Share

Seratus Tujuh

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-26 17:09:47

Tak ada yang membuat Laila semakin bahagia melainkan melihat Jono yang terkesan memaafkan dirinya.

Pria itu bahkan mau perduli dengan kehamilannya.

"Dia tau ayahnya, dia sudah mendengar suaramu," ujarnya pada pria itu dengan tersenyum. Ia sangat senang karena antusias Jono pada anaknya.

m

"Baiklah, meskipun aku tau ini cukup konyol, aku tidak mau menyesal di kemudian hari karena anakku tidak mengenalku dengan baik dan juga dia selalu cengeng sepertimu," katanya enteng.

Laila tersentuh dengan kelembutan Jonathan lagi, ia tau ia telah melakukan kesalahan pada pria ini namun inilah jalan yang harus ia lakukan.

Semua demi masa yang akan datang.

"Bolehkah aku menyentuhnya?" tanya Jonathan pada Laila.

"Tentu saja, kau bisa menyentuhnya, dan berbincang dengannya. Dengan begitu dia akan belajar untuk mengerti ayahnya," kata Laila kemudian.

Jonathan benar-benar menyentuh permukaan perut Laila dan ia mulai memikirkan dirinya yang akan menjadi ayah sebentar lagi.

Terasa gerak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Delapan

    Semua itu seperti bencana yang melanda hidupnya. Ia benar-benar putus asa bahkan sekedar berharap pria itu melihatnya. Setiap kali Jonathan menangisi Laila yang tidak kunjung sadar diri, Meena sangat sedih dan terluka. Ia membiarkan pria itu mencintai Laila, ia ingin melihat Jonathan bahagia. Namun begitu juga saat Jonathan tersakiti, ia adalah orang yang berpikir keras untuk membuat pria itu bangkit dan tetap bertahan. Andaikan Jonathan tau, tidak mudah baginya mengubur perasaan itu, mungkin pria itu akan tertawa mentertawakan hidupnya sangat keras. Akan tetapi tidak, ia hanya akan melihat apa yang terjadi pada kehidupan mereka masing-masing. "Tapi Jonathan, toh hal itu menguntungkan bagiku karena akhirnya aku tidak terlalu sakit hati atas perbuatannya padaku. Bagiku itu setimpal jika aku diselingkuhi." "Dasar bodoh! Leluconmu terlalu menjijikkan," kesal Jonathan kemudian. "Aku tidak akan menyukai perempuan yang menipu dirinya sendiri meskipun aku dikecewakan seperti in

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Sang Pewaris Buta    Seratus Sembilan

    Apa yang terjadi membuat Jonathan menganggap semua wanita sama saja. Ketulusan itu tiada dan sangat mengecewakan hatinya. Saat dirinya telah melupakan kesalahan Winda dan menikahi Laila, ia berfikir Laila berbeda. Akan tetapi ternyata Laila lebih mengecewakan. "Aku memang tidak menikahi Wiliam karena cinta, dan kami sudah sepakat untuk bersama dan membagi suka duka untuk bersama. Semua itu bukan berarti aku tidak tulus, bukan?" ujar Meena memberikan penjelasan pada lelaki itu. "Kalau kau merasa aku tidak tulus, kami berdua memang tidak tulus menjalani pernikahan ini. Kami menikah atas kesepakatan bersama." "Ini mengejutkan, Meena!" kesal Jonathan menatap kebodohan Meena. Pria itu beranjak pergi karena kesal dengan pemikiran gila Meena dan juga Wiliam. "Setidaknya kami tidak saling berkhianat, Jonathan!!" teriak Meena pada Jonathan yang melangkah pergi. Jonathan pergi ke lantai atas di area terbuka. Ia berdiri di tepi tembok menatap jauh ke hamparan bumi di hadapannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Sang Pewaris Buta    Seratus Sepuluh

    Sorot mata Jonathan begitu tajam menghujam membalas tatapan Jonathan. Meena menoleh ke asal suara dan sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Jonathan pada suaminya. "Jonathan, apa yang kau lakukan? Apa yang terjadi sebenarnya?" Meena tak mengerti, bahkan di saat seperti ini mereka masih sempat bertengkar. "Jonathan, please, tolong lepaskan dia, oke?" Melihat wajah Meena yang memohon padanya akhirnya iapun melunak. Sementara itu Wiliam melemparkan senyuman menyeringai karena berhasil membuat Jonathan mengetahui sebuah rahasia. Akan tetapi bagi Jonathan ucapan itu adalah ucapan yang tidak masuk akal. Tak lama kemudian sebuah mobil ambulans datang dengan suaranya yang khas. Laila akhirnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Saat ini Wiliam berada di mobil ambulans dan Jonathan membawa Meena dengan mobilnya. Wajah mereka tegang dan cemas. Pikiran mereka melayang pada kemungkinan yang bakal terjadi. Ya, melahirkan bayi bagi Laila adalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Sang Pewaris Buta    Seratus Sebelas

    Rahasia? Apa itu? "Apa maksudmu, Jonathan. Rahasia apa yang William katakan kepadamu? Aku tak mengerti," katanya sambil memiringkan kepalanya. "Aku juga tak percaya begitu saja. Apakah mungkin itu hanya alasan untuk membuat kesan kesalahan ada padamu." "Baiklah, katakan saja,. mungkin aku akan berbicara jujur." "Meena, Wiliam bilang kalau kau sebenarnya menyukaiku, apakah itu benar? Kurasa Wiliam mengatakan hal itu untuk menimpakan kesalahannya padamu. Jangan hiraukan apa yang dia katakan," kata Jonathan kemudian. Pertanyaan itu sungguh tak terduga bagi Meena, padahal ia telah berjanji untuk berbicara jujur. Bagaimana mungkin ia harus jujur menyukai suami adik saudara kembarnya sendiri. Meskipun dia adalah seorang wanita yang sangat suka berterus terang, dalam hal ini adalah pengecualian. "Kamu benar, Jonathan. Wiliam hanya mencari-cari kesalahanku, itu karena kita sering kali bersama dalam pekerjaan. Dia mungkin berfikir aku memiliki niat tertentu." "Dasar bodoh itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Sang Pewaris Buta    Seratus Dua Belas

    Dokter Anita ingin menyampaikan sesuatu pada Dokter Wiliam, akan tetapi ia sangat ragu dengan reaksi dokter Wiliam saat satu pasien ini mengalami sesuatu. "Ada apa sebenarnya, apakah ada sesuatu yang sangat penting?" "Mengenai Laila, aku harus mengatakannya demi keselamatan mereka." "Mereka?" "Dokter... kita tetap optimis meskipun semua terjadi diluar kendali kita sebagai seorang dokter." "Ah, Anda benar dokter Anita, Anda sedang memberikan harapan. Anda tau itu tidak mungkin bagi Laila." "Apa boleh buat, kita hanya bisa membuat suasana tetap damai dan menenangkan. Saya rasa anda juga setuju." Dokter Anita tetap tenang, iapun melepaskan kacamata yang melekat untuk membersihkan keringat di sela hidungnya. Meskipun ruang itu ber-AC dingin, nyatanya tetap membuatnya berkeringat saat berbicara dengan dokter Wiliam. Dia yakin, tidak mudah berbicara dengan dokter ini. "Baik. Apa yang ingin kau katakan?" ujarnya tegas. "Bayi Laila mulai lemah, dan dia harus dioperasi dala

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Belas

    "Wiliam, dia akan baik-baik saja, percayalah padaku." "Lalu apa yang harus kulakukan?" ujarnya lemah. Meena merasa sangat kasihan padanya, meskipun Wiliam suaminya, akan tetapi hati William selalu pada Laila. Tak jauh berbeda dengan dirinya yang dulu pernah menyukai Jonathan, meskipun ia lebih menahan diri dan menerima takdir pernikahan mereka. Ia merasa prihatin dengan kesedihan Wiliam yang mendalam saat ini. Dengan lembut Meena membelai Wiliam pada punggung pria itu dan memberinya pelukan hangat. "Laila akan baik-baik saja dan melahirkan bayinya dengan selamat. Aku yakin dia sangat kuat dan sehat setelah masa kritis ini. Sebaiknya kau tenang, Wiliam." William justru mengangkat pandangannya menatap lekat pada Meena yang menghiburnya. Iapun bisa merasakan ketulusan yang mendalam dari Meena atas sikapnya yang tidak seharusnya. Dia sadar akan hal itu, bahwa apa yang Meena lakukan adalah karena Meena sangat mengerti atas perasaannya saat ini. "Maafkan aku Meena, maafkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Belas

    Jonathan terlihat sangat putus asa saat mengatakannya. Meena yang juga melihat dokter keluar, ikut mendatangi dokter tersebut dan mendengar apa yang dikatakannya. "Syukurlah operasi berhasil. Keduanya dalam keadaan selamat. Dan bayinya laki-laki, selamat," kata sang dokter sambil tersenyum. Guratan letih terlihat di wajah dokter tersebut, dan kini Jonathan dan Meena tidak sadar tersenyum dan segera saling berpelukan karena senang. "Aduh," tiba-tiba ia mengaduh karena rasa tertekan di perutnya. Jonathan lupa kalau Meena juga mengandung sehingga pelukannya cukup mendesak perut besar Meena. "Oh, maaf. Aku terlalu senang sampai lupa dengan perutmu yang besar." Dokter yang melihatnya juga tersenyum, lalu berkata, "Laila akan segera dipindahkan di ruangan perawatan, kita berharap kondisinya semakin membaik setelah sadarkan diri nantinya." "Baik Dokter, kami akan menunggu." "Dan satu lagi, bayi Laila juga masih dalam inkubator karena belum cukup bulan, akan tetapi dia sehat s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Sang Pewaris Buta    Seratus Lima Belas

    Cukup lama Wiliam berada di sana dengan harapan bisa melihat Laila tersenyum. Akan tetapi wanita itu bahkan belum juga sadarkan diri. Karena teringat akan tugasnya sebagai dokter, pria itu akhirnya berdiri untuk meninggalkan Laila. Pada saat melangkah pergi, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya. "Dokter...," suara itu lirih dan lemah. Wiliam sangat terkejut dan iapun dengan cepat membalikkan tubuhnya ke asal suara. "Laila?" ujarnya tapi segera terpaku karena Laila masih memejamkan matanya. Penasaran, maka iapun mendekati Laila untuk memastikan. "Laila?" panggilnya sekali lagi. "Dokter...," lirih Laila dan hal itu membuat Wiliam sangat bahagia. "Akhirnya kau bangun, Laila. Oh, syukurlah...," lirihnya dan menggenggam erat tangan wanita yang lemah itu. "Istirahatlah, kau baik-baik saja sekarang," katanya menenangkan Laila. Perlahan Laila membuka matanya dan menatap sendu pada Wiliam. "Apakah bayiku baik-baik saja?" "Tentu, dia sehat dan sangat baik. Wajahnya tampan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Buta    TAMAT

    "Jonathan, bangunlah nak, sebaiknya kalian tidur di kamar kalian dan bukan di sini," bisik ibunya pelan sementara Jonathan masih belum penuh kesadarannya. "Ibu? Oh, tidak, aku ketiduran tadi." "Mana Mirna pengasuh kalian? Kenapa tidak ada di sini untuk menjaga mereka?" "Anu Bu, Ayah Mirna sakit keras sehingga ia harus ke rumah sakit." "Oh, begitu rupanya. Kalau begitu, bangunkan istrimu dan aku yang akan menjaga anak-anak malam ini." Jonathan sedikit malu, tapi tentu saja itu yang diharapkan. "Baik, Bu, aku akan membangunkan Meena terlebih dahulu." "Baik, bangunkan dia dan aku akan menyiapkan botol susu untuk anak-anak." Setelah ibunya pergi, Jonathan mendekati Meena yang terlelap sementara Juan masih menyusu di tubuhnya. Perlahan iapun mengusap puncak kepala Meena dengan lembut lalu menyentuh pipinya. "Sayang, kamu mau bangun apa enggak?" panggil Jonathan dengan terus membelai pipinya. "Hah? Eh, Jonathan?" "Iya, ini aku, suamimu." "Ya Tuhan, aku lupa. Aku hampir terkejut

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Puluh

    Winda berjalan mendekati dengan jantung berdetak hebat. Rasa malu bercampur marah seorang membayang di wajahnya. Akan tetapi ini adalah akhir dari perjalanan yang harus ia lakukan. Setelah semua ini, ia akan pergi menjauh dari pria pujaannya ini. Meena melihat wajah Winda yang tertunduk dalam membuatnya kasihan. "Winda..." "Selamat atas pernikahan kalian, Meena. Semoga kalian bahagia." Jonathan hanya diam melihatnya sementara Hanah melihatnya dengan wajah kesal. "Kamu tau sekarang, seorang lelaki itu tidak akan memaafkan perempuan yang berselingkuh, apa kamu mengerti sekarang?" Hanah berbicara blak-blakan, membuat Winda semakin sedih. "Maafkan aku atas semuanya. Aku sungguh minta maaf," wajah Winda kemerahan menahan air mata. Jonathan berharap penyesalan itu memang benar-benar ada pada wanita ini.Setelah mengatakannya Winda kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.Meena sedikit merasa bersalah atas kejadian itu. Iapun tak mengira akan seperti ini akhirnya."Aku mer

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Indriana menerimanya, akan tetapi telapak tangannya sudah penuh keringat dingin. Ia merasa inilah yang ia butuhkan selama ini. Sebuah bukti nyata yang bisa mengembalikan ingatannya pada masa itu. Jonathan membiarkan Indriana dalam pikirannya sendiri. Ia terus mencoba banyak hal untuk membantu Indriana pulih. Wanita itu terus membuka album dan melihat apa yang ada di sana. Entah mengapa dadanya bergemuruh hebat saat melihat wajahnya berada di setiap lembar foto di sana. "Aku tak menyangka memiliki kenangan yang begitu indah seperti ini." Indriana melihat sendiri betapa indah senyum yang ia miliki dahulu. Senyum seorang wanita yang penuh kebahagiaan. Pada foto pernikahan itu iapun bisa menyaksikan tatapan matanya yang mencintai Jovan. "Ini adalah pernikahan kita?" tanya Indriana takjub. Jovan hampir menitikkan air matanya karena sangat sedih saat ini. Semua kebahagiaan yang pernah mereka miliki bersama menghilang begitu cepat. Karena tiga bulan setelah itu Indriana meng

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Delapan

    Meena terpaksa mencobanya karena permintaan Indriana dan cincin itu sangat pas di jarinya. "Itu sangat pas sama kamu, Meena." Meena mengedikkan bahunya, ia masih tak mengerti. "Kalau begitu, aku akan menikahimu saja, apakah kamu bersedia?" Meena melotot tajam, jadi benar Jonathan sedang bermain-main? "Jonathan, apa maksudmu?" "Ayah, ibu... sebenarnya wanita itu adalah Meena. Wanita yang kusukai adalah Meena, dan sekarang aku ingin mendengar jawaban dari Meena." Indriana lebih terkejut lagi, ia tak menyangka Meena adalah gadis yang dimaksud Jonathan. "Kamu Serius?" "Tentu saja aku serius, Bu. Aku tau Meena adalah yang terbaik untukku dan juga untuk Juan. Apakah menurut ibu tidak seperti itu?" Indriana menatap Meena tak bisa menahan untuk tersenyum. Tentu saja itulah yang ia harapkan selama ini. "Aku sudah pernah menjodohkan kalian dahulu, tapi kalian tidak menuruti keinginan ibu, hah?" Ya, Jonathan juga ingat waktu itu dirinya menolak mentah-mentah tawaran ibuny

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Jovan mendengarkan dengan serius, dia tidak mengerti siapa wanita itu kali ini. "Kalau begitu, perkenalkan dia pada ayahmu ini, ayah senang mendengarnya, Juan membutuhkan seorang ibu, seharusnya kalian cepat menikah saja." Jonathan tersenyum, tidak sulit mendapatkan persetujuan semacam ini bukan? "Lalu bagaimana dengan ibu? Apakah ibu setuju kalau aku cepat menikah?" Indriana terdiam, ia tidak terlihat antusias. "Aku tidak yakin wanita seperti apa lagi yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Tapi aku sudah kehabisan kata-kata untuk membuatmu sadar." Jawaban ibunya membuat Jonathan tidak puas samasekali. "Ibu tidak setuju aku menikah lagi?" "Bukan begitu, Jonathan. Ibu hanya ingin mengenal wanita seperti apakah dia itu. Ibu tentu saja merasa kuatir dengan kisahmu dalam menjalani rumah tangga. Ibu takut kamu terluka lagi." "Ibu, aku tidak seperti ayahku,.dia hanya setia dengan satu wanita saja, bukankah begitu, Ayah?" Jovan dan Indriana tertawa kecil dan sedikit t

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Enam

    Tentu saja itu sangat penting, apakah kamu tidak berniat memberi tau? batin Meena, ia tetap diam tidak mengatakan apapun. "Terserah, kalau menurutmu penting, suatu saat kau pasti akan memberi tau padaku. Tapi sebenarnya... ini cukup berlebihan, aku bahkan tidak berharap kau bertindak sejauh ini. Bagiku, sudah cukup jika kamu mencintaiku." "Kenapa aku merasa wanita tidak seperti itu, Meena? Winda dulu juga begitu, tapi ternyata..." "Lihatlah, kamu masih juga membawa-bawa masa lalu. Aku berharap menjadi wanita yang cukup pintar sehingga tidak terlalu menunggu dan menuntut pemberian seorang laki-laki. Akan tetapi sebenarnya banyak juga kejadian wanita jadi besar kepala kalau sudah menghasilkan uang sendiri. Apakah kamu tidak takut aku menjadi seperti itu?" Jonathan hanya tersenyum tipis dan melangkah pergi, "Lakukan dan tunjukkan sifat aslimu secepat mungkin, Meena. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti dan memutuskan apakah aku bisa bertahan atau tidak, seperti yang sudah lewat

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Lima

    Ruangan itu sungguh diluar ekspektasinya. Bisa dibilang ruangan yang ditata begitu estetik dengan berbagai macam peralatan mewah. Ada satu meja besar dengan berbagai macam peralatan dan juga manekin dalam berbagai pose. Ada dua buah perangkat laptop dan juga monitor dinding yang besar. Meena bahkan tidak tau kapan ruangan ini di desain dan diubah menjadi seperti ini. "Apakah ini sungguh ruangan milikku?" Meena berbicara sendiri. "Tentu saja, ini adalah hadiah dariku. Kamu suka?" "Tapi... kenapa kau memberikan hadiah semahal ini? Aku...." "Apa yang harus ku berikan untuk wanita yang begitu spesial di hatiku? Aku juga tidak tau apakah ini cukup spesial. Selain itu... kau mungkin sangat kesal kepadaku akhir-akhir ini." "Jadi maksudmu?' "Kamu tidak akan melihatku dari sini, kau bisa fokus bekerja. Haruskah aku membuat area bermain untuk anak kita?" Meena tentu saja sangat terperangah, "Jangan keterlaluan, apa yang akan mereka katakan nantinya?" "Jangan perdulikan merek

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Empat

    Meena menghempaskan dirinya di pembaringan. Ia teringat dengan bagaimana Jonathan bersikeras untuk menikahinya. Egonya setinggi ini untuk menolak tawaran yang dulu begitu ia inginkan. "Aku merasa sangat marah, aku juga bingung harus bagaimana," lirihnya mematut dirinya di cermin. Wajahnya... ia teringat dengan Laila yang begitu dicintai Jonathan. Ia sedikit terganggu karena bisa jadi Jonathan hanya ingin mengabadikan wajahnya demi Laila di sisinya. "Kenapa semua ini membuatku semakin bodoh dan takut?" gumamnya lagi. Adapun Jonathan melakukan hal yang sama di kamarnya. Ia melihat dirinya di cermin dan berkata, "Aku ingin tau dan penasaran, apakah kamu hanya mengoleksi banyak sekali fotoku tanpa tujuan? Seharusnya kau menerimaku karena aku yakin kau membutuhkanku," ujarnya pelan. "Tapi baiklah, kita lihat nanti apa yang akan kau lakukan," ujarnya kemudian. Keesokan harinya Jonathan berangkat bekerja tanpa menjemput Meena. Pria itu bahkan tidak menjenguk Juan pagi ini. "J

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tiga

    "Kau masih tak mengerti? Aku bilang aku akan menjalani hidup ini bersamamu sampai akhir, kenapa kau masih berkeras menolakku?" "Tapi Jonathan..." "Kau menyukaiku, aku ingat sekarang bahwa Wiliam pernah mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Sayangnya aku tidak pernah memikirkannya." Meena sedikit terkejut. Ia tak menyangka Wiliam mengatakan hal bodoh semacam itu pada Jonathan. "Maafkan aku karena keadaan tidak memungkinkan bagiku pada waktu itu. Kau tau aku menyimpan rasa bersalah karena Laila juga tidak pernah mendapatkan cinta dariku saat dia menjadi istriku. Aku hanya seorang lelaki dingin dan bodoh." "Aku membuatnya menderita dan pergi dari rumahku, sehingga dia sangat terpuruk sendirian." "Jadi kau menikah karena penyesalan?" tanya Meena penasaran. "Begitulah, dia sebenarnya menyukaiku sebelum ingatannya hilang," ujarnya. "Tapi pada akhirnya saat dia menemukan cinta itu, semuanya sudah terlambat." Meena terdiam memikirkannya, akan tetapi hatinya masih dipenuhi ke

DMCA.com Protection Status