Rainsword melepaskan tangan Light. Dia merasakan tubuhnya bebas mengikuti arus yang menariknya kuat. Kedua tangannya melindungi wajah saat benturan-benturan terasa menyakitkan. Pusaran yang menariknya terasa semakin lemah seiring waktu. “Di mana ini?” gimana Rainsword. Tempat itu sangat gelap, tidak terlihat cahaya sedikitpun. Insting Rainsword berjalan dan melepaskan kekuatan air untuk menahan tubuhnya jatuh bebas ke tempat yang tidak diketahui. Rainsword masih mencari tahu di mana dia berada saat ini. Tempat ini bukanlah dunia manusia, sangat berbeda dari atmosfernya. “Ternyata ada juga selain aku yang tidak langsung jatuh.”Suara itu keluar dari seekor kupu-kupu ungu yang terbang mengelilingi Rainsword dengan pendar cahaya ungu berkilau keemasan yang cantik. Kupu-kupu kecil itu bersinar terang dan berubah wujud menjadi seorang wanita cantik dengan rambut ungu. Sepasang sayap transparan seperti kupu-kupu masih terlihat jelas di punggung wanita itu. “Kau?” Rainsword terpesona, di
Rainsword dan Fiona berhasil keluar dari tempat gelap yang ternyata adalah sebuah goa besar yang dijaga banyak prajurit. “Bukankah ini aneh, mereka seharusnya penjahat karena membuat zombie tapi tempat ini justru dijaga prajurit kerajaan.” Fiona menunjuk lambang dan juga warna baju yang sama. Semua prajurit mengenakan seragam tersebut. “Apa prajurit kerajaan juga sudah menjadi zombie?” Rainsword melihat satu persatu prajurit yang ada di depan goa, tak satupun di antara mereka yang telah berubah menjadi zombie. “Benar-benar aneh,” gumam Rainsword. “Sembunyi!” Fiona menarik Rainsword saat dua prajurit melintas di dekat mereka berdua. Keduanya bersembunyi di balik semak belukar, saling berdekatan tanpa suara. Napas mereka pun terdengar begitu jelas. “Rasanya panas sekali, kenapa jantungku berdetak begitu kencang.” Rainsword untuk pertama kalinya terpana melihat seorang wanita. Dia yang selalu dikelilingi dua orang pria cantik benar-benar bagaikan kutukan. Matanya tidak bisa melihat w
“Yuan sudah berada di atas teratai es, tapi suhu badannya masih saja terus meningkat.” Yuasa terlihat panik, dia menyalurkan energi penyembuh kepada Yuan. Rasanya kekuatan penyembuh itu tidak berguna sedikitpun. “Kenapa? Kemampuan penyembuhku menurun separah ini.” Dalam hati Yuasa, dia menginginkan kekuatannya yang dulu kembali. Melihat Yuan saat ini penyesalannya semakin menggerogoti jiwanya. “Kalau saja, kalau saja tidak kutukar kekuatan penyembuh dengan kekuatan bertarung,” batin Yuasa. Suaranya bergema dalam benak dan terdengar jelas oleh Aurum. “Apa kau menyesal sekarang, Yuasa?” Gema suara naga itu terdengar mengagetkan Yuasa saat ini. “Menyesal pun tak ada gunanya. Kekuatanku tidak akan pernah kembali,” balas Yuasa dalam benaknya. “Kau benar, meskipun masih ada cara tapi ….” Ucapan Aurum menggantung. “Tapi?” Yuasa penasaran, dia bahkan menghentikan mengalihkan energi kepada Yuan saat itu. “Lupakan saja,” balas Aurum dalam benak Yuasa. “Yuasa, istirahatlah, biar ayah yan
Yuasa memutuskan untuk terbang bersama Aurum tanpa Rosaline. Ada banyak pertimbangan kenapa Yuasa memilih sendiri. Selain karena dia masih belum bisa percaya kepada Xavier dan meminta Rosaline menjaga adiknya ada hal yang ingin dibicarakan berdua saja dengan Aurum. “Katakan apa ada cara mengembalikan kemampuanku?” Yuasa langsung bertanya. “Apa kau sudah yakin ingin kembali memiliki kekuatan itu, Yuasa?” Aurum bermanuver sembari menunggu jawaban dari Yuasa. “Aurum, awalnya aku senang dengan kekuatanku saat ini. Namun, saat kulihat orang-orang terluka dan tidak bisa menolong rasanya hati kecilku menjerit. Ada lubang besar saat itu, ada sesuatu yang tidak lengkap dalam hidupku.” Yuasa tertunduk, meskipun Aurum tidak bisa melihat wajahnya dia bisa merasakan perasaan Yuasa. “Pikirkan baik-baik. Apa kau siap kehilangan Rosaline? Aturan Red Ruby kau tahu sendiri.” Naga keemasan itu terbang lambat, semakin naik hingga ke atas awan. Membiarkan Yuasa mendinginkan kepalanya dengan dinginnya
“Kak Rosaline!” Yuan menatap Rosaline aneh saat gadis itu kembali mengunjunginya. “Tidak ikut Kak Yuasa?” lanjut Yuan. “Dia ingin sendiri,” balas Rosaline. Gadis berambut merah itu duduk bersandar di bawah salah satu pohon dekat dengan teratai es tempat Yuan berada. Yuan duduk bersila dengan Xavier yang berdiri di samping teratai es. Perlahan-lahan tangan Yuan menyentuh kepalanya. “Apa ada yang sakit?” Xavier yang melihat perubahan ekspresi tenang Yuan mengerutkan kening dan memegang kepala mulai merasa curiga. “Tidak, aku baik-baik saja,” balas Yuan meletakkan kembali tangannya dan tersenyum manis ke arah Xavier. “Syukurlah,” ucap Xavier meskipun dia sadar pangeran di depannya sedang berbohong. Tatapan mata Yuan mulai kabur, sekelebat bayangan kembali muncul. Dia masih menahan rasa sakit di kepalanya. “Kak Xavier, aku haus boleh minta tolong ambilkan minum?” Yuan berusaha mengalihkan perhatian Xavier dengan permintaannya. “Biar saya saja, Pangeran. Tuan Xavier mungkin tidak
Sepasang mata hitam sekelam malam, senyuman yang terlihat menawan menghiasi wajah tampan nan cantik. Dia duduk di singgasana dengan sebuah tongkat besar di tangannya. Wajah yang sama persis dengan Yuan. “Itu bukan aku.” Yuan terus menerus mengatakan hal itu dalam hatinya. Namun, mata dan telinganya mendengar seolah dia berada di dalam tubuh sosok yang sama dengannya. “Lihatlah, tubuh ini tidak bisa bertahan lebih lama,” ucap sosok yang menyerupai Yuan. Dia memperlihatkan retakan pada tangannya. Tubuh manusia tidak mungkin retak seperti itu. “Yang Mulia, pasukan istana sudah mencarinya tetapi dia tidak ada di Benua Utara. Ada kemungkinan mereka pergi ke Kediaman Blackdragon. Tempat ini, saya tidak berani mengusik. Keluarga Blackdragon memiliki wilayah sendiri bahkan sebelum istana ini ada. Mereka adalah keluarga penjaga yang disegani.” Pria yang berbicara itu adalah Leiz, raja kegelapan saat ini. Seorang raja kegelapan bahkan membungkuk berhadapan dengan pemuda yang duduk di singgas
Kereta kuda yang membawa Yui dan juga dua bersaudara Varsha berhenti di depan gerbang besar Kediaman Blackdragon. Dua orang penjaga menghadang kereta kuda tersebut. Mata keduanya waspada. Yui turun terlebih dahulu diikuti oleh Eirlys dan juga Lixue. Kedua kakak beradik itu menatap gerbang dengan ornamen naga hitam besar dan kokoh. “Inikah Kediaman Blackdragon?” Lixue merasakan aliran kekuatan yang kuat di tempat ini. Sesuatu yang tidak biasa bahkan lebih kuat dari Istana Es di Benua Utara. “Benar, ayo masuk!” Yui berjalan riang menuju ke arah gerbang. Kedua pengawal menurunkan senjatanya setelah melihat Yui. Mereka juga membuka lebar-lebar pintu gerbang yang begitu besar. “Selamat datang, Putri Yui!” Sambutan ramah diperuntukkan putri cantik yang berjalan dengan anggun bersama kedua temannya. Kedatangan mereka segera disampaikan kepada pemimpin Blackdragon, Alden Blackdragon. “Yui!” Seorang wanita cantik dengan rambut hitam sebahu berlari dan memeluk Yui dengan pelukan hangat.
Kekuatan Seiryu menahan Yui, sulur tanaman itu menghalanginya. Namun, kekuatan tarikan dari celah dimensi semakin kuat. “Kekuatan Seiryu tidak mampu menahan,” gumam Yui. Dia kembali terseret menuju celah dimensi. Serangan Rachel seakan hanya ditelan saja tidak ada efek sama sekali. Beberapa orang juga berusaha menolong Yui, seakan celah ini benar-benar hanya fokus menarik Yui saja. “Celah ini menelan semua kekuatan bulat-bulat,” ucap Rachel. Dia teringat celah dimensi di Benua Utara yang bisa ditutup dengan kekuatan bayangan. Namun, celah ini justru menelan kekuatan bayangan yang ia miliki. “Serangan fisik tidak berefek, mungkin butuh mantra atau sesuatu.” Alan terlihat panik terlebih lagi Yui semakin dekat setiap kali waktu berlalu. “Alan cepat pikirkan caranya, Yui tidak bisa bertahan lebih lama!” Rachel saat ini menarik Yui berlawanan dengan celah dimensi untuk memperlambat pergerakan Yui. Pria kekar dengan rambut hitam pendek dan kumis tipis itu terlihat sedang berpikir kera
Rafael menatap wajah Yui yang terbaring tak berdaya. Rona wajahnya sudah tidak lagi pucat seperti beberapa waktu lalu. Pergerakan perlahan Yui membuat Rafael merasa lega, seakan mendapatkan secerca cahaya kebahagiaan. Yui mulai siuman, membuka matanya seindah mutiara hitam. “Yui!” seru Rafael penuh kebahagiaan, akhirnya putri tidur itu bangun juga. Gadis itu menoleh ke arah Rafael, berkedip beberapa kali lalu kembali melihat sekeliling. Ruangan yang familiar, sangat mirip dengan kamarnya. “Paman? Ini kamarku?” tanya Yui. Dahinya berkerut, dia ingat masih berada di istana kegelapan bersama dengan Yuan. “Bagaimana bisa aku di sini?”“Kalian sebenarnya ke mana?” tanya Rafael tanpa memberikan penekanan khusus, dia tidak ingin Yui berbohong. “Ada yang memberi kabar menemukan kalian di pinggir hutan dekat perbatasan Blackdragon. Penduduk desa yang menemukan kalian.”“Maaf,” balas Yui merasa bersalah. Tak seharusnya mereka pergi berdua saja, menyusup ke tempat berbahaya. “Aku panik, Paman
Yuasa dengan telaten memisahkan racun dari aliran darah Yui. Tidak seperti luka fisik yang bisa dengan mudah disembuhkan. Racun duri tanaman rambat ini telah menyusup ke dalam inti kehidupan Yui, bercampur dalam setiap nadinya. Dengan kemampuannya yang bagai mata air jernih, Yuasa menyelami setiap aliran darah Yui, memisahkan racun yang mengancam jiwa. Waktu merayap perlahan, detik demi detik terasa bagai siksaan bagi mereka yang menunggu.Rafael mondar-mandir bagai singa yang terkurung dalam sangkar, hatinya dipenuhi kecemasan yang menggerogoti. Penjelasan Rosaline bagai angin lalu, tak mampu meredakan badai keraguan dalam dirinya. Ia masih meragukan kemampuan Yuasa, meskipun secerca harapan telah menyala kembali. Sesekali, ia melirik Yui yang terbaring lemah, wajahnya pucat pasi bagai rembulan yang tertutup awan.“Paman, percayalah pada Kakak,” ucap Yuan, suaranya lembut namun penuh keyakinan. Meskipun Yuan masih belum yakin, dia percaya dengan instingnya. Aura Yuasa berbeda dari bi
Yuasa dengan hati-hati mengeluarkan kunci rune, ukiran kuno yang berdenyut dengan energi mistis, dan mengarahkannya ke ruang kosong di depannya. Udara berdesir dan bergelombang, seperti kain sutra yang ditiup angin, membentuk pusaran energi yang semakin lama semakin pekat. Gerbang dimensi ke dunia bawah, sebuah portal yang menghubungkan dunia kristal dengan alam kegelapan mulai terbuka. Aurum, dengan wujud manusianya yang gagah, berdiri di samping Yuasa, siap untuk melangkah melintasi gerbang dimensi. Sementara itu, Rosaline dengan cekatan menciptakan lapisan-lapisan barrier pelindung di sekitar Yuasa. Tangannya bergerak lincah, menenun barrier pelindung yang tampak seperti kubah transparan dengan rona kemerahan, melindungi Yuasa dari bahaya yang mungkin mengintai.“Cukup Rosaline,” ucap Yuasa dengan lembut. Dia menyentuh tangan Rosaline untuk menghentikan pekerjaannya. “Ini gerbang dimensi, bukan celah dimensi. Kita sudah pernah memasukinya, meskipun ada tekanan, tetapi barrier yang
Rasa syukur dan kekaguman memancar dari wajah-wajah mereka yang telah disembuhkan Yuasa. Mereka menatap sang raja dengan tatapan penuh hormat, seolah melihat dewa yang turun dari langit. Para tabib dan tenaga medis pun tercengang, kekuatan ajaib Yuasa telah melampaui batas pengetahuan mereka, membuka cakrawala baru dalam dunia pengobatan.“Rosaline tidak perlu memapahku, aku tidak apa-apa,” ucap lembut Yuasa melepaskan tangan Rosaline yang mencoba membantunya berjalan. Dia sedikit tidak nyaman dengan penilaian berlebih dari orang-orang di sekitarnya. “Mulai sekarang kau tidak bisa lagi mengenakan gaun, aku akan selalu memerlukanmu untuk menjadi pelindungku.”Rosaline tersenyum, sebuah senyuman yang mengisyaratkan kesetiaan dan kebahagiaan. Ia tidak lagi memapahYuasa, tetapi melingkarkan tangannya dengan mesra di lengan sang raja. “Tidak masalah, Yang Mulia,” jawab Rosaline riang. “Saya akan senang bisa menjadi pengawal Anda lagi.” Balai Pengobatan kini dipenuhi oleh lautan manusia ya
Langkah kaki Yuasa, sang raja, memasuki Balai Pengobatan dengan tegap, seolah lantai marmer pun tunduk di bawahnya.. Semua mata di balai itu, yang tadinya sibuk dengan hiruk pikuk kepanikan dan kesedihan, serempak beralih padanya. Sejenak, waktu seakan berhenti, lalu kembali berdetak. kehidupan di balai kembali berdenyut. Mereka kembali menjalankan aktivitas, mungkin menduga sang raja hanya datang untuk menyampaikan belasungkawa, sebuah tindakan diplomatis yang biasa dilakukan para petinggi kerajaan. Tak ada sorak-sorai, tak ada sambutan meriah, hanya tatapan kosong dan bisu yang menyambut kedatangannya, seolah hati mereka telah membeku, tertutup bagi raja mereka.“Siapa penanggung jawab Balai Pengobatan?” tanya Yuasa, suaranya bergema bagai dentang lonceng di tengah keheningan.Segera seseorang dengan tubuh ramping dan wajah dipenuhi peluh berlari dan membungkuk dalam-dalam di hadapan Yuasa. “Sa … saya, Yang Mulia,” jawab pria tersebut dengan suara bergetar karena takut.“Pisahkan ko
Aurum terbang membelah langit menuju Balai Pengobatan. Gedung itu menggeliat dipenuhi sesak manusia hingga ke serambi dan selasar. Pasien terlalu banyak sementara tenaga medis tidak sesuai jumlahnya. Aroma darah anyir menyeruak di udara, bercampur dengan bau obat-obatan yang menusuk hidung. Di mana-mana, terlihat para penyembuh sibuk membalut luka-luka menganga, bak sayatan pedang tak kasat mata, yang diderita para korban akibat munculnya celah dimensi.“Yang Mulia?” Rosaline menyentuh lengan Yuasa, wajahnya dibayangi kecemasan saat melihat wajah pucat sang Raja. Dia tahu betul pemuda yang dicintainya itu memiliki hati selembut sutra. Melihat rakyatnya terluka parah, hatinya pasti tercabik-cabik, remuk redam bagai dihantam palu godam. “Yang Mulia, Anda harus kuat.”“Rosaline, andai saja,” ucap Yuasa tercekat, tertahan di ujung kerongkongan bagai duri yang menusuk. Kedua tangannya bergetar hebat, menahan gejolak rasa tidak berdaya yang menyesakkan dada. Kehilangan kemampuan penyembuhny
Ibukota Kerajaan Cahaya.Langit bagaikan terbelah, suara retakan terdengar bagaikan suara gaung raksasa. Semua mata menyaksikan bagaimana celah dimensi perlahan-lahan terbuka semakin besar.“Demi dewa, apa yang terjadi?”“Langit! Langit terbelah!”Jeritan panik bercampur dengan hirul pikuk langkah kaki yang kalang kabut. Retakan tersebut perlahan mencapai tanah, seakan membelah langit hingga ke tanahi. Kepanikan melihat fenomena tidak biasa itu terjadi, Ibukota Kerajaan Cahaya yang ramai kini menjadi sepi seketika.Di dalam istana, Raja Yuasa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kabar tentang retakan dimensi terdengar ke telinganya, membawa angin dingin yang menusuk tulang.“Kerahkan pasukan, lindungi rakyatku!” titah sang raja suaranya bergema di aula istana. Yuasa berjalan keluar dan melihat dari dalam istana, langit terbelah dengan ratakan besar. “Celah dimensi,” gumamnya, hatinya dipenuhi firasat buruk.Seekor naga dengan sisik keemasan mendarat di halaman ist
Langit sudah gelap saat Yuan mencapai batas terluar wilayah Blackdragon. Tenaganya bagai lilin yang hampir padam, nyaris tak tersisai. Sepasang sayap yang selama ini membawanya terbang kini lenyap tanpa jejak, begitu pula dengan tanduk hitam di kepalanya yang menghilang bagai ditelan bumi. Kegelapan menelan kesadaran Yuan. Dia jatuh bebas dari ketinggian, meluncur bagai batu yang terlempar dari langit, ditarik paksa oleh cengkraman gravitasi. Suara dentuman keras terdengar, tubuh Yuan dan Yui menghantam tanah di pinggir hutan perbatasan Blackdragon. Mereka berguling-guling beberapa kali sebelum terhenti tak jauh dari sebuah desa kecil. Keduanya terkapar tak berdaya, tubuh mereka dihiasi luka-luka yang menganga. Seorang kakek tua yang sedang mencari kayu bakar, dikejutkan oleh pemandangan dua remaja yang terbaring tak sadarkan diri di pinggir hutan. Dengan langkah gontai, ia memeriksa mereka, memeriksa denyut nadi keduanya dengan hati-hati. “Mereka masih hidup!”. Kakek itu berlari ke
Seiryu hitam menyadari kedatangan Yui. Asap dan debu tidak mengganngunya sedikitpun. Seiryu hitam dengan kegesitannya yang mengerikan menyambar Yui dengan ekornya. Tubuh Yui terpental bagai boneka kain, menghantam dinding aula istana dengan dentuman keras. “Yui!” teriak Yuan, jantungnya mencelos menyaksikan kembarannya terkapar tak berdaya. Dalam kepanikan, Yuan lengah. Cakar Seiryu menembus tubuhnya, meninggalkan luka menganga yang meneteskan darah. Tubuh ramping Yuan terlempar ke samping Yui, meringkuk kesakitan. Leiz, dengan kesombongannya yang memuakkan, berjalan mendekati kedua anak kembar tersebut. Dia menendang tubuh Yuan yang penuh luka-luka dengan kasar. “Ternyata mudah menghancurkan kalian,” ucap Leiz dengan nada penuh ejekan, “Terima kasih sudah menghilangkan pelindung tongkat kristalku!”Leiz merampas tongkat kristal dari tangan Yuan. Dia mengumpulkan kekuatan untuk membuka kembali celah dimensi. Dia menyimpan Seiryu dan Byakko hitam, yakin bahwa kedua anak kembar itu t