Sinar mentari yang lembut menerangi Taman Mawar, membelai kelopak-kelopak merah muda yang mekar dengan anggun. Di tengah kebun yang rimbun, Sawatari berdiri dengan anggun, gaun putihnya melambai tertiup angin sepoi-sepoi. Matanya yang sejernih kristal tiba-tiba melebar, napasnya tertahan saat melihat sosok yang sangat dirindukannya."Yuan?" bisiknya, suaranya bergetar penuh rasa senang dan rindu yang membuncah.Yuan melangkah maju, senyum hangat tersungging di bibirnya. "Ibunda," sapanya lembut.Dalam sekejap, Sawatari telah memeluk putranya erat, air mata haru mengalir di pipinya yang halus. "Putraku, kau pulang," isaknya, membelai rambut Yuan dengan lembut.Namun, di tengah kebahagiaan itu, firasat aneh menyelimuti hati Sawatari. Ada sesuatu yang berbeda dari Yuan, sesuatu yang tak kasat mata namun terasa begitu nyata.Melepas pelukannya, Sawatari menatap dalam-dalam mata Yuan. "Apa yang terjadi di dunia bawah, Nak?" tanyanya lembut namun tegas.Yuan mengalihkan pandangan, jemarinya
Baca selengkapnya