Home / Fantasi / Raja Baru untuk Dunia Kegelapan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Raja Baru untuk Dunia Kegelapan: Chapter 141 - Chapter 150

159 Chapters

141. Serangan Mendadak

Yui memasang barrier pelindung kepada semua orang. Pelindung terkuat dengan kekuatan genbu. Selanjutnya Rafael meminta Yui dan Yuan membuat jalinan tali, akar tanaman dengan kekuatan Seiryu diperkuat dengan kekuatan Gnome. Jalinan itu mengikat semua orang seperti tali yang saling bersambung, hanya saja tidak benar-benar tersambung secara nyata. “Tali ini cukup kuat, kalian tidak perlu takut terpisah. Meskipun kita tidak terikat sesungguhnya, Yui dan Yuan akan bisa mengetahui keberadaan kalian.” Rafael kemudian mulai memimpin. Seperti yang sudah diduga semua orang kabut semakin tebal hingga jarak pandang hanya satu meter saja. “Yui jangan jauh dariku!” Tangan Rafael menarik tangan Yui, menggenggamnya begitu erat. Dalam kabut yang begitu tebal, Rafael tidak perlu takut Yui akan memperhatikan wajahnya yang kini bersemu kemerahan. “Sebenarnya kenapa kita harus ke Kota Yueliang?” tanya Yui. Dalam kabut yang begitu tebal dia tidak jelas melihat wajah Rafael juga wajah yang lain. “Benar,
Read more

142. Serigala Petir

“Graaarr!”Gigi-gigi tajam serta air liur makhluk itu tampak mengerikan. Cakarnya terlihat begitu tajam dan kuat. Mereka menelan ludahnya dengan berat, membayangkan cakar itu menyentuh kulit tubuh mereka, pastilah akan terkoyak begitu mudah. “Bukankah ini ilusi!” Eirlys berusaha menguatkan dirinya. Kakinya gemetar dan hampir lumpuh melihat makhluk yang begitu menakutkan. “Ya, itu ilusi. Ilusi yang mendekati nyata dan bisa melukai. Jika kita mendapatkan batu bintang ilusi untuk harpamu maka kau bisa melakukan hal yang sama,” balas Rafael. Pria itu memasukkan kembali pedang besarnya kemudian mulai mengulurkan tangan, api hitam membara di tangannya. “Api hitam!” Rafael berlari ke arah serigala yang besarnya sepuluh kali serigala normal. Dia menghindari terkaman serigala tersebut dan melompat ke atas. “Rasakan apiku!” seru Rafael melemparkan api hitam tersebut. Api hitam Rafael menembus serigala berbulu abu-abu. Makhluk itu meraung dan dari mulutnya melemparkan tembakan bola petir. Me
Read more

143. Perasaan Eirlys

Aroma manis pohon wisteria begitu menenangkan hati. Gerbang Kota Yueliang terlihat seperti gerbang ke negeri impian. Dua pintu gerbang yang tinggi menjulang seakan mereka hanyalah kurcaci. “Yuan!” Yui menangkap Yuan yang tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri. Spirit yang mengelilinginya sudah tidak ada lagi. “Yuan ada apa denganmu!” Yui panik. Rafael dan juga Rainsword segera mendekati Yui dan memeriksa Yuan. “Tuan Rafael?” Rainsword menatap pria di sebelahnya yang sedang mengecek kondisi Yuan. Eirlys pun ingin berlari ke arah Yuan, tetapi di tahan Lixue. “Tidak ada yang bisa kau lakukan.” Lixue menarik lengan tangan Eirlys. Gadis itu berhenti dan menggelengkan kepalanya. “Lepaskan, Kak,” pinta Eirlys lembut. Dia juga melepaskan tangan Lixue perlahan. “Yuan memerlukanku.” Eirlys duduk di dekat Yuan, tanpa kata. Dia mengeluarkan harpanya. Suara petikan senar mulai mengalun. Perlahan-lahan spirit kembali mengelilingi Yuan. Setiap spirit seperti sedang membagikan energin
Read more

144. Gerbang Kota Yueliang

Yuan hampir membalas pelukan Eirlys. Tangannya kembali ke posisi semula saat dia menyadari semua mata sedang menatapnya. “Eirlys, aku tidak apa-apa,” bisik lembut Yuan dan berharap gadis itu melepaskan pelukannya. Jika lebih lama lagi mungkin saja dia akan pingsan kembali karena malu. Wajahnya sudah memerah hingga ke telinga dengan rasa panas menjalar ke dada. Gadis itu tersentak dan langsung melepaskan pelukannya. Keduanya tampak salah tingkat. Merona dan terlihat saling melirik malu-malu. “Gerbang sudah ada di depan mata, ayo berangkat!” Rafael mengulurkan tangan membantu Yui berdiri. Tidak ada alasan lagi baginya memegang tangan gadis ini. Dia hanya bisa berjalan di samping Yui. Mereka berjalan bersama menuju gerbang besar dengan pohon wisteria yang begitu anggun. Cabang-cabang dengan bunga yang menggantung berwarna ungu terlihat begitu indah. Aroma semerbak wangi wisteria seakan mampu menghipnotis. Gerbang Kota Yueliang ternyata lebih besar dari yang terlihat. Saat be
Read more

145. Paviliun Yueliang

Gerbang berat Kota Yueliang tertutup kembali saat mereka telah melintas. Tidak mungkin mereka bisa pergi begitu saja keluar dari kota ini, aura ganjil terasa begitu pekat. “Kita harus berhati-hati, tempat ini berbeda dengan tempat kita berasal.” Rafael memperingatkan yang lain untuk tetap bersama. Berjalan perlahan dengan waspada. Alunan suara seruling terdengar merdu, melodi lembut yang terasa menentramkan, tenang dan indah. “Apa ini jebakan?!” Ingatan mereka tertuju pada suara seruling beberapa saat yang lalu saat serigala petir tiba-tiba muncul. “Apakah seruling Darren?” Mata Rainsword dan Rafael menjelajah ke segala penjuru mencari sumber suara. “Kalian tidak perlu khawatir, dia tidak berniat jahat,” ucap Yuan menenangkan dan menunjuk pada jalan yang diterangi sinar rembulan. “Sepertinya dia sedang menyambut kita dengan menunjukkan jalan.” Mendengar Yuan mereka mulai tenang dan berjalan di belakang Yuan. Alunan seruling benar-benar membimbing mereka, jalan yang diterangi
Read more

146. Pelelangan (1)

Bagaimana ini?” Eirlys tampak bingung, matanya menatap lurus ke arah Batu Bintang Ilusi karena itu merupakan benda yang harus dia dapatkan. Namun, mereka terlambat datang dan benda itu sudah ditawar orang lain. Eirlys tidak punya pilihan lain selain memberanikan diri memberi isyarat kepada Tuan Muda Fu Kai. “Semoga dia mengerti dan datang kemari,” gumam Eirlys harap-harap cemas. Bagai gayung bersambut. Tuan Muda Fu Kai berjalan dengan elegan ke arah mereka. Tutur katanya begitu bagus dan lembut. “Apakah ada yang bisa saya bantu?” Tuan Muda Fu Kai terkejut saat Eirlys tanpa pemberitahuan menempelkan kertas kuning dari Paman Chang ke punggung tangannya. Rasa dingin menjalar dan menggelitik benak Tuan Muda Fu Kai. “Tuan Apakah benar itu Batu Bintang Ilusi?” tanya Eirlys yang matanya masih tertuju pada batu meteorit yang berada di meja lelang. “Benar sekali, Nona,” jawab Fu Kai dengan suara lembut dan ramah. “Apakah Anda tertarik untuk menawar benda tersebut?”Eirlys menggelengkan ke
Read more

147. Pelelangan (2)

"Apa yang dibutuhkan Chu Wang saat ini?" tanya Eirlys segera. Dia harus mempertaruhkan apapun selama bisa mendapatkan batu itu. Ucapan Eirlys hanya dimengerti Fu Kai, sementara pria berhanfu hitam dan seluruh pengunjung hanya mendengar suara Eirlys seperti seorang penyanyi bersuara merdu tanpa tahu arti nyanyiannya. Chu Wang berdiri, dia tersenyum penuh dengan teka-teki. Meskipun tidak mengerti ucapan Eirlys dia merasa gadis itu memiliki sesuatu yang dia butuhkan. “Tuan Muda Fu Kai.” Chu Wang sengaja memanggil dengan suara ramah, lembut dan elegan serta mengundang perhatian semua pengunjung. “Agar tidak menimbulkan kecurigaan di antara tamu yang lain, bagaimana kalau saya membayarnya terlebih dahulu?”Fu Kai tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Dia melihat ke arah Wei Jin, majikannya, pemilik Paviliun Yueliang. Saat wanita itu mengangguk maka Fu Kai mulai berbicara. “Baiklah jika memang itu keinginan Tuan Chu Wang,” jawab Fu Kai dengan suara tegas namun penuh rasa hormat. Chu W
Read more

148. Kembali

Dongfang Yu mengantar tamu asing menemui kakaknya, Qiao Yang. Sebuah gerbang dimensi yang sedang terbuka mulai menutup perlahan. “Kak!” Mendengar teriakan Dongfang Yu, wanita dengan hanfu hitam itu berbalik. Matanya menatap tak percaya melihat rombongan di belakang Dongfang Yu. Sosok mereka sangat berbeda dengan penduduk di Kekaisaran Shenguang. “Kak, mereka berasal dari dimensi lain. Sayangnya waktu mereka terbatas, biarkan mereka menggunakan gerbang dimensi untuk pulang,” ucap Dongfang Yu tetap terdengar tenang meskipun sebenarnya tergesa-gesa. Wanita itu mengangguk, “Cepatlah sebelum gerbang dimensi benar-benar tertutup!” Rombongan Yuan mengucapkan terima kasih, ternyata Qiao Yang mengerti bahasa mereka meskipun tanpa jimat. Sementara Dongfang Yu mengantar kepergian mereka dengan penghormatan terdalam. Dia menyatukan tangan dan membentuk kepalan lalu membungkuk dalam-dalam. “ Terima kasih atas buku yang Anda berikan Nona Eirlys, buku itu sangat berarti bagi kami. Semoga kit
Read more

149. Perjalanan Ke Ergions

Kereta kuda melaju dengan kecepatan sedang memecah kesunyian di pagi buta. Dua pengawal terlihat bersemangat saat mereka mendapatkan kembali misinya. Terlebih lagi saat mereka tahu ada perubahan tempat tujuan dari Silverstone ke Ergions. Mendengar kata Ergions, mereka begitu antusias. Kota itu terkenal dengan keunikannya. Dapat masuk ke Kota Ergions merupakan sebuah kehormatan besar. “Apa Ergions sehebat itu?” Eirlys sama antusiasnya dengan para pengawal. Dia sangat ingin mengunjungi Ergions, tempat kelahiran ayahnya. “Ya, ada pohon besar yang luar biasa. Jika Yang Mulia Arlen mengijinkan, akan ku perkenalkan dengan Moura, jiwa dari pohon kehidupan. Kau akan menyukainya.” Yuan bersandar pada dinding kereta. Wajahnya tersenyum untuk menyamarkan rasa sakit yang sedang menggerogoti pikirannya, celah dimensi. “Aneh, saat di Kota Yueliang aku tidak merasakan sedikitpun tentang pergerakan celah dimensi, kenapa sekarang kambuh lagi.” Yuan tidak berani memijat kepalanya yang berdenyut heb
Read more

150. Peri Pohon

“Katakan dengan jelas, Pangeran.” Suara Xavier bergetar, dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika berhadapan langsung dengan ilusi tersebut. Suara samar saja sudah cukup mengganggunya. “Baiklah. Kuharap kalian bisa memahami. Kak Xavier bisakah buatkan barrier supaya tidak ada yang mendengarkan selain kita,” pinta Yuan. Pria jangkung dengan rambut hitam menggerakkan tangannya dan sebuah barrier transparan terbentuk. “Aman, silakan Pangeran.”Yuan mengangguk pelan. “Sejak kristal hitam berada di tangan Raja Leiz, aku kehilangan kesadaran. Namun, tiba-tiba ada kekuatan besar yang mengurung kristalku, dia juga berusaha mengambil alih tubuhku. Nacht Fansford, dia terlepas dari Abyss. Mungkin belum ada yang menyadarinya saat itu dan Paman Rafael menyembunyikan ini dariku. Dia tidak tahu karena kristal hitamku ada padanya, aku bisa melihat dengan matanya.” Yuan menghela napas panjang, matanya semakin sayu dan mengeratkan pelukan kakinya ke arah tubuh. “Nacht menggunakan kristal
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status