Home / CEO / Wanita Malam Kesayangan Tuan Muda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Wanita Malam Kesayangan Tuan Muda : Chapter 11 - Chapter 20

91 Chapters

CEO 11 Ada yang Lain

Untuk pertama kalinya dalam hidup Alayya, Dia bisa bangun pagi, bahkan lebih pagi dari yang pernah dia lakukan selama ini, tepat saat adzan subuh Ibrahim berhasil membuat wanita muda itu bangun dari tidurnya“Anda benar-benar resek, ya, Tuan! Orang masih enak-enak tidur disuruh bangun,” gerutu Alayya yang sudah duduk di atas ranjangnya. Matanya masih separuh terpejam.“Nanti kamu juga akan terbiasa. Pertama memang seperti itu, sangat berat membuka mata dan nggak nyaman sekali. Makanya harus dibiasakan,” ucap Ibrahim masih dari sisi ranjang. “Dih, males banget! Nggak deh. Mending Tuan aja, ya? Saya baru tidur Tuan. Mata saya berasa lengket. Saya mau tidur lagi, ya?” “Eh … Kok malah balik tidur lagi?” Ibrahim menahan lengan alayya yang akan kembali berbaring di tempat tidurnya.“Bukannya semalam kamu tidur lebih awal? Kenapa masih nggak bisa juga bangun pagi?” tanya Ibrahim dengan nada kesal, karena seingat dia, lampu kamar Alayya sudah mati pukul sebelas malam.Alayya mendelik heran.
Read more

CEO 12 Berdebat lagi

“Tante kenapa? Apa ada yang sakit?” Mustika terkesiap. Tidak menyangka kalau Ibrahim sedang memperhatikannya. Mustika berdehem sejenak hanya untuk melonggarkan tenggorokannya yang dirasa tercekat. “Nggak ada kok, Ibrahim. Tante baik-baik aja, karena supnya masih panas aja jadi Tante diam,” jelasnya yang sudah pasti berbohong. Ibrahim hanya mengangguk saja, lalu melanjutkan makannya, sedangkan Alayya tak peduli. Dia dengan lahap menyantap semua yang disediakan Christy di depannya. Segera menyelesaikan sesi sarapan ini dan kembali ke kamarnya adalah hal yang sangat ingin dia lakukan saat ini. “Lukamu bagaimana, Ya? Perbannya udah diganti?” tanya Ibrahim yang mengalihkan tatapannya pada Alayya. “Udah, pakai plester aja kok,” jawab Alayya dengan mulut yang penuh makanan.Ibrahim terkekeh. “Salep lebamnya udah dikasih juga?” Kali ini Alayya mengangguk. Malas bicara. Sandwich-nya terlalu enak untuk diabaikan.Akan tetapi, kehadiran
Read more

CEO 13 Ayya Shock

“Nggak usah cari perhatian kamu, Ayya. Ibrahim nggak akan tertarik sama wanita bekas orang kayak kamu ini.”Alayya mendelik tak terima dengan sindiran Mustika. Dia benar-benar kesakitan sekarang. Salahnya juga karena terburu-buru mau bangkit dari kursinya, lutut yang masih lebam dan terluka itu terantuk bibir meja makan bagian bawah. Bukannya membantunya, Mustika malah menuduhnya yang bukan-bukan. Jadi jangan salahkan kalau akhirnya Alayya menepis tangan Ibrahim yang ingin menyentuh kakinya. “Nggak perlu, Tuan. Saya bisa sendiri,” ucap Alayya dengan nada ketus. Ibrahim tidak memaksa, tetapi tangan yang berhenti di udara itu pun dia kepalkan dengan erat. Kesal? Bukan. Ibrahim sungguh mengkhawatirkan Alayya. Namun, wanita itu sudah tidak ada di kursinya. Pria yang pagi ini memakai jas abu-abu itu menengok ke belakang punggungnya, Alayya berjalan dengan tertatih sambil memegang lututnya yang terluka. “Kenapa Tante bicara seperti tadi?” Pelan, tetapi cukup untuk menyentil perasaan Mus
Read more

CEO 14 Ayya yang Galau

Alayya memandang gamang pada layar ponsel yang sudah menghitam. Kalau dia tidak mengenal siapa Ghania, tentu dia tidak akan percaya dengan apa yang baru saja temannya itu katakan. Lima puluh juta bukan nominal yang kecil, bahkan untuk dirinya yang sudah menjadi wanita dengan gelar favorit di klubnya bernaung, jumlah itu baru bisa dia dapatkan paling cepat selama satu bulan tanpa dihitung fee dari pelanggan sendiri tentunya, tetapi lihatlah Ghania mendapatkannya hanya dalam satu hari dan itu juga dari pria yang mengurungnya di sini? “Iya, Tuan Ibrahim bilang, ini uang untuk ganti bayar kos-kosan kamu, dan aku nggak boleh lagi ajakin kamu cari pelanggan, Ya. Kalau nggak nurut, aku harus bayar tiga kali lipat sama dia.” Itu kata Ghania tadi yang tentu saja membuat Alayya makin terperangah.“Jadi dia benar-benar serius melarangku menjadi wanita malam lagi? Tapi, masa iya aku harus berada di dalam kamar terus, sih? Aku bukan tahanan ’kan, ya?”
Read more

CEO 15 Aku Kenapa?

“Apa yang Nyonya katakan? Anda tahu benar apa artinya Nona Ayya untuk Tuan Ibrahim.” Christy jelas tidak bisa berdiam diri mengetahui niat Mustika saat ini. “Diam, kamu, Chris! Aku nggak lagi minta pendapatmu. Kalau kamu nggak mau dengar, keluar saja dari kamar ini sekarang,” titah Mustika dengan nada ketus pun tanpa melihat ke arah sang pelayan.“Nyonya … jangan lakukan itu. Anda tahu konsekuensinya jika melanggar perintah Tuan Ibrahim, bukan?” ucapan Christy kali ini berhasil mengalihkan tatapan mata Mustika.Dengan sorot mata memicing tajam, wanita paruh baya itu berkata,’’Nggak usah ngancam aku, Chris! Asal kamu tutup mulut, Ibrahim juga nggak akan tahu kalau aku yang membantu wanita ini pergi darinya.”“Ta-tapi ….”“Udah deh! Kalian ini apa-apaan sih? Malah ribut di depanku?” sentak Alayya yang sedari tadi memperhatikan pembicaraan kedua paruh baya itu. Kedua wanita itu pun serentak mengalihkan tatapannya pada Alayya.“Oke, Nyonya cepat katakan apa saran Anda biar aku bisa menjau
Read more

CEO 16 Menunggumu

Beruntung coffee shop yang ada di lobi kantor Ibrahim sedang sepi pengunjung, hingga kehadiran Darel beserta anak buahnya yang ternyata tidak hanya dua orang itu tidak menarik perhatian para pengunjung cafe yang lain. Ibrahim pun tidak mau kalah. Dia minta Oscar untuk memanggil para ajudannya berkumpul di cafe saat ini juga. Hanya untuk persiapan kalau-kalau pria tambun ini berbuat sesuatu yang di luar dugaannya.“Sekarang katakan apa maksud Anda nggak mau mengembalikan Ayya padaku? Dia wanita favorit di klub aku. Jangan pikir kamu bisa menguasainya begitu saja.” Darel sedang mencoba bersabar, sedari pria tampan di depannya ini memindah tempat diskusi mereka dari luar kantor ke dalam cafe, pria bercambang tipis itu sama sekali belum bicara lagi, sekarang dia justru tersenyum menyeringai menanggapi ucapannya barusan membuat kesalnya makin bertambah saja. “Kenapa Anda tersenyum seperti itu?” tanya pria paruh baya itu dengan nada ketus.Ibrahi
Read more

CEO 17 Makan Kemalaman

Alayya berdecih tak suka. Mana mungkin dia rindu pada pria sekaku kanebo kering ini. “Jangan ke-PDan deh, Tuan. Siapa juga yang rindu pada Anda,” jawab Alayya dengan gugup. Terlihat sekali dari cara dia menatap Ibrahim yang tidak fokus. Tingkahnya itu sangat menggemaskan, tanpa sadar sudut bibir Ibrahim terangkat sedikit. Apalagi saat jarak dirinya semakin dekat dengan Alayya, wanita itu justru terlihat terkejut lalu mundur satu langkah. “Baiklah. Anggap saya terlalu percaya diri. Sekarang katakan, kenapa jam segini kamu ada di sini? Bukannya tidur biar besok pagi lebih mudah bangunnya?” tanyanya tanpa mengurangi intensitas tatapan tajam, tapi menghanyutkan itu. Alayya susah payah menelan salivanya saat ini. Jaraknya dengan Ibrahim tidak lebih dari sejengkal membuat rasa khawatirnya banyak. Takut pria itu mendengar detak jantungnya yang makin riuh pun malu kalau sampai rasa panas di pipinya menimbulkan rona merah jambu yang bisa dilihat sang Tuan Muda tampan itu. Tanpa berani menat
Read more

CEO 18 Ingatan Tentang Nisa

Di dalam kamarnya, Ibrahim mendudukkan bokongnya dengan kasar di bibir ranjang. Dengan sedikit membungkukkan badan dia mengusap cepat wajahnya berulang kali, ingin rasanya berteriak untuk melepaskan semua beban dalam hatinya saat ini. Ibrahim tersiksa, dia terbebani oleh rasa penyesalan yang tak kunjung menemui muaranya. Ini semua karena pertanyaan Alayya barusan. Pertanyaan yang sangat ingin dia hindari sebenarnya, karena selama satu tahun terakhir ini pria yang akan berusia tiga puluh tahun sebulan lagi itu telah mencoba untuk melupakan kejadiaan kecelakaan itu pun rasa penyesalan yang mengiringinya. Kalau boleh meminta, Ibrahim justru memilih agar dialah yang berada di dalam mobil naas itu, tetapi kehendak Yang Kuasa sudah mentakdirkan kalau istri tercintalah yang harus mengalaminya. Masih jelas dalam ingatan Ibrahim siang hari itu, saat dia seharusnya datang menjemput Nisa di rumah untuk berangkat ke acara ulang tahun rekan kerjanya di daerah puncak. Namun, karena kesibukannya ya
Read more

CEO 19 Rencana yang Tertunda

Untuk pertama kalinya dalam hidup seorang Alayya, dia menitikkan air mata hanya karena ucapan seorang pria. Alayya yang sejak kecil hidup di lingkungan lokalisasi dan tinggal bersama orang-orang yang tidak pernah memakai hati dalam berhubungan denagn banyak orang, kali ini merasakan betapa hatinya sakit ketika Ibrahim mencurigainya. Memang benar adanya jika perubahannya saat ini karena dia punya maksud tertentu, tetapi tidak bisakah Ibrahim melihat ketulusannya atau dia kurang pandai berakting hingga dengan mudah Ibrahim mengetahui isi pikirannya?Benar juga. Kenapa dia harus kesal? Kenapa dia mesti menangis? Alayya jadi bingung dengan dirinya sendiri saat ini yang kesal dan sedih bersamaan. Suara pintu kamarnya yang tertutup dengan keras membuatnya segera mengusap jejak basah di kedua pipinya. Cepat dia buka pintu toilet dan ternyata Ibrahim sudah tidak ada di dalam kamarnya, dan mendapati kenyataan itu, Alayya meremas baju di dadanya. Ke
Read more

CEO 20 Kegelisahan Ibrahim

Alayya panik ketika mendengar suara pekikkan Mustika. Dia bingung mau ke mana karena kakinya masih terasa nyeri. Sementara, wanita tua itu terdengar sedang melangkah cepat-cepat menuju pintu keluar. “Nggak ada jalan lain kecuali bersembunyi, tapi di mana?” gumam Alayya sambil melihat kanan dan kirinya. Akhirnya otak kecilnya itu mengarahkan dirinya menuju gorden di jendela besar yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Susah payah dia berjalan hingga sampai di gorden besar dan tebal itu. Beruntung gorden itu panjangnya sampai menyentuh tanah sehingga dia tidak perlu khawatir kakinya terlihat. “Kurang ajar! Siapa yang udah berani menguping pembicaraanku? Christy! Christy! Sini kamu!” sentaknya dari ambang pintu. Alayya jelas sekali mendengar suara Mustika yang kesal dan marah-marah itu, dia pun mengeratkan pegangan pada gorden berharap Mustika tidak menyadari keberadaannya di sana.Christy datang dengan tergopoh-gopoh jga dengan wajah ketaku
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status