Kekuatan Seiryu menahan Yui, sulur tanaman itu menghalanginya. Namun, kekuatan tarikan dari celah dimensi semakin kuat. “Kekuatan Seiryu tidak mampu menahan,” gumam Yui. Dia kembali terseret menuju celah dimensi. Serangan Rachel seakan hanya ditelan saja tidak ada efek sama sekali. Beberapa orang juga berusaha menolong Yui, seakan celah ini benar-benar hanya fokus menarik Yui saja. “Celah ini menelan semua kekuatan bulat-bulat,” ucap Rachel. Dia teringat celah dimensi di Benua Utara yang bisa ditutup dengan kekuatan bayangan. Namun, celah ini justru menelan kekuatan bayangan yang ia miliki. “Serangan fisik tidak berefek, mungkin butuh mantra atau sesuatu.” Alan terlihat panik terlebih lagi Yui semakin dekat setiap kali waktu berlalu. “Alan cepat pikirkan caranya, Yui tidak bisa bertahan lebih lama!” Rachel saat ini menarik Yui berlawanan dengan celah dimensi untuk memperlambat pergerakan Yui. Pria kekar dengan rambut hitam pendek dan kumis tipis itu terlihat sedang berpikir kera
Eirlys berdiri di depan pintu ganda dengan ukiran naga yang saling berhadapan. Tidak ada penjaga meskipun tempat ini disebut sebagai gudang harta. Gadis dengan rambut putih seputih salju itu mendorong kuat-kuat pintu tersebut. “Tidak bisa dibuka!” Eirlys memperhatikan kembali kedua naga yang ada. Dia mengambil token yang diberikan Yui. “Di bagian mana ini diletakkan?” Eirlys mencari simbol yang cocok dengan token di tangannya. Dia mencoba beberapa tempat dan tidak berhasil. Dia mulai panik. Perasaan ingin segera menyelesaikan masalah membuat Eirlys frustrasi. Dia terburu-buru dan tidak bisa berpikir dengan jernih. “Berikan tokennya!” Suara berat seorang pria membuat Eirlys menoleh. Sosok yang dia lihat saat ini memiliki tubuh tegap dan gagah. Otot yang terlihat kuat dan rambut hitam cepak dengan tatapan mata tajam serta dingin. Eirlys tak bisa menahan diri untuk memandangi pria ini. Dia merupakan sosok pria yang disukai kaum hawa, tampan, gagah dan memiliki kharisma.“Bisa kau be
Eirlys memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangan. Gaun yang membalut tubuhnya seharusnya sudah cukup tebal karena dia mengenakan baju itu sejak di Benua Utara. Namun, rasa dingin masih menusuk kulit hingga ke tulang. “Namaku Lenora Isolde Ratu Awan. Mereka juga memanggilku penguasa mimpi.” Lenora tersenyum simpul. Lengkung bibirnya terlihat lembut dengan tatapan sendu. “Semua ini salahku, maaf melibatkan Putri Eirlys.” Lenora menunjukkan sebuah tempat yang terlihat mengerikan. Rantai yang tergolek di lantai tanpa ada seseorang yang menjadi tawanan. “Seharusnya dia ditahan di sini. Rafael sudah menyeretnya ke Abyss. Akan tetapi, dia ternyata bisa kabur dari sini. Apa kau tahu kenapa dia bisa kabur?” Lenora berbalik menatap Eirlys yang masih terlihat syok dengan tempat yang dia lihat saat ini. “Yuan, dia menggunakan Yuan,” balas Eirlys. Bukan tanpa alasan gadis itu menjawab. Ada aura yang sangat akrab di mata Eirlys dan dia tahu itu milik Yuan. “Tapi bagaimana dia mengambil kekuat
Yuasa telah sampai di Kota Naga. Dia langsung berlari ke tempat Yuan berada bersama dengan Light. Keduanya terdiam saat melihat Yuan terbaring di atas teratai es.“Ibunda apa yang terjadi?” Yuasa hanya melihat gelengan kepala lemah dari wanita yang telah melahirkannya. Dia langsung mendekati Yuan dan memeriksa nadinya. “Bagaimana mungkin bisa seperti ini?” gumam Yuasa pelan.“Kak, bagaimana?” tanya Light menatap Yuasa yang juga menggelengkan kepalanya.“Yuan terlalu lemah, denyut nadinya juga sangat lemah. Mungkin saja dia tidak akan bertahan.” Yuasa menunduk, dia menatap dalam-dalam wajah Yuan yang tertidur. “Yuasa apa kau tidak bisa menolong Yuan?” bisikan lembut dari wanita cantik yang mendekati Yuasa begitu menyentuh. Rasa sesak kembali terasa, penyesalan hanya tinggal penyesalan. Yuasa hanya bisa menatap Yuan tanpa bisa berbuat apapun.“Kalau saja aku masih memiliki kekuatanku yang dulu. Yuan, maaf.” Yuasa hanya bisa termenung dan berbalik keluar dari hutan kecil tersebut. Dia b
“Kau sudah tahu kenapa Pangeran Yuan menderita saat ini? Itu karena kristal hitamnya direbut Raja Leiz. Merebutnya kembali bukan perkara mudah. Akan tetapi ada cara lain, mendapatkan bunga kristal es abadi. Bunga ini bisa mengembalikan kristal perak Pangeran Yuan sehingga dia bisa menggunakan kristalnya.” Lenora menunjukkan bentuk dari bunga kristal es abadi tersebut dengan gambaran yang muncul dari kabut asap yang terbentuk. “Di mana bunga ini?” tanya Eirlys. Dia merasakan firasat buruk, jika bunga itu mudah didapat tidak mungkin wanita seperti Lenora mencari pengganti. Lenora menghela napas panjang. Dia kemudian mengangkat tongkatnya dan kepulan kabut asap putih berkumpul memberikan gambaran sebuah tempat yang mengerikan. Semua gelap, bangunan seperti kastil menjulang tinggi dan seekor singa berkepala dua meraung dengan keras. Di belakang singa itu bunga kristal es abadi tumbuh dengan subur nan indah. Eirlys menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya menatap ke arah singa berk
Eirlys melihat kanan kirinya berupa pepohonan. Hutan ini cukup terang, tidak gelap seperti hutan belantara. Dia berjalan perlahan, matanya terus mengamati sekeliling. Degup jantungnya semakin kencang saat dia berpikir mungkin saja ini ilusi dari singa berkepala dua. “Seharusnya aku kembali ke istana awan, kenapa berada di hutan?” Eirlys terus berjalan dan waspada. Mata Eirlys menangkap kilauan cahaya putih. Dia bergegas menuju ke tempat itu. Hawa dingin terasa semakin menusuk kulit saat dia semakin mendekati kilauan cahaya putih itu. “Bunga teratai es yang besar sekali!” Eirlys terperangah, dia melihat bunga es di tangannya. Lalu ingatannya kembali kepada Yuan. Yuan yang duduk di atas ranjang es yang begitu dingin. Kulitnya tidak terlihat pucat meskipun tempat itu sangat dingin. “Es cocok denganku,” ucap Yuan saat itu. Eirlys tersenyum ke arah Yuan. Meskipun dia tidak tahu pasti, sebutan putri es sudah melekat padanya sejak dulu. Dia merasa Yuan cocok dengannya, bukankah dia juga
Rafael membawa Eirlys ke halaman luas di tengah-tengah kediaman Blackdragon. Gadis itu duduk di sebuah menara tinggi yang terbuka di bagian atas. Tempat ini biasanya digunakan untuk memantau keadaan Kediaman Blackdragon. Tempat yang paling tinggi dibandingkan bangunan lainnya sehingga semua terlihat dari sana. “Mainkan harpanya,” perintah Rafael. Eirlys mengangguk lalu cahaya keperakan muncul di tangannya. Perlahan wujud harpa terbentuk semakin padat. Harpa dengan warna biru keperakan itu mulai dimainkan. Lantunan melody lembut terdengar, kelembutan yang mampu menangkal suara harpa ilusi dari celah dimensi. Para pengawal mulai sadar. Beberapa pelayan juga kembali terbangun. Satu per satu mereka yang berada dalam jangkauan suara harpa Eirlys mulai mendapatkan kesadarannya. “Yui, dia juga mungkin sudah siuman.” Rafael membiarkan Eirlys bermain dan bergegas menuju ke kamar Yui. Pria itu berhenti dan menghembuskan napas menata hatinya sebelum membuka pintu kamar Yui yang tidak terkunc
Rafael berlari menuju ke gerbang dimensi. Dia bahkan mendorong dua pengawal yang melarangnya masuk ke ruangan itu. “Yui, dia pasti di sana. Yoru, awas kau!” Kemarahan Rafael bagai air mendidih, tak bisa lagi ditahan hingga memuncak. Gerbang dimensi terbuka, dia bersama dengan Fury melangkah masuk. “Kau yakin?” Fury berkomunikasi lewat benaknya. “Yoru menghilang, sisa celah dimensi memberikan gambaran istana kegelapan, siapa lagi kalau bukan dia?” balas Rafael. Kecepatan gerbang dimensi menembus batas bagaikan kilat. Rafael sudah sampai di gerbang dimensi yang ada di istana kegelapan. Angin terasa begitu kencang menampar wajah Rafael. Dia sadar setelah gerbang terbuka maka sambutan pasukan kerajaan akan sangat meriah. “Penyusup!” Lonceng dan teriakan terdengar. Derap langkah batalion pasukan terdengar. Rafael masih berdiri di tempat. “Fury, apa kau siap?” Rafael mengikat kain pada tangannya, dia sudah siap menerobos pasukan. Datang seorang diri ke Istana Kegelapan sama saja men