tuhan. Perasaan apa ini? Kenapa jantungku nggak berhenti berdetak aneh seperti ini? Apa ini perasaan Nisa yang senang karena berada di dekat suaminya, ya?” Alayya bergumam sambil menyentuh dadanya. Dia turunkan pandangannya karena takut kalau-kalau semakin lama dia menatap Ibrahim dirinya akan semakin hanyut dalam pusaran rasa yang tidak jelas ini. “Kenapa begitu, Tuan. Aku ini cuma seorang pelacur, harga segitu terlalu mahal untuk aku yang selalu mendapat julukan sampah masyarakat, bukan?” Akhirnya Alayya ungkapan pendapatnya, menyebut dirinya sendiri seperti itu, mendadak ada nyeri yang menusuk di kalbunya. Perasaan itu pun tidak pernah dia rasakan selama ini. Ibrahim tersenyum simpul, lalu kembali berkata, “Apa kamu masih harus bertanya kalau udah tahu jawabannya?” Alayya mendongak, saat
Read more

CEO 30 Pagi yang Cerah 'kan, Ya?

Alayya berdecih lalu mencibirkan bibir seksinya ketika membaca balasan pesan dari Ibrahim di atas ranjangnya.“Terserah, kalau nggak percaya. Mau lihat? Sini kalau berani,” ujarnya bersungut-sungut. Kesal juga selalu dicurigai oleh Ibrahim, mungkin itulah yang dirasakan Alayya kali ini. Wanita itu kembali berbaring, baru saja dia akan menarik selimut tebalnya menutupi tubuhnya yang tanpa busana itu, ponsel mahalnya kembali berdenting. Mencoba abai karena dirinya lelah dan mengantuk, tetapi suara notifikasi itu kembali terdengar. “Siapa sih, pagi-pagi gini kirim pesan. Apa Tuan kanebo itu lagi ya?” Mendadak Alayya bersemangat meraih ponselnya ketika yang dia pikir Ibrahim si pengirim pesan itu. Akan tetapi harapannya sirna ketika layar menyala, nomor asing terlihat di sana. “Ini nomor siapa?” gumamnya, tetapi tetap menekan chat tanpa nama itu. [Ayya, aku ingin kita ketemu. Tolong, jangan hindari aku atau aku sendiri yang akan menjemput kamu ke sana. Khrisna.]Pesan pertama membuat
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status