Yuasa memutuskan untuk terbang bersama Aurum tanpa Rosaline. Ada banyak pertimbangan kenapa Yuasa memilih sendiri. Selain karena dia masih belum bisa percaya kepada Xavier dan meminta Rosaline menjaga adiknya ada hal yang ingin dibicarakan berdua saja dengan Aurum. “Katakan apa ada cara mengembalikan kemampuanku?” Yuasa langsung bertanya. “Apa kau sudah yakin ingin kembali memiliki kekuatan itu, Yuasa?” Aurum bermanuver sembari menunggu jawaban dari Yuasa. “Aurum, awalnya aku senang dengan kekuatanku saat ini. Namun, saat kulihat orang-orang terluka dan tidak bisa menolong rasanya hati kecilku menjerit. Ada lubang besar saat itu, ada sesuatu yang tidak lengkap dalam hidupku.” Yuasa tertunduk, meskipun Aurum tidak bisa melihat wajahnya dia bisa merasakan perasaan Yuasa. “Pikirkan baik-baik. Apa kau siap kehilangan Rosaline? Aturan Red Ruby kau tahu sendiri.” Naga keemasan itu terbang lambat, semakin naik hingga ke atas awan. Membiarkan Yuasa mendinginkan kepalanya dengan dinginnya
“Kak Rosaline!” Yuan menatap Rosaline aneh saat gadis itu kembali mengunjunginya. “Tidak ikut Kak Yuasa?” lanjut Yuan. “Dia ingin sendiri,” balas Rosaline. Gadis berambut merah itu duduk bersandar di bawah salah satu pohon dekat dengan teratai es tempat Yuan berada. Yuan duduk bersila dengan Xavier yang berdiri di samping teratai es. Perlahan-lahan tangan Yuan menyentuh kepalanya. “Apa ada yang sakit?” Xavier yang melihat perubahan ekspresi tenang Yuan mengerutkan kening dan memegang kepala mulai merasa curiga. “Tidak, aku baik-baik saja,” balas Yuan meletakkan kembali tangannya dan tersenyum manis ke arah Xavier. “Syukurlah,” ucap Xavier meskipun dia sadar pangeran di depannya sedang berbohong. Tatapan mata Yuan mulai kabur, sekelebat bayangan kembali muncul. Dia masih menahan rasa sakit di kepalanya. “Kak Xavier, aku haus boleh minta tolong ambilkan minum?” Yuan berusaha mengalihkan perhatian Xavier dengan permintaannya. “Biar saya saja, Pangeran. Tuan Xavier mungkin tidak
Sepasang mata hitam sekelam malam, senyuman yang terlihat menawan menghiasi wajah tampan nan cantik. Dia duduk di singgasana dengan sebuah tongkat besar di tangannya. Wajah yang sama persis dengan Yuan. “Itu bukan aku.” Yuan terus menerus mengatakan hal itu dalam hatinya. Namun, mata dan telinganya mendengar seolah dia berada di dalam tubuh sosok yang sama dengannya. “Lihatlah, tubuh ini tidak bisa bertahan lebih lama,” ucap sosok yang menyerupai Yuan. Dia memperlihatkan retakan pada tangannya. Tubuh manusia tidak mungkin retak seperti itu. “Yang Mulia, pasukan istana sudah mencarinya tetapi dia tidak ada di Benua Utara. Ada kemungkinan mereka pergi ke Kediaman Blackdragon. Tempat ini, saya tidak berani mengusik. Keluarga Blackdragon memiliki wilayah sendiri bahkan sebelum istana ini ada. Mereka adalah keluarga penjaga yang disegani.” Pria yang berbicara itu adalah Leiz, raja kegelapan saat ini. Seorang raja kegelapan bahkan membungkuk berhadapan dengan pemuda yang duduk di singgas
Kereta kuda yang membawa Yui dan juga dua bersaudara Varsha berhenti di depan gerbang besar Kediaman Blackdragon. Dua orang penjaga menghadang kereta kuda tersebut. Mata keduanya waspada. Yui turun terlebih dahulu diikuti oleh Eirlys dan juga Lixue. Kedua kakak beradik itu menatap gerbang dengan ornamen naga hitam besar dan kokoh. “Inikah Kediaman Blackdragon?” Lixue merasakan aliran kekuatan yang kuat di tempat ini. Sesuatu yang tidak biasa bahkan lebih kuat dari Istana Es di Benua Utara. “Benar, ayo masuk!” Yui berjalan riang menuju ke arah gerbang. Kedua pengawal menurunkan senjatanya setelah melihat Yui. Mereka juga membuka lebar-lebar pintu gerbang yang begitu besar. “Selamat datang, Putri Yui!” Sambutan ramah diperuntukkan putri cantik yang berjalan dengan anggun bersama kedua temannya. Kedatangan mereka segera disampaikan kepada pemimpin Blackdragon, Alden Blackdragon. “Yui!” Seorang wanita cantik dengan rambut hitam sebahu berlari dan memeluk Yui dengan pelukan hangat.
Kekuatan Seiryu menahan Yui, sulur tanaman itu menghalanginya. Namun, kekuatan tarikan dari celah dimensi semakin kuat. “Kekuatan Seiryu tidak mampu menahan,” gumam Yui. Dia kembali terseret menuju celah dimensi. Serangan Rachel seakan hanya ditelan saja tidak ada efek sama sekali. Beberapa orang juga berusaha menolong Yui, seakan celah ini benar-benar hanya fokus menarik Yui saja. “Celah ini menelan semua kekuatan bulat-bulat,” ucap Rachel. Dia teringat celah dimensi di Benua Utara yang bisa ditutup dengan kekuatan bayangan. Namun, celah ini justru menelan kekuatan bayangan yang ia miliki. “Serangan fisik tidak berefek, mungkin butuh mantra atau sesuatu.” Alan terlihat panik terlebih lagi Yui semakin dekat setiap kali waktu berlalu. “Alan cepat pikirkan caranya, Yui tidak bisa bertahan lebih lama!” Rachel saat ini menarik Yui berlawanan dengan celah dimensi untuk memperlambat pergerakan Yui. Pria kekar dengan rambut hitam pendek dan kumis tipis itu terlihat sedang berpikir kera
Eirlys berdiri di depan pintu ganda dengan ukiran naga yang saling berhadapan. Tidak ada penjaga meskipun tempat ini disebut sebagai gudang harta. Gadis dengan rambut putih seputih salju itu mendorong kuat-kuat pintu tersebut. “Tidak bisa dibuka!” Eirlys memperhatikan kembali kedua naga yang ada. Dia mengambil token yang diberikan Yui. “Di bagian mana ini diletakkan?” Eirlys mencari simbol yang cocok dengan token di tangannya. Dia mencoba beberapa tempat dan tidak berhasil. Dia mulai panik. Perasaan ingin segera menyelesaikan masalah membuat Eirlys frustrasi. Dia terburu-buru dan tidak bisa berpikir dengan jernih. “Berikan tokennya!” Suara berat seorang pria membuat Eirlys menoleh. Sosok yang dia lihat saat ini memiliki tubuh tegap dan gagah. Otot yang terlihat kuat dan rambut hitam cepak dengan tatapan mata tajam serta dingin. Eirlys tak bisa menahan diri untuk memandangi pria ini. Dia merupakan sosok pria yang disukai kaum hawa, tampan, gagah dan memiliki kharisma.“Bisa kau be
Eirlys memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangan. Gaun yang membalut tubuhnya seharusnya sudah cukup tebal karena dia mengenakan baju itu sejak di Benua Utara. Namun, rasa dingin masih menusuk kulit hingga ke tulang. “Namaku Lenora Isolde Ratu Awan. Mereka juga memanggilku penguasa mimpi.” Lenora tersenyum simpul. Lengkung bibirnya terlihat lembut dengan tatapan sendu. “Semua ini salahku, maaf melibatkan Putri Eirlys.” Lenora menunjukkan sebuah tempat yang terlihat mengerikan. Rantai yang tergolek di lantai tanpa ada seseorang yang menjadi tawanan. “Seharusnya dia ditahan di sini. Rafael sudah menyeretnya ke Abyss. Akan tetapi, dia ternyata bisa kabur dari sini. Apa kau tahu kenapa dia bisa kabur?” Lenora berbalik menatap Eirlys yang masih terlihat syok dengan tempat yang dia lihat saat ini. “Yuan, dia menggunakan Yuan,” balas Eirlys. Bukan tanpa alasan gadis itu menjawab. Ada aura yang sangat akrab di mata Eirlys dan dia tahu itu milik Yuan. “Tapi bagaimana dia mengambil kekuat
Yuasa telah sampai di Kota Naga. Dia langsung berlari ke tempat Yuan berada bersama dengan Light. Keduanya terdiam saat melihat Yuan terbaring di atas teratai es.“Ibunda apa yang terjadi?” Yuasa hanya melihat gelengan kepala lemah dari wanita yang telah melahirkannya. Dia langsung mendekati Yuan dan memeriksa nadinya. “Bagaimana mungkin bisa seperti ini?” gumam Yuasa pelan.“Kak, bagaimana?” tanya Light menatap Yuasa yang juga menggelengkan kepalanya.“Yuan terlalu lemah, denyut nadinya juga sangat lemah. Mungkin saja dia tidak akan bertahan.” Yuasa menunduk, dia menatap dalam-dalam wajah Yuan yang tertidur. “Yuasa apa kau tidak bisa menolong Yuan?” bisikan lembut dari wanita cantik yang mendekati Yuasa begitu menyentuh. Rasa sesak kembali terasa, penyesalan hanya tinggal penyesalan. Yuasa hanya bisa menatap Yuan tanpa bisa berbuat apapun.“Kalau saja aku masih memiliki kekuatanku yang dulu. Yuan, maaf.” Yuasa hanya bisa termenung dan berbalik keluar dari hutan kecil tersebut. Dia b
Aula menjadi hening saat Erina masuk. Kedua ayah dan anak hanya memandang sosok yang baru saja melewati pintu aula.“Berikan undangan itu padaku!”Suara wanita itu terdengar jelas dan penuh penekanan. “Permaisuri Erina, Rains bilang dia setuju dengan perjodohan ini,” ucap Raja Edward saat wanita itu masih berjalan ke arahnya. “Benar, Ibunda, saya tidak menolaknya jadi….” Belum sempat Rainsword menyelesaikan ucapannya, wanita itu menatap tajam ke arahnya sehingga nyalinya menciut. “Berikan undangannya!” Erina mengulurkan tangan meminta undangan yang ada di dalam surat tersebut. “Ibunda?” Rainsword merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan ekspresi ibunya. Dia tidak terlihat senang. “Rains, apa kau bisa membuat Putri Fiona menjadi permaisuri dan tinggal di Silverstone? Kau lupa dia putri satu-satunya Ratu Esmeralda? Dia calon ratu berikutnya.” Mata biru shapire itu menatap Rainsword begitu dalam. “Bukankah tidak masalah, Ibunda? Fiona bisa menjadi ratu meskipun sudah menikah
Kerajaan Silverstone. “Yang Mulia, ada surat untuk Anda.” Seorang pengawal masuk dan menyerahkan gulungan perkamen dengan segel di atasnya. “Terima kasih.” Raja Edward memperhatikan gulungan tersebut. Segel yang menutup surat tersebut terlihat tidak biasa. “Lambang Kota Avari!” Mata Raja Edward membelalak dan berseru keras hingga pengawal yang baru saja berbalik menoleh kembali. Sementara seorang pengawal lain baru saja datang memberi salam hormat dan melapor, “Lapor Yang Mulia, Pangeran Rainsword telah tiba di istana bersama dengan Penjaga Dunia Bawah Rafael Blackdragon dan Putri Yui.”Raja Edward kembali duduk dengan tenang. Dia berusaha terlihat biasa meskipun tangannya gemetar dengan surat dari Kota Avari. “Biarkan mereka masuk.” “Siap, Yang Mulia!” Pengawal itu memberi hormat dan berbalik kembali untuk menjemput Pangeran Rainsword dan yang lain. Aula kerajaan kembali sepi, Raja Edward membuka surat tersebut secara perlahan. Dia membaca isi surat tersebut dengan hati-hati. S
Ratu Esmeralda menopang dagu dengan satu tangan. Tangannya yang lain membolak-balik berkas yang tertumpuk rapi di depannya. Dia mendongak saat pintu ruang kerjanya diketuk. “Masuk dan tutup kembali pintunya!”Fiona berjalan perlahan setelah menutup pintu. Tamu mereka sudah pergi dua hari yang lalu. Mereka pergi setelah Pangeran Yuan siuman.“Salam, Ibunda Ratu,” ucap Fiona dengan penuh rasa hormat. “Duduklah Fiona,” perintah Ratu Esmeralda. Dia membalik berkas yang ada di depannya ke arah Fiona. “Pilih satu di antara mereka untuk menjadi calon pendampingmu.”Fiona terdiam di kursinya. Dia hanya menatap tumpukan berkas yang sudah terlihat dari sampul atasnya. Berkas biodata para pria bangsawan terbaik di Kota Avari. “Ibunda Ratu, bolehkah saya memilih pendamping sendiri.” Suara Fiona bergetar, dia sudah pernah bersitegang dengan ratu karena tidak mau berpaling dari Rafael.“Lupakan Rafael, aku tidak pernah mempermasalahkan siapa pilihanmu selama dia juga bersedia. Rafael tidak mengi
“Krisan, kumpulkan semua debu peri di sekitar sini!” perintah Yuan. Makhluk kecil dengan sayap berbentuk bulan sabit melayang dan berputar hingga membentuk pusaran angin. Angin yang berputar menghempaskan semua debu peri yang menempel pada dedaunan. Debu peri keemasan melayang-layang dan berkumpul dalam satu titik. Yuan mengambil sebuah kantong kecil dari cincin permata penyimpanan dimensinya. Krisan pun memasukkan debu peri ke dalam kantong tersebut. Yuan menutup kantong dan memasukkan kembali kantong yang berisi debu peri ke dalam cincin permata penyimpanan dimensi. Eirlys yang memperhatikan Yuan menghela napas dan terlihat murung. Dia begitu iri setiap kali melihat penyimpanan dimensi. Kota Naga memiliki semua benda yang dia inginkan, sayangnya dia sendiri tidak memiliki uang untuk membelinya. Status putri hanyalah status. Dia bahkan tidak memiliki benda berharga. Yuan melihat Eirlys yang murung mengambil inisiatif memperlihatkan kegunaan debu per untuk menghiburnya. “Eirlys,
Malam semakin larut, tidak ada tanda-tanda Yuan akan siuman. Eirlys merasa matanya sudah semakin berat. Dia mengeratkan jubah Lixue dan bersandar pada akar pohon peri yang menyembul ke permukaan tanah. Menarik tubuh Yuan supaya terlindung dari angin malam, setidaknya ceruk di antara akar pohon cukup nyaman untuk bermalam beratapkan bintang. “Selamat malam, Yuan.” Eirlys memejamkan matanya. Dunia peri terasa begitu damai. Semilir angin malam yang dingin pun terasa menentramkan hati. Perlahan-lahan debu peri bertebaran di sekitar mereka seakan memberikan perlindungan. Debu peri masuk ke dalam tubuh Yuan, memberinya energi hingga penuh. Tak hanya Yuan, debu peri juga masuk ke dalam tubuh Eirlys mengisi energinya yang habis. “Eirlys … Eirlys ….”Kedua mata Eirlys seperti diberi perekat, susah sekali terbuka meskipun ingin. “Eirlys bangunlah!” Suara lembut dan juga terasa sentuhan di bahu Eirlys, mengguncangnya perlahan. Eirlys menggunakan tangannya untuk mengusap kedua mata yang sulit
Eirlys dan Lixue sudah berada di sebelah Xavier. Pria jangkung itu menggendong Pangeran Yuan yang belum sadarkan diri. Sementara Ratu Esmeralda membubarkan semua peri yang ada di sana, hanya tersisa Fiona seorang. “Bagaimana kondisi Pangeran?” Sang ratu berjalan dengan anggun dan berhenti tepat di depan Xavier. Dia memeriksa pergelangan tangan Pangeran Yuan. “Yang Mulia, Pangeran hanya kelelahan. Energinya habis sehingga dia pingsan,” jawab Xavier dengan suara lembut penuh hormat. “Ibunda Ratu, bagaimana kalau Pangeran Yuan beristirahat di ranjang es, bukankah dia akan cepat sembuh?” Fiona teringat dengan Rafael saat itu, untuk mempertahankan hidupnya Rafael dibaringkan di ranjang es. Xavier menyela, “Putri Fiona, itu tidak perlu. Pangeran hanya butuh istirahat sejenak untuk memulihkan energinya.” “Kalau begitu biar ku mainkan harpa.” Eirlys mengeluarkan harpanya. Belum sempat tangannya menyentuh senar, tubuhnya limbung. “Eirlys!” Lixue dengan sigap menopang Eirlys yang hamp
Ratu Esmeralda berdiri dengan anggun di bawah pohon peri. Langit terlihat masih biru dengan semburat jingga dari sang surya yang mulai bersembunyi ke peraduan. Angin yang bertiup membawa suara alunan harpa, menyentuh kesadaran hingga menjernihkan pikiran.“Apa yang ingin Pangeran katakan?” Yuan membungkuk memberi hormat sebelum kembali berdiri tegak. Dia menatap awan di langit. “Yang Mulia pasti sudah merasakannya, kekuatan harpa tersebut bukan harpa biasa.”Yuan terdiam, menunggu reaksi dari sang ratu peri.Wanita itu menoleh ke arah Yuan, mengibaskan jubahnya dengan anggun lalu mulai duduk di atas rumput. “Ya, kekuatan harpa ajaib, aku pernah mendengar harpa itu dimainkan oleh seorang elf yang sempat mampir ke istanaku. Kejadian itu sudah sangat lama, tak kusangka kudengar kembali dentingan senar dari harpa itu. Sayangnya, ilusi yang dia berikan terlalu kuat.”“Namanya Roya Ashlyn, dia bukan manusia juga bukan bangsa kristal. Saya belum tahu pasti makhluk seperti apa wanita ini seb
Eirlys menatap Xavier juga kakaknya yang terlihat canggung dengan aksesoris barunya. Kedua telinga yang berhias dandelion terlihat begitu manis, tidak cocok dengan tampang keduanya. Gadis itu berusaha tidak melihat dan menahan tawa, akan sangat memalukan bagi mereka jika sampai ditertawakan. Sementara Fiona telah sampai di depan celah dimensi bersama Eirlys. Di hadapan mereka berdiri seorang wanita cantik dengan rambut kemerahan panjang hingga menyentuh tanah. Gaun dan jubahnya berwarna hijau dengan bordir dan salur warna merah muda. Sebuah mahkota besar menghiasi puncak kepalanya. “Fiona, siapa dia?” Suaranya terdengar mendominasi ada tekanan kuat dan menuntut jawaban saat itu juga. Tatapan wanita itu tajam, menatap dengan memicingkan mata. Tongkat di tangannya masih tegak berdiri dengan tekanan kekuatan yang tak biasa. Dia mengendalikan tanaman dan mengurung beberapa orang di depan celah dimensi. Wanita ini sedang mengendalikan orang-orang yang berusaha mendekati celah dimensi. “
Pohon besar itu seakan memicingkan matanya, menatap Yuan lekat-lekat. “Kau mirip dengan seseorang,” ucap peri pohon perlahan.“Kurasa yang kau temui itu Yui, saudara kembarku. Aroma kami sama,” jawab Yuan. Yuan menebak jika peri pohon lebih mengandalkan indra penciuman daripada penglihatannya.“Yui? Ya, aku ingat nama itu. Dia gadis kecil dengan aroma khas, seperti dirimu.” balas peri pohon dengan seutas senyum yang terlihat aneh di wajah pohonnya. Dia kemudian mengangkat Yuan ke atas pohon. “Berpeganglah erat, akan kuantar ke Avari.” “Tunggu!” seru Yuan dengan suara lantang. “Aku tidak sendiri, bisakah Anda juga mengantar teman-temanku?” Yuan menunjuk Eirlys dan yang lain. Peri pohon terdiam, tampak berpikir keras. “Aku akan bernyanyi untukmu jika Anda bersedia membawa mereka bersamaku,” tawar Yuan. Peri dikenal menyukai nyanyian.“Baiklah, bernyanyilah sampai batas terluar desa, kalau suaramu bagus baru akan kupertimbangankan membawa kalian ke Avari,” balas peri pohon tersebut.