Home / Fantasi / Raja Baru untuk Dunia Kegelapan / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Raja Baru untuk Dunia Kegelapan: Chapter 121 - Chapter 130

159 Chapters

121. Menyelamatkan Razen dan Rainsword

“Hanya ada satu cara,” gumam Rafael. Matanya terpejam, tekanan kekuatan mulai berkumpul dalam satu titik. Lingkaran sihir terbentuk di bawah kaki Rafael. “Tunggu Rafael! Jangan bilang kau akan menggunakannya sekarang!” Fury cemas, dia berbalik dengan cepat. Namun, meninggalkan Razen saat ini juga tidak mungkin. Pilihan yang sulit baginya. Hingga akhirnya dia menghancurkan penjara Razen dan mematahkan belenggu yang mengekang kaki dan tangannya. Naga itu meraung, berharap pria yang kini terbaring di tanah penjara bangun. “Bagaimana menaikkan dia ke punggungku?” Fury yang sudah cemas dengan Rafael sekarang bingung membawa Razen. Menggenggamnya dengan cakar akan membuat tubuh Razen terluka karena penjara terlalu rendah untuknya terbang. “Fury, bantu sebelah sini!” Suara nyaring seorang wanita mengagetkan naga hitam itu. Matanya berputar cepat dan menangkap sosok kupu-kupu yang merupakan sumber suara tersebut. Kupu-kupu itu terbang mengitari penjara yang ada di depan penjara Razen. “Fi
Read more

122. Melawan Darren dan Roya

Rafael menurunkan Fiona di depan gerbang dimensi. Dia kemudian membuka gerbang tersebut. “Fury bawa mereka semua.”Rafael berbalik dan melangkah. Fiona segera mengejar Rafael. “Tunggu, aku bisa membantu,” ucap Fiona sambil menarik tangan Rafael. Dia berharap pria Itu mengizinkannya. “Terlalu berbahaya, pergilah dengan Fury,” balas Rafael. Dia dengan lembut melepaskan tangan Fiona. “Rafael, apa kau membenciku?” Kali ini sorot mata menatap lurus ke arah Rafael. Helaan napas panjang terdengar jelas. Rafael berbalik dan menatap Fiona. Mata mereka beradu dan saling mengunci. “Apa pernah aku bilang membencimu? Aku hanya tidak bisa menerima perasaanmu, Fiona. Mengertilah, meskipun mustahil dan akan sulit jalan yang kami lalui, selama dia bahagia aku akan menjaganya. Apa kau mengerti? Cintaku hanya untuk satu orang saja, sekali dan selamanya.” Rafael tidak menunggu jawaban, dia mendorong Fiona yang masih gamang dengan ungkapan yang Rafael katakan. Tidak biasanya pria ini begitu terus t
Read more

123. Antara Nacht dan Rafael (1)

Darren mengarahkan para zombie mendekati Rafael. Dengan adanya Roya yang menyerang maka dia bisa memiliki waktu mengumpulkan para zombie. Tepat saat Rafael menghindar dari serangan Roya, dia dihantam oleh sekumpulan zombie. “Bagus, sekuat apapun Rafael dia tidak mungkin baik-baik saja dikeroyok ratusan zombie.” Darren tersenyum lebar. Roya melompat ke samping Darren. Mereka berdua terlihat puas. Rafael terjebak dalam kerumunan zombie yang pasti mengoyak tubuhnya. “Tamat sudah riwayatnya.” Darren menyimpan serulingnya.“Aku akan memeriksa ilusi di dalam aula.” Wanita dengan harpa di tangannya berjalan anggun masuk ke dalam aula. Pintu aula terbuka saat wanita itu mendorongnya. Dia tidak mengetahui ada sepasang mata yang sedang mengintai. Roya berhenti di tengah pintu saat Rafael melompat dengan pedang besar di tangannya. Para zombie terlempar seakan mereka didorong oleh kekuatan yang luar biasa. “Tuan Rafael, mereka adalah penduduk dunia bawah, apa kau tidak peduli ….” Mata Darre
Read more

124. Antara Nacht dan Rafael (2)

“Yui ….” Samar-samar suara itu terdengar. Dalam setengah kesadaran, Yui yang masuk dalam dunia ilusi mendengar suara Rafael. “Paman? Apa itu paman?” Antara sadar tidak sadar dalam ruangan yang tidak ada warna Yui mendengar suara. Dia berusaha membuka matanya. “Sulit sekali membuka mata!” Jerat ilusi menghalangi Yui untuk membuka matanya, dia seperti berada dalam jeratan dunia gelap gulita. “Tutup saja matamu, Yui.” Suara itu, suara Suzaku. Yui menutup matanya mengikuti apa yang dia dengar. “Kau harus mengalahkan ilusi ini terlebih dulu sebelum bisa mengendalikan dirimu. Jiwamu terperangkap.” Suara Suzaku membimbing Yui, dia mengikuti apa yang dikatakannya. Yui memejamkan mata, fokus pada satu titik hingga dia menyatu dengan dirinya. Roh Yui yang terpencar kembali menjadi satu kesadaran, saat itulah cahaya kemilau berwarna jingga menyelimuti dirinya. Mata Yui perlahan terbuka, kilatan api jingga dalam matanya membuat kedua orang yang ada di depannya terperanjat. “Bagaim
Read more

125. Kemarahan Alan

Suara berisik membangunkan Rafael, dia membuka matanya dan menyadari sudah berada di dalam kamarnya. Rafael bangun dan merasakan sakit akibat luka pertarungan kemarin. “Sudah dibalut, sepertinya Kakek sudah meminta tabib merawatku,” batin Rafael menyentuh lukanya yang terbalut dengan rapi. “Suara siapa itu berisik sekali,” gumam Rafael membuka jendela kamarnya dan melihat ke bawah. Tiga orang gadis manis sedang berbincang. Yui terlihat menawan dengan balutan gaun berwarna merah muda dan putih, rambutnya diikat dengan aksesoris pemberian Rafael waktu itu. Tanpa sadar Rafael tersenyum melihat Yui masih menyimpan benda pemberiannya. “Yui, sejak kapan jadi secantik ini?” gumam Rafael mengabaikan dua gadis lainnya. Rafael bahkan tidak menyadari seseorang masuk ke kamarnya. “Cantik,” ucap pria yang masuk ke kamar Rafael. “Ya, cantik sekali,” balas Rafael tanpa menoleh. Dia baru sadar setelah menyahut ucapan orang itu. Tubuhnya berputar dan melihat sosok yang mirip dengannya hanya saj
Read more

126. Keputusan Fiona

“Rafael!”Kali ini suara Fiona yang masuk ke kamar Rafael. Si pemilik kamar melanjutkan aksi pura-pura tidurnya. “Rafael, jangan pikir aku sebodoh gadis itu, bangun!” bentak Fiona melipat kedua tangan di depan dada. Wajahnya terlihat angkuh dan percaya diri. “Satu hal, sudah kupikirkan baik-baik aku tidak akan lagi mengejarmu jadi jangan berbuat baik padaku. Jangan membuatku berharap lagi padamu!” Fiona telah menetapkan hatinya, dia benar-benar menyerah. Dua hari yang lalu saat Fiona sampai di Kediaman Blackdragon, dia masih terus memikirkan ucapan Rafael. Hingga hari itu dia melihat Rafael kembali penuh dengan luka. Meskipun begitu, pria itu terlihat puas karena berhasil menyelamatkan Yui. Fiona tahu dia tidak sebanding dengan Yui. Ketika Yui sadar setelah jiwanya kembali, Fiona menemui gadis itu dan menanyakan tentang perasaannya. Gadis itu tidak mengatakan apapun tentang perasaannya, tetapi sorot mata Yui menjelaskan semuanya. “Kalian berdua saling mencintai, sungguh disayangk
Read more

127. Perasaan Rafael

“Apa-apaan mereka!? Berduaan di kamar,” gerundel Yui. Gadis itu berjalan dengan cepat tanpa menoleh ke belakang. Dia tidak melihat Rafael yang berjalan menahan rasa sakit sedang mengejarnya. “Yui … kau salah paham,” teriak Rafael yang samar-samar terdengar. Suara dan langkah Rafael semakin lama menghilang. “Argh!” teriak kesal Yui. Dia berlari semakin kencang, rasa kesalnya membuat Yui tidak menoleh. “Yui ….”Pada akhirnya Yui berhenti saat dia sama sekali tidak mendengar suara Rafael dan menoleh ke belakang. “Paman!” teriak Yui, dia berlari kembali ke arah Rafael. Langkahnya semakin cepat saat melihat luka Rafael kembali terbuka. Pria itu juga sudah tersungkur ke tanah dengan perban yang memerah. “Ini salahku, kenapa membiarkan paman berjalan sejauh ini, seharusnya dia beristirahat,” batin Yui mulai menyalahkan dirinya, dia tidak menyangka luka Rafael akan terbuka kembali karenanya. “Paman!” Yui bersimpuh, matanya melihat wajah Rafael yang pucat dan menahan rasa sakit. “Yui,
Read more

128. Kristal Perak Yuan

“Eirlys,” gumam Yuan. Matanya mulai terbuka lalu dia duduk bersila di atas teratai es. Dia mulai mengatur pernapasannya, ada perasaan yang berbeda di tubuhnya. “Apa yang tadi itu bukan mimpi?” Yuan menyentuh dadanya, dia juga melihat ke sekitar dan tidak mendapatkan jejak keberadaan Eirlys. “Eirlys …,” gumam Yuan kembali. Dia memandang telapak tangannya seakan ada sesuatu di sana. Sesuatu yang terasa dingin, tetapi tidak ada apapun di tangannya saat ini. “Ehm,” deham Yuasa. Tangannya memeriksa pergelangan tangan Yuan lalu memeriksa kening dan juga leher adik lelakinya. Wajahnya mengernyit seakan ada sesuatu yang tidak biasa. “Kak, apa kau merasakannya? Aku merasa sedikit berbeda.” Yuan menatap Yuasa dan berharap kakaknya akan memberikan jawaban. “Ini memang aneh, tapi aku tidak bisa memastikannya. Jangan ke mana-mana, tetaplah di sini, aku panggil Ayahanda dulu,” pesan Yuasa. Dia bergegas meninggalkan Yuan menuju ke tempat ayahnya. “Aurum, Yuan selamat, kita tidak perlu mengulan
Read more

129. Perjalanan ke Dunia Atas

“Paman, apa lukanya tidak apa-apa?” Yui berada di sebelah Rafael. Dia khawatir karena Rafael tidak mengindahkan peringatan tabib. Mereka sudah berada di depan gerbang dimensi. Rainsword dan Fiona datang berdua kemudian disusul Lixue bersama Eirlys. “Pangeran Rainsword akan mulai melemah jika terlalu lama di dunia bawah, Yui. Fiona juga tidak akan bisa terbang jika mulai terkontaminasi. Kediaman Blackdragon memiliki tingkat kontaminasi paling kecil karena selama ini ada Yuan di sini, tapi sekarang dia tidak di sini. Aku tidak mau mengambil resiko.” Rafael mulai membuka gerbang. Gerbang besar itu perlahan semakin melebar menampilkan sebuah pusaran hitam dengan tekanan kekuatan yang tidak main-main. Yui menghela napasnya, dia kemudian membuat barrier untuk semuanya termasuk Rafael yang tidak menolak saat Yui memasang barrier. “Fury, ayo!” Rafael mulai masuk ke dalam gerbang diikuti yang lain. Mereka berjalan menyusuri lubang hitam yang memiliki tekanan luar biasa. Mereka keluar di t
Read more

130. Menyembuhkan Rainsword (1)

Naga hitam berputar di langit Kota Naga, beberapa pengawal waspada dan bersiap untuk menyerang. Tepat saat para pengintai Kota Naga sudah mulai membidik, Yuasa menghentikan mereka. “Dia bukan musuh, turunkan senjata kalian,” teriak Yuasa. Pemuda dengan rambut matahari itu melambaikan tangan dan memberi kode kepada penunggang naga untuk turun. Yuasa memberi perintah kepada Rafael untuk turun di atas taman bunga. “Paman!” Yuasa mendekati naga hitam dan juga penunggangnya yang kini telah mendarat. Melihat kedekatan mereka para pengintai pun mengingat wajah Rafael sebagai tamu kehormatan Kota Naga. “Yuasa bantu aku,” perintah Rafael. “Lancang! Beraninya memanggil Yang Mulia hanya dengan nama!” Salah satu dari pasukan pengintai menarik pedangnya menghunus ke arah Rafael. Rafael hanya melirik ke arah prial itu, dia menghela napas panjang. “Aku benar-benar lupa kau sudah jadi raja, Yuasa. Ah, salah Yang Mulia.” Yuasa terkekeh, “Panggil saja seperti biasa, Paman, tidak perlu terlalu for
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status