“Yuan!” Yui berlari ke arah Yuan. Mereka berempat telah sampai di hutan kecil dalam Kota Naga. Lixue, Eirlys dan Fiona hanya bisa diam mengamati hutan yang tidak wajar. Mereka berdua tercengang saat melihat Rafael sedang berada di dalam kepompong jalinan tanaman rambat di atas teratai es. “Yuan, apa yang terjadi dengan Paman!” Yui yang tidak tahu mengapa Rafael berada di sana berusaha mengeluarkan Rafael. Namun, Yuan segera mencegahnya. “Yui, Paman baik-baik saja, Ayahanda sedang mengeluarkan racun dalam tubuh Paman Rafael.”“Yuan, bagaimana dengan Rainsword?” Fiona langsung mendekati Rainsword yang terbaring di tanah. “Rumput itu juga sedang menyembuhkan Kak Rainsword,” balas Yuan. Fiona yang awalnya marah karena perlakuan mereka terhadap Rainsword mereda. Dia tidak tahu jika rumput itu merupakan cara mereka mengobati pemuda itu. Dia mengira Rainsword ditelantarkan. “Kenapa Rains belum siuman?” tanya Fiona. Tangannya membelai lembut wajah Rainsword yang tertidur. “Itu juga yan
Ular berkepala sembilan menatap musuh-musuhnya. Makhluk itu begitu garang dan menyeramkan. Sementara Rainsword masih belum siuman. Tubuhnya melayang di udara dengan sendirinya. “Pangeran Lixue serang makhluk itu!” perintah Yuichi. Yuan mulai mengaktifkan kekuatan pemurniannya, dia juga memanggil Krisan, sang Slyph. Lingkaran sihir berwarna perak berputar di bawah tubuh Rainsword yang melayang. Dia harus mengambil sisa-sisa kontaminasi yang menempel pada makhluk itu, ular berkepala sembilan. “Lixue, tahan dia!” teriak Yuan. Pangeran dengan rambut dan mata perak ini fokus mengeluarkan semua kontaminasi yang tersisa. “Ternyata kontaminasi masuk ke tubuh ular itu, karena dia dan Kak Rainsword menjadi satu Kakak belum siuman.” Yuan memperhatikan bercak di sisik sang ular yang terdapat beberapa sisik dengan warna ungu kusam tidak mengkilap seperti warna sisik lainnya. Ular berkepala sembilan tidak mudah dibekukan. Ular itu menggeliat dan menyerang ke arah Yui dan yang lain. “E
Kristal hitam semakin pekat mengeluarkan aura. Semua orang mengira kontaminasi berasal dari pengaruh negatif perasaan manusia. Tidak ada satupun dari mereka yang tahu jika semua kontaminasi itu berasal dari besarnya dendam mendalam dari Raja Kegelapan terdahulu, Nacht Fansford. “Yang Mulia?” Leiz memasuki aula kerajaan dan berputar ke segala penjuru mencari sosok Nacht. Raja itu seharusnya duduk di singgasana. Namun, sosok yang ia cari tidak berada di sana. “Yang Mulia!” Leiz kembali memanggil. Sosok itu tidak ada di seluruh penjuru aula kerajaan. Dia ingin melaporkan kegagalan penyerangan Kediaman Blackdragon. Dalam hatinya, Leiz merasa senang penyerangan itu gagal. Dia tidak suka melihat Nacht mendapatkan apa yang paling diinginkannya, Yui. “Leiz, kemari!” Nacht memanggil Leiz, sayangnya pria yang sudah beruban itu tidak merespon. “Sial, dia tidak bisa mendengar suaraku dari dalam kristal.”Nacht mencari cara untuk bisa berkomunikasi dengan pria tersebut. Beberapa kali matanya b
Rainsword menatap Fiona yang sedang berjalan sendiri di bawah. Dia berada di balkon lantai tiga bersama dengan Yuasa. “Ternyata ada juga gadis secantik itu, lebih cantik dari Yuan.” Rainsword melirik Yuasa yang masih meneguk secangkir teh dengan santai. “Sungguh menyebalkan, Fiona bahkan kalah cantik dari raja yang sedang duduk ini,” pikir Rainsword. “Apa kau sudah mantap dengan keputusanmu? Fiona, putri peri dari Avari.” Yuasa selesai menikmati tehnya dan bergabung dengan Rainsword memandang Fiona. “Tentu saja, kau tahu, saat pertama bertemu hatiku sudah memberikan sinyal. Rasanya lonceng berbunyi saat melihatnya.” Rainsword terlihat begitu senang dengan perasaan asing yang dia rasakan saat ini. Yuasa menghela napas panjang, “Kau masih belum paham? Rains, kau dan Fiona tidak bisa bersama, kalian memiliki masa depan yang berbeda.” Yuasa mengingatkan siapa Fiona dan juga temannya Rainsword. “Karena aku manusia? Yuasa, oh aku lupa, Yang Mulia, kau sendiri melawan aturan demi Rosali
“Ayahanda, kami akan berangkat.” Yuasa berpamitan sebelum pergi ke Avari. “Kak, apa tidak bisa menunggu sampai paman siuman?” Yuan menarik ujung lengan baju Yuasa. Seakan tidak ingin kakaknya pergi hari ini. Yuasa berputar dan menarik napas sebelum menjawab Yuan. Namun, disela langsung oleh Yuichi. “Yuan, Fiona harus segera kembali, perayaan panen raya sinar rembulan tidak bisa ditunda, dia harus kembali.” Yuichi menarik Yuan dari Yuasa. “Tapi ….” Yuan menatap ayahnya penuh makna, Yuasa melihat ada sesuatu yang ingin disampaikan Yuan, tetapi dihalangi oleh ayahnya. “Kalau begitu, saya segera mengantarkan Putri Fiona,” lanjut Yuasa. “Yuasa, bawa Rosaline bersamamu.” Yuichi mendekati Yuasa dan memeluknya. “Rosaline bisa menjagamu, Yuasa.”“Baik, Ayahanda.” Yuasa pun pergi meninggalkan ayahnya bersama Rafael dan juga Yuan. “Ayahanda, di Avari ada celah dimensi yang belum tertutup. Saat ini tanpa kristal hitam tidak mungkin bisa ditutup, tapi Paman Rafael bisa, kenapa tidak menungg
“Yuan!” Eirlys mendekati Yuan yang mulai siuman. Dia masih melihat para spirit mengelilingi mereka.“Spirit? Siapa yang memanggil mereka?” Yuan menatap Eirlys, dia juga melihat harpa di tangan Eirlys. “Apa kau memanggil mereka, Eirlys?”“Tuan Yuichi bilang para spirit membantumu pulih lebih cepat.” Eirlys tersenyum, melihat kondisi Yuan saat ini, dia yakin apa yang dikatakan pria itu benar.“Ya, karena saat ini aku bukanlah makhluk dunia atas, aku makhluk dunia bawah. Ayahanda mungkin tidak bisa memulihkanku seperti yang seharusnya, itu juga kenapa Paman pulih lebih lambat. Dunia bawah tidak memiliki penyembuh seperti di dunia atas,” balas Yuan. Dia sadar orang yang bisa melakukan semua itu hanya kakaknya. Namun, kekuatan kakaknya seperti menghilang, sangat aneh.“Bukan itu masalahnya, Yuan. Kristalmu istimewa, dan sebagian lagi tidak ada dalam dirimu, karenanya lukamu lebih sulit disembuhkan. Sementara luka Rafael itu karena pedang raja kegelapan ….” Yuichi langsung menoleh ke arah la
Istana Kegelapan, aula Istana terdengar suara tawa menggelegar. Leiz mengaktifkan empat celah dimensi dengan Roya dan Darren yang siap menggiring para korban mereka. Kekuatan kristal hitam seakan sudah benar-benar dikuasai oleh pria tua ini.“Lihatlah, pasukanku berasal dari berbagai ras, kalian semua akan tunduk dibawah kakiku!” “Yang Mulia paling berkuasa!” serempak Darren dan Roya memberikan pujian.Suara harpa terdengar mengalun merdu membimbing mereka yang mendengar untuk masuk ke dalam celah dimensi. Kemudian Roya menjerat mereka dalam ilusi, mengumpulkan semua makhluk yang masuk ke dalam celah dimensi ke satu tempat khusus. Di sana mereka disambut oleh pasukan kerajaan dan dalam keadaan setengah sadar diberikan buah-buahan berwarna ungu kemudian menjadi zombie.Suara yang terdengar berikutnya adalah suara seruling Darren yang mengendalikan para zombie. Mereka berbaris rapi dalam satu kesatuan, pasukan zombie.Ergions, negeri para elf digegerkan dengan aktifnya celah dimensi. S
Rafael mulai membuka matanya bertepatan dengan pintu kamar yang di dorong ke dalam. Dia mendengar suara langkah ringan. Dari suara langkah kaki itu Rafael menduga itu adalah suara seorang wanita. “Apa Fiona? Lebih baik aku pura-pura saja masih belum bangun,” batin Rafael. Langkah itu terhenti, aroma khas yang tercium di hidung Rafael bukanlah aroma wewangian yang biasa dipakai Fiona. Dia mencium aroma lain yang membuatnya selalu teringat akan seseorang, Yui. Matanya mulai membuka dan melihat pemandangan indah di depannya.“Yui?”Gadis itu tersenyum dengan tangan yang diarahkan ke arah Rafael. “Mau diletakkan di mana?” tanya Yui. Pandangan Rafael tertuju pada benda di tangan Yui, benda yang begitu familiar baginya. “Bukankah itu bajuku?” batin Rafael. Perlahan matanya turun ke bawah, melihat bagian dirinya yang tidak mengenakan baju. Kulitnya terekspos tanpa penghalang apapun. Selimut tebal menutupi bagian pinggang hingga kaki. Reflek Rafael menarik selimut dan menutupi dirinya.“
Rafael menatap wajah Yui yang terbaring tak berdaya. Rona wajahnya sudah tidak lagi pucat seperti beberapa waktu lalu. Pergerakan perlahan Yui membuat Rafael merasa lega, seakan mendapatkan secerca cahaya kebahagiaan. Yui mulai siuman, membuka matanya seindah mutiara hitam. “Yui!” seru Rafael penuh kebahagiaan, akhirnya putri tidur itu bangun juga. Gadis itu menoleh ke arah Rafael, berkedip beberapa kali lalu kembali melihat sekeliling. Ruangan yang familiar, sangat mirip dengan kamarnya. “Paman? Ini kamarku?” tanya Yui. Dahinya berkerut, dia ingat masih berada di istana kegelapan bersama dengan Yuan. “Bagaimana bisa aku di sini?”“Kalian sebenarnya ke mana?” tanya Rafael tanpa memberikan penekanan khusus, dia tidak ingin Yui berbohong. “Ada yang memberi kabar menemukan kalian di pinggir hutan dekat perbatasan Blackdragon. Penduduk desa yang menemukan kalian.”“Maaf,” balas Yui merasa bersalah. Tak seharusnya mereka pergi berdua saja, menyusup ke tempat berbahaya. “Aku panik, Paman
Yuasa dengan telaten memisahkan racun dari aliran darah Yui. Tidak seperti luka fisik yang bisa dengan mudah disembuhkan. Racun duri tanaman rambat ini telah menyusup ke dalam inti kehidupan Yui, bercampur dalam setiap nadinya. Dengan kemampuannya yang bagai mata air jernih, Yuasa menyelami setiap aliran darah Yui, memisahkan racun yang mengancam jiwa. Waktu merayap perlahan, detik demi detik terasa bagai siksaan bagi mereka yang menunggu.Rafael mondar-mandir bagai singa yang terkurung dalam sangkar, hatinya dipenuhi kecemasan yang menggerogoti. Penjelasan Rosaline bagai angin lalu, tak mampu meredakan badai keraguan dalam dirinya. Ia masih meragukan kemampuan Yuasa, meskipun secerca harapan telah menyala kembali. Sesekali, ia melirik Yui yang terbaring lemah, wajahnya pucat pasi bagai rembulan yang tertutup awan.“Paman, percayalah pada Kakak,” ucap Yuan, suaranya lembut namun penuh keyakinan. Meskipun Yuan masih belum yakin, dia percaya dengan instingnya. Aura Yuasa berbeda dari bi
Yuasa dengan hati-hati mengeluarkan kunci rune, ukiran kuno yang berdenyut dengan energi mistis, dan mengarahkannya ke ruang kosong di depannya. Udara berdesir dan bergelombang, seperti kain sutra yang ditiup angin, membentuk pusaran energi yang semakin lama semakin pekat. Gerbang dimensi ke dunia bawah, sebuah portal yang menghubungkan dunia kristal dengan alam kegelapan mulai terbuka. Aurum, dengan wujud manusianya yang gagah, berdiri di samping Yuasa, siap untuk melangkah melintasi gerbang dimensi. Sementara itu, Rosaline dengan cekatan menciptakan lapisan-lapisan barrier pelindung di sekitar Yuasa. Tangannya bergerak lincah, menenun barrier pelindung yang tampak seperti kubah transparan dengan rona kemerahan, melindungi Yuasa dari bahaya yang mungkin mengintai.“Cukup Rosaline,” ucap Yuasa dengan lembut. Dia menyentuh tangan Rosaline untuk menghentikan pekerjaannya. “Ini gerbang dimensi, bukan celah dimensi. Kita sudah pernah memasukinya, meskipun ada tekanan, tetapi barrier yang
Rasa syukur dan kekaguman memancar dari wajah-wajah mereka yang telah disembuhkan Yuasa. Mereka menatap sang raja dengan tatapan penuh hormat, seolah melihat dewa yang turun dari langit. Para tabib dan tenaga medis pun tercengang, kekuatan ajaib Yuasa telah melampaui batas pengetahuan mereka, membuka cakrawala baru dalam dunia pengobatan.“Rosaline tidak perlu memapahku, aku tidak apa-apa,” ucap lembut Yuasa melepaskan tangan Rosaline yang mencoba membantunya berjalan. Dia sedikit tidak nyaman dengan penilaian berlebih dari orang-orang di sekitarnya. “Mulai sekarang kau tidak bisa lagi mengenakan gaun, aku akan selalu memerlukanmu untuk menjadi pelindungku.”Rosaline tersenyum, sebuah senyuman yang mengisyaratkan kesetiaan dan kebahagiaan. Ia tidak lagi memapahYuasa, tetapi melingkarkan tangannya dengan mesra di lengan sang raja. “Tidak masalah, Yang Mulia,” jawab Rosaline riang. “Saya akan senang bisa menjadi pengawal Anda lagi.” Balai Pengobatan kini dipenuhi oleh lautan manusia ya
Langkah kaki Yuasa, sang raja, memasuki Balai Pengobatan dengan tegap, seolah lantai marmer pun tunduk di bawahnya.. Semua mata di balai itu, yang tadinya sibuk dengan hiruk pikuk kepanikan dan kesedihan, serempak beralih padanya. Sejenak, waktu seakan berhenti, lalu kembali berdetak. kehidupan di balai kembali berdenyut. Mereka kembali menjalankan aktivitas, mungkin menduga sang raja hanya datang untuk menyampaikan belasungkawa, sebuah tindakan diplomatis yang biasa dilakukan para petinggi kerajaan. Tak ada sorak-sorai, tak ada sambutan meriah, hanya tatapan kosong dan bisu yang menyambut kedatangannya, seolah hati mereka telah membeku, tertutup bagi raja mereka.“Siapa penanggung jawab Balai Pengobatan?” tanya Yuasa, suaranya bergema bagai dentang lonceng di tengah keheningan.Segera seseorang dengan tubuh ramping dan wajah dipenuhi peluh berlari dan membungkuk dalam-dalam di hadapan Yuasa. “Sa … saya, Yang Mulia,” jawab pria tersebut dengan suara bergetar karena takut.“Pisahkan ko
Aurum terbang membelah langit menuju Balai Pengobatan. Gedung itu menggeliat dipenuhi sesak manusia hingga ke serambi dan selasar. Pasien terlalu banyak sementara tenaga medis tidak sesuai jumlahnya. Aroma darah anyir menyeruak di udara, bercampur dengan bau obat-obatan yang menusuk hidung. Di mana-mana, terlihat para penyembuh sibuk membalut luka-luka menganga, bak sayatan pedang tak kasat mata, yang diderita para korban akibat munculnya celah dimensi.“Yang Mulia?” Rosaline menyentuh lengan Yuasa, wajahnya dibayangi kecemasan saat melihat wajah pucat sang Raja. Dia tahu betul pemuda yang dicintainya itu memiliki hati selembut sutra. Melihat rakyatnya terluka parah, hatinya pasti tercabik-cabik, remuk redam bagai dihantam palu godam. “Yang Mulia, Anda harus kuat.”“Rosaline, andai saja,” ucap Yuasa tercekat, tertahan di ujung kerongkongan bagai duri yang menusuk. Kedua tangannya bergetar hebat, menahan gejolak rasa tidak berdaya yang menyesakkan dada. Kehilangan kemampuan penyembuhny
Ibukota Kerajaan Cahaya.Langit bagaikan terbelah, suara retakan terdengar bagaikan suara gaung raksasa. Semua mata menyaksikan bagaimana celah dimensi perlahan-lahan terbuka semakin besar.“Demi dewa, apa yang terjadi?”“Langit! Langit terbelah!”Jeritan panik bercampur dengan hirul pikuk langkah kaki yang kalang kabut. Retakan tersebut perlahan mencapai tanah, seakan membelah langit hingga ke tanahi. Kepanikan melihat fenomena tidak biasa itu terjadi, Ibukota Kerajaan Cahaya yang ramai kini menjadi sepi seketika.Di dalam istana, Raja Yuasa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kabar tentang retakan dimensi terdengar ke telinganya, membawa angin dingin yang menusuk tulang.“Kerahkan pasukan, lindungi rakyatku!” titah sang raja suaranya bergema di aula istana. Yuasa berjalan keluar dan melihat dari dalam istana, langit terbelah dengan ratakan besar. “Celah dimensi,” gumamnya, hatinya dipenuhi firasat buruk.Seekor naga dengan sisik keemasan mendarat di halaman ist
Langit sudah gelap saat Yuan mencapai batas terluar wilayah Blackdragon. Tenaganya bagai lilin yang hampir padam, nyaris tak tersisai. Sepasang sayap yang selama ini membawanya terbang kini lenyap tanpa jejak, begitu pula dengan tanduk hitam di kepalanya yang menghilang bagai ditelan bumi. Kegelapan menelan kesadaran Yuan. Dia jatuh bebas dari ketinggian, meluncur bagai batu yang terlempar dari langit, ditarik paksa oleh cengkraman gravitasi. Suara dentuman keras terdengar, tubuh Yuan dan Yui menghantam tanah di pinggir hutan perbatasan Blackdragon. Mereka berguling-guling beberapa kali sebelum terhenti tak jauh dari sebuah desa kecil. Keduanya terkapar tak berdaya, tubuh mereka dihiasi luka-luka yang menganga. Seorang kakek tua yang sedang mencari kayu bakar, dikejutkan oleh pemandangan dua remaja yang terbaring tak sadarkan diri di pinggir hutan. Dengan langkah gontai, ia memeriksa mereka, memeriksa denyut nadi keduanya dengan hati-hati. “Mereka masih hidup!”. Kakek itu berlari ke
Seiryu hitam menyadari kedatangan Yui. Asap dan debu tidak mengganngunya sedikitpun. Seiryu hitam dengan kegesitannya yang mengerikan menyambar Yui dengan ekornya. Tubuh Yui terpental bagai boneka kain, menghantam dinding aula istana dengan dentuman keras. “Yui!” teriak Yuan, jantungnya mencelos menyaksikan kembarannya terkapar tak berdaya. Dalam kepanikan, Yuan lengah. Cakar Seiryu menembus tubuhnya, meninggalkan luka menganga yang meneteskan darah. Tubuh ramping Yuan terlempar ke samping Yui, meringkuk kesakitan. Leiz, dengan kesombongannya yang memuakkan, berjalan mendekati kedua anak kembar tersebut. Dia menendang tubuh Yuan yang penuh luka-luka dengan kasar. “Ternyata mudah menghancurkan kalian,” ucap Leiz dengan nada penuh ejekan, “Terima kasih sudah menghilangkan pelindung tongkat kristalku!”Leiz merampas tongkat kristal dari tangan Yuan. Dia mengumpulkan kekuatan untuk membuka kembali celah dimensi. Dia menyimpan Seiryu dan Byakko hitam, yakin bahwa kedua anak kembar itu t