Share

142. Serigala Petir

Penulis: Rai Seika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 21:36:43

“Graaarr!”

Gigi-gigi tajam serta air liur makhluk itu tampak mengerikan. Cakarnya terlihat begitu tajam dan kuat. Mereka menelan ludahnya dengan berat, membayangkan cakar itu menyentuh kulit tubuh mereka, pastilah akan terkoyak begitu mudah.

“Bukankah ini ilusi!” Eirlys berusaha menguatkan dirinya. Kakinya gemetar dan hampir lumpuh melihat makhluk yang begitu menakutkan.

“Ya, itu ilusi. Ilusi yang mendekati nyata dan bisa melukai. Jika kita mendapatkan batu bintang ilusi untuk harpamu maka kau bisa melakukan hal yang sama,” balas Rafael. Pria itu memasukkan kembali pedang besarnya kemudian mulai mengulurkan tangan, api hitam membara di tangannya.

“Api hitam!” Rafael berlari ke arah serigala yang besarnya sepuluh kali serigala normal. Dia menghindari terkaman serigala tersebut dan melompat ke atas.

“Rasakan apiku!” seru Rafael melemparkan api hitam tersebut. Api hitam Rafael menembus serigala berbulu abu-abu. Makhluk itu meraung dan dari mulutnya melemparkan tembakan bola petir. Me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   143. Perasaan Eirlys

    Aroma manis pohon wisteria begitu menenangkan hati. Gerbang Kota Yueliang terlihat seperti gerbang ke negeri impian. Dua pintu gerbang yang tinggi menjulang seakan mereka hanyalah kurcaci. “Yuan!” Yui menangkap Yuan yang tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri. Spirit yang mengelilinginya sudah tidak ada lagi. “Yuan ada apa denganmu!” Yui panik. Rafael dan juga Rainsword segera mendekati Yui dan memeriksa Yuan. “Tuan Rafael?” Rainsword menatap pria di sebelahnya yang sedang mengecek kondisi Yuan. Eirlys pun ingin berlari ke arah Yuan, tetapi di tahan Lixue. “Tidak ada yang bisa kau lakukan.” Lixue menarik lengan tangan Eirlys. Gadis itu berhenti dan menggelengkan kepalanya. “Lepaskan, Kak,” pinta Eirlys lembut. Dia juga melepaskan tangan Lixue perlahan. “Yuan memerlukanku.” Eirlys duduk di dekat Yuan, tanpa kata. Dia mengeluarkan harpanya. Suara petikan senar mulai mengalun. Perlahan-lahan spirit kembali mengelilingi Yuan. Setiap spirit seperti sedang membagikan energin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   144. Gerbang Kota Yueliang

    Yuan hampir membalas pelukan Eirlys. Tangannya kembali ke posisi semula saat dia menyadari semua mata sedang menatapnya. “Eirlys, aku tidak apa-apa,” bisik lembut Yuan dan berharap gadis itu melepaskan pelukannya. Jika lebih lama lagi mungkin saja dia akan pingsan kembali karena malu. Wajahnya sudah memerah hingga ke telinga dengan rasa panas menjalar ke dada. Gadis itu tersentak dan langsung melepaskan pelukannya. Keduanya tampak salah tingkat. Merona dan terlihat saling melirik malu-malu. “Gerbang sudah ada di depan mata, ayo berangkat!” Rafael mengulurkan tangan membantu Yui berdiri. Tidak ada alasan lagi baginya memegang tangan gadis ini. Dia hanya bisa berjalan di samping Yui. Mereka berjalan bersama menuju gerbang besar dengan pohon wisteria yang begitu anggun. Cabang-cabang dengan bunga yang menggantung berwarna ungu terlihat begitu indah. Aroma semerbak wangi wisteria seakan mampu menghipnotis. Gerbang Kota Yueliang ternyata lebih besar dari yang terlihat. Saat be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   145. Paviliun Yueliang

    Gerbang berat Kota Yueliang tertutup kembali saat mereka telah melintas. Tidak mungkin mereka bisa pergi begitu saja keluar dari kota ini, aura ganjil terasa begitu pekat. “Kita harus berhati-hati, tempat ini berbeda dengan tempat kita berasal.” Rafael memperingatkan yang lain untuk tetap bersama. Berjalan perlahan dengan waspada. Alunan suara seruling terdengar merdu, melodi lembut yang terasa menentramkan, tenang dan indah. “Apa ini jebakan?!” Ingatan mereka tertuju pada suara seruling beberapa saat yang lalu saat serigala petir tiba-tiba muncul. “Apakah seruling Darren?” Mata Rainsword dan Rafael menjelajah ke segala penjuru mencari sumber suara. “Kalian tidak perlu khawatir, dia tidak berniat jahat,” ucap Yuan menenangkan dan menunjuk pada jalan yang diterangi sinar rembulan. “Sepertinya dia sedang menyambut kita dengan menunjukkan jalan.” Mendengar Yuan mereka mulai tenang dan berjalan di belakang Yuan. Alunan seruling benar-benar membimbing mereka, jalan yang diterangi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   146. Pelelangan (1)

    Bagaimana ini?” Eirlys tampak bingung, matanya menatap lurus ke arah Batu Bintang Ilusi karena itu merupakan benda yang harus dia dapatkan. Namun, mereka terlambat datang dan benda itu sudah ditawar orang lain. Eirlys tidak punya pilihan lain selain memberanikan diri memberi isyarat kepada Tuan Muda Fu Kai. “Semoga dia mengerti dan datang kemari,” gumam Eirlys harap-harap cemas. Bagai gayung bersambut. Tuan Muda Fu Kai berjalan dengan elegan ke arah mereka. Tutur katanya begitu bagus dan lembut. “Apakah ada yang bisa saya bantu?” Tuan Muda Fu Kai terkejut saat Eirlys tanpa pemberitahuan menempelkan kertas kuning dari Paman Chang ke punggung tangannya. Rasa dingin menjalar dan menggelitik benak Tuan Muda Fu Kai. “Tuan Apakah benar itu Batu Bintang Ilusi?” tanya Eirlys yang matanya masih tertuju pada batu meteorit yang berada di meja lelang. “Benar sekali, Nona,” jawab Fu Kai dengan suara lembut dan ramah. “Apakah Anda tertarik untuk menawar benda tersebut?”Eirlys menggelengkan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   147. Pelelangan (2)

    "Apa yang dibutuhkan Chu Wang saat ini?" tanya Eirlys segera. Dia harus mempertaruhkan apapun selama bisa mendapatkan batu itu. Ucapan Eirlys hanya dimengerti Fu Kai, sementara pria berhanfu hitam dan seluruh pengunjung hanya mendengar suara Eirlys seperti seorang penyanyi bersuara merdu tanpa tahu arti nyanyiannya. Chu Wang berdiri, dia tersenyum penuh dengan teka-teki. Meskipun tidak mengerti ucapan Eirlys dia merasa gadis itu memiliki sesuatu yang dia butuhkan. “Tuan Muda Fu Kai.” Chu Wang sengaja memanggil dengan suara ramah, lembut dan elegan serta mengundang perhatian semua pengunjung. “Agar tidak menimbulkan kecurigaan di antara tamu yang lain, bagaimana kalau saya membayarnya terlebih dahulu?”Fu Kai tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Dia melihat ke arah Wei Jin, majikannya, pemilik Paviliun Yueliang. Saat wanita itu mengangguk maka Fu Kai mulai berbicara. “Baiklah jika memang itu keinginan Tuan Chu Wang,” jawab Fu Kai dengan suara tegas namun penuh rasa hormat. Chu W

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   148. Kembali

    Dongfang Yu mengantar tamu asing menemui kakaknya, Qiao Yang. Sebuah gerbang dimensi yang sedang terbuka mulai menutup perlahan. “Kak!” Mendengar teriakan Dongfang Yu, wanita dengan hanfu hitam itu berbalik. Matanya menatap tak percaya melihat rombongan di belakang Dongfang Yu. Sosok mereka sangat berbeda dengan penduduk di Kekaisaran Shenguang. “Kak, mereka berasal dari dimensi lain. Sayangnya waktu mereka terbatas, biarkan mereka menggunakan gerbang dimensi untuk pulang,” ucap Dongfang Yu tetap terdengar tenang meskipun sebenarnya tergesa-gesa. Wanita itu mengangguk, “Cepatlah sebelum gerbang dimensi benar-benar tertutup!” Rombongan Yuan mengucapkan terima kasih, ternyata Qiao Yang mengerti bahasa mereka meskipun tanpa jimat. Sementara Dongfang Yu mengantar kepergian mereka dengan penghormatan terdalam. Dia menyatukan tangan dan membentuk kepalan lalu membungkuk dalam-dalam. “ Terima kasih atas buku yang Anda berikan Nona Eirlys, buku itu sangat berarti bagi kami. Semoga kit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   149. Perjalanan Ke Ergions

    Kereta kuda melaju dengan kecepatan sedang memecah kesunyian di pagi buta. Dua pengawal terlihat bersemangat saat mereka mendapatkan kembali misinya. Terlebih lagi saat mereka tahu ada perubahan tempat tujuan dari Silverstone ke Ergions. Mendengar kata Ergions, mereka begitu antusias. Kota itu terkenal dengan keunikannya. Dapat masuk ke Kota Ergions merupakan sebuah kehormatan besar. “Apa Ergions sehebat itu?” Eirlys sama antusiasnya dengan para pengawal. Dia sangat ingin mengunjungi Ergions, tempat kelahiran ayahnya. “Ya, ada pohon besar yang luar biasa. Jika Yang Mulia Arlen mengijinkan, akan ku perkenalkan dengan Moura, jiwa dari pohon kehidupan. Kau akan menyukainya.” Yuan bersandar pada dinding kereta. Wajahnya tersenyum untuk menyamarkan rasa sakit yang sedang menggerogoti pikirannya, celah dimensi. “Aneh, saat di Kota Yueliang aku tidak merasakan sedikitpun tentang pergerakan celah dimensi, kenapa sekarang kambuh lagi.” Yuan tidak berani memijat kepalanya yang berdenyut heb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   150. Peri Pohon

    “Katakan dengan jelas, Pangeran.” Suara Xavier bergetar, dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika berhadapan langsung dengan ilusi tersebut. Suara samar saja sudah cukup mengganggunya. “Baiklah. Kuharap kalian bisa memahami. Kak Xavier bisakah buatkan barrier supaya tidak ada yang mendengarkan selain kita,” pinta Yuan. Pria jangkung dengan rambut hitam menggerakkan tangannya dan sebuah barrier transparan terbentuk. “Aman, silakan Pangeran.”Yuan mengangguk pelan. “Sejak kristal hitam berada di tangan Raja Leiz, aku kehilangan kesadaran. Namun, tiba-tiba ada kekuatan besar yang mengurung kristalku, dia juga berusaha mengambil alih tubuhku. Nacht Fansford, dia terlepas dari Abyss. Mungkin belum ada yang menyadarinya saat itu dan Paman Rafael menyembunyikan ini dariku. Dia tidak tahu karena kristal hitamku ada padanya, aku bisa melihat dengan matanya.” Yuan menghela napas panjang, matanya semakin sayu dan mengeratkan pelukan kakinya ke arah tubuh. “Nacht menggunakan kristal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   185. Mengeluarkan Racun

    Yuasa dengan telaten memisahkan racun dari aliran darah Yui. Tidak seperti luka fisik yang bisa dengan mudah disembuhkan. Racun duri tanaman rambat ini telah menyusup ke dalam inti kehidupan Yui, bercampur dalam setiap nadinya. Dengan kemampuannya yang bagai mata air jernih, Yuasa menyelami setiap aliran darah Yui, memisahkan racun yang mengancam jiwa. Waktu merayap perlahan, detik demi detik terasa bagai siksaan bagi mereka yang menunggu.Rafael mondar-mandir bagai singa yang terkurung dalam sangkar, hatinya dipenuhi kecemasan yang menggerogoti. Penjelasan Rosaline bagai angin lalu, tak mampu meredakan badai keraguan dalam dirinya. Ia masih meragukan kemampuan Yuasa, meskipun secerca harapan telah menyala kembali. Sesekali, ia melirik Yui yang terbaring lemah, wajahnya pucat pasi bagai rembulan yang tertutup awan.“Paman, percayalah pada Kakak,” ucap Yuan, suaranya lembut namun penuh keyakinan. Meskipun Yuan masih belum yakin, dia percaya dengan instingnya. Aura Yuasa berbeda dari bi

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   183. Waktu yang Tepat

    Yuasa dengan hati-hati mengeluarkan kunci rune, ukiran kuno yang berdenyut dengan energi mistis, dan mengarahkannya ke ruang kosong di depannya. Udara berdesir dan bergelombang, seperti kain sutra yang ditiup angin, membentuk pusaran energi yang semakin lama semakin pekat. Gerbang dimensi ke dunia bawah, sebuah portal yang menghubungkan dunia kristal dengan alam kegelapan mulai terbuka. Aurum, dengan wujud manusianya yang gagah, berdiri di samping Yuasa, siap untuk melangkah melintasi gerbang dimensi. Sementara itu, Rosaline dengan cekatan menciptakan lapisan-lapisan barrier pelindung di sekitar Yuasa. Tangannya bergerak lincah, menenun barrier pelindung yang tampak seperti kubah transparan dengan rona kemerahan, melindungi Yuasa dari bahaya yang mungkin mengintai.“Cukup Rosaline,” ucap Yuasa dengan lembut. Dia menyentuh tangan Rosaline untuk menghentikan pekerjaannya. “Ini gerbang dimensi, bukan celah dimensi. Kita sudah pernah memasukinya, meskipun ada tekanan, tetapi barrier yan

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   183. Berita Tentang Yuasa

    Rasa syukur dan kekaguman memancar dari wajah-wajah mereka yang telah disembuhkan Yuasa. Mereka menatap sang raja dengan tatapan penuh hormat, seolah melihat dewa yang turun dari langit. Para tabib dan tenaga medis pun tercengang, kekuatan ajaib Yuasa telah melampaui batas pengetahuan mereka, membuka cakrawala baru dalam dunia pengobatan.“Rosaline tidak perlu memapahku, aku tidak apa-apa,” ucap lembut Yuasa melepaskan tangan Rosaline yang mencoba membantunya berjalan. Dia sedikit tidak nyaman dengan penilaian berlebih dari orang-orang di sekitarnya. “Mulai sekarang kau tidak bisa lagi mengenakan gaun, aku akan selalu memerlukanmu untuk menjadi pelindungku.”Rosaline tersenyum, sebuah senyuman yang mengisyaratkan kesetiaan dan kebahagiaan. Ia tidak lagi memapahYuasa, tetapi melingkarkan tangannya dengan mesra di lengan sang raja. “Tidak masalah, Yang Mulia,” jawab Rosaline riang. “Saya akan senang bisa menjadi pengawal Anda lagi.” Balai Pengobatan kini dipenuhi oleh lautan manusia ya

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   182. Kekuatan Penyembuh

    Langkah kaki Yuasa, sang raja, memasuki Balai Pengobatan dengan tegap, seolah lantai marmer pun tunduk di bawahnya.. Semua mata di balai itu, yang tadinya sibuk dengan hiruk pikuk kepanikan dan kesedihan, serempak beralih padanya. Sejenak, waktu seakan berhenti, lalu kembali berdetak. kehidupan di balai kembali berdenyut. Mereka kembali menjalankan aktivitas, mungkin menduga sang raja hanya datang untuk menyampaikan belasungkawa, sebuah tindakan diplomatis yang biasa dilakukan para petinggi kerajaan. Tak ada sorak-sorai, tak ada sambutan meriah, hanya tatapan kosong dan bisu yang menyambut kedatangannya, seolah hati mereka telah membeku, tertutup bagi raja mereka.“Siapa penanggung jawab Balai Pengobatan?” tanya Yuasa, suaranya bergema bagai dentang lonceng di tengah keheningan.Segera seseorang dengan tubuh ramping dan wajah dipenuhi peluh berlari dan membungkuk dalam-dalam di hadapan Yuasa. “Sa … saya, Yang Mulia,” jawab pria tersebut dengan suara bergetar karena takut.“Pisahkan ko

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   181. Keputusan Yuasa

    Aurum terbang membelah langit menuju Balai Pengobatan. Gedung itu menggeliat dipenuhi sesak manusia hingga ke serambi dan selasar. Pasien terlalu banyak sementara tenaga medis tidak sesuai jumlahnya. Aroma darah anyir menyeruak di udara, bercampur dengan bau obat-obatan yang menusuk hidung. Di mana-mana, terlihat para penyembuh sibuk membalut luka-luka menganga, bak sayatan pedang tak kasat mata, yang diderita para korban akibat munculnya celah dimensi.“Yang Mulia?” Rosaline menyentuh lengan Yuasa, wajahnya dibayangi kecemasan saat melihat wajah pucat sang Raja. Dia tahu betul pemuda yang dicintainya itu memiliki hati selembut sutra. Melihat rakyatnya terluka parah, hatinya pasti tercabik-cabik, remuk redam bagai dihantam palu godam. “Yang Mulia, Anda harus kuat.”“Rosaline, andai saja,” ucap Yuasa tercekat, tertahan di ujung kerongkongan bagai duri yang menusuk. Kedua tangannya bergetar hebat, menahan gejolak rasa tidak berdaya yang menyesakkan dada. Kehilangan kemampuan penyembuhny

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   180. Serangan Mayat Hidup di Ibukota

    Ibukota Kerajaan Cahaya.Langit bagaikan terbelah, suara retakan terdengar bagaikan suara gaung raksasa. Semua mata menyaksikan bagaimana celah dimensi perlahan-lahan terbuka semakin besar.“Demi dewa, apa yang terjadi?”“Langit! Langit terbelah!”Jeritan panik bercampur dengan hirul pikuk langkah kaki yang kalang kabut. Retakan tersebut perlahan mencapai tanah, seakan membelah langit hingga ke tanahi. Kepanikan melihat fenomena tidak biasa itu terjadi, Ibukota Kerajaan Cahaya yang ramai kini menjadi sepi seketika.Di dalam istana, Raja Yuasa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kabar tentang retakan dimensi terdengar ke telinganya, membawa angin dingin yang menusuk tulang.“Kerahkan pasukan, lindungi rakyatku!” titah sang raja suaranya bergema di aula istana. Yuasa berjalan keluar dan melihat dari dalam istana, langit terbelah dengan ratakan besar. “Celah dimensi,” gumamnya, hatinya dipenuhi firasat buruk.Seekor naga dengan sisik keemasan mendarat di halaman ist

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   179. Desa di Pinggir Hutan

    Langit sudah gelap saat Yuan mencapai batas terluar wilayah Blackdragon. Tenaganya bagai lilin yang hampir padam, nyaris tak tersisai. Sepasang sayap yang selama ini membawanya terbang kini lenyap tanpa jejak, begitu pula dengan tanduk hitam di kepalanya yang menghilang bagai ditelan bumi. Kegelapan menelan kesadaran Yuan. Dia jatuh bebas dari ketinggian, meluncur bagai batu yang terlempar dari langit, ditarik paksa oleh cengkraman gravitasi. Suara dentuman keras terdengar, tubuh Yuan dan Yui menghantam tanah di pinggir hutan perbatasan Blackdragon. Mereka berguling-guling beberapa kali sebelum terhenti tak jauh dari sebuah desa kecil. Keduanya terkapar tak berdaya, tubuh mereka dihiasi luka-luka yang menganga. Seorang kakek tua yang sedang mencari kayu bakar, dikejutkan oleh pemandangan dua remaja yang terbaring tak sadarkan diri di pinggir hutan. Dengan langkah gontai, ia memeriksa mereka, memeriksa denyut nadi keduanya dengan hati-hati. “Mereka masih hidup!”. Kakek itu berlari ke

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   178. Merebut Kristal Hitam (3)

    Seiryu hitam menyadari kedatangan Yui. Asap dan debu tidak mengganngunya sedikitpun. Seiryu hitam dengan kegesitannya yang mengerikan menyambar Yui dengan ekornya. Tubuh Yui terpental bagai boneka kain, menghantam dinding aula istana dengan dentuman keras. “Yui!” teriak Yuan, jantungnya mencelos menyaksikan kembarannya terkapar tak berdaya. Dalam kepanikan, Yuan lengah. Cakar Seiryu menembus tubuhnya, meninggalkan luka menganga yang meneteskan darah. Tubuh ramping Yuan terlempar ke samping Yui, meringkuk kesakitan. Leiz, dengan kesombongannya yang memuakkan, berjalan mendekati kedua anak kembar tersebut. Dia menendang tubuh Yuan yang penuh luka-luka dengan kasar. “Ternyata mudah menghancurkan kalian,” ucap Leiz dengan nada penuh ejekan, “Terima kasih sudah menghilangkan pelindung tongkat kristalku!”Leiz merampas tongkat kristal dari tangan Yuan. Dia mengumpulkan kekuatan untuk membuka kembali celah dimensi. Dia menyimpan Seiryu dan Byakko hitam, yakin bahwa kedua anak kembar itu t

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   177. Merebut Kristal Hitam (2)

    Yuan tidak tinggal diam melihat Yui kesakitan. Dia memanggil pedang es abadi dan menebas tanaman rambat tersebut. Aula istana menjadi dingin sedingin kutub.“Yui, kau tidak apa-apa?” tanya Yuan dengan cemas, suaranya bergetar.Darah terlihat mengalir dari luka di kaki Yui, meninggalkan jejak merah di lantai aula yang dingin. “Tidak apa-apa,” ucap Yui dengan suara tertahan,”Cepat pergi! Selamatkan dirimu!”Leiz yang gagal menghentikan Yui murka. Dia kembali memanggil kekuatan Seiryu hitam. Makhluk itu muncul dengan mengerikan, sisiknya sehitam malam, matanya menyala-nyala bagaikan bara api, menebarkan aura kekuatan yang menggetarkan aula.“Kalian pikir bisa kabur dariku!” Suara Leiz bergema di seluruh ruangan.Dengan gerakan tangan yang cepat, Leiz, yang mengenakan baju kebesaran seorang raja menutup semua pintu keluar dengan tanaman rambat berduri. Tidak ada lagi celah untuk mereka kabur saat ini.“Yuan, kau harus pergi dari sini, bawa kristalnya!” seru Yui memaksakan diri berdiri. Ia

DMCA.com Protection Status