Jono mendengar penjelasan Meena dan membuat kedua matanya terbuka lebar. Bagaimana semua itu seperti sebuah kebetulan? "Kau... sedang mengandung?" Meena mengangguk lemah, sorot matanya kuyu dan putus asa. "Mereka pasti tidak pulang ke rumah. Sungguh terlalu," lirih Meena lagi. "Haruskah aku memberi pelajaran pada Wiliam?" Meena menatap Jono sekilas. "Kau bilang tidak perlu repot-repot dengan orang yang tidak punya otak?" "Ya, benar, kau cepat belajar apa yang kunasehatkan padamu." "Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah memberikan pelajaran untuk Laila?" Jono mendesah berat, "Setiap kali aku melihat betapa lemah dan rapuhnya dia, aku sungguh tidak bisa melakukan apapun." Jono terdiam, ia teringat saat suatu malam Laila mendapatkan amarahnya yang begitu besar. "Sebenarnya aku sudah tak tahan lagi, Jonathan. Aku tidak bisa menipu diriku sendiri, kau menikahiku karena melihatku begitu menyedihkan, bukan? Kau menikahiku karena aku pernah berbuat baik, tapi aku sungguh t
Terakhir Diperbarui : 2024-06-21 Baca selengkapnya