Home / Rumah Tangga / Sang Pewaris Buta / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Sang Pewaris Buta : Chapter 81 - Chapter 90

141 Chapters

Delapan Puluh Satu

Jono tau, semua datang terlambat dan baru menyadari setelah Laila mengalami semuanya ini seorang diri. Ia baru saja menyadari rasanya ditinggalkan meskipun bukan dikhianati. Rasa itu lebih dari rasa marah yang tidak berdaya. Ia tak berdaya untuk memohon meskipun ia bisa melakukannya. Laila menatapnya dalam diam, seperti teringat dengan sesuatu. Hal itu membuat Jono berdebar dan matanya berbinar penuh harap. "Kita pernah bersama?. Seperti apa?" ujar Laila. "Ya, kita bersama, tidur bersama dan juga makan bersama, apakah kau ingat?" lagi-lagi pertanyaan itu yang keluar dari lisan Jono. "Tapi...." Jono sedikit tegang, mungkin saja ada terlintas sesuatu yang membuatnya teringat. "Ya..." "Aku mengantuk, aku mau tidur." Kekecewaan itu bukan untuk yang pertama kali dalam sehari. Setiap kali Laila berbicara, selalu saja rasa berharap itu ada. Jono membenahi makanannya dan membantu Laila untuk berbaring. Laila berbaring miring sehingga mereka berhadapan dan saling menata
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Tujuh Puluh Dua

Berani-beraninya dokter itu menunda pertemuan dengan Meena yang sudah sangat rindu melihatnya. Tentu saja Meena langsung berontak. (Aku sudah mau berangkat, kenapa enak sekali membatalkan? Kau kira kau siapa! Hah?!) Meena memekik di ponsel membuat pria itu menjauhkan ponselnya. (Meena, kamu seperti singa, kenapa galak sekali?) (Tunggu aku, atau aku akan datang ke rumahmu!) Ancam Meena membuat Dokter Wiliam gelagapan. (Oke, cepatlah. Aku sudah kelaparan) (Oke, aku sudah ke sana, kenapa nggak ditutup telponnya?)Meskipun dengan balutan dress yang sempit, Meena masih bisa bergerak tanpa ragu. Gadis itu sangat lincah dan cekatan. Meena berlarian menyiapkan dirinya, menyambar tas menyambar kunci mobil dan sepatunya sehingga ia tidak lagi sempat memakai sepatu saat memasuki mobilnya. Dengan sekali hentakan ia menstarter mobil dan melaju padahal ponsel masih di telinganya. Akan tetapi memang seperti itulah Meena dalam melakukan sesuatu. Terlihat asalan tetapi akurat. Dokter
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Delapan Puluh Tiga

Suara Wiliam meninggi, sampai-sampai beberapa perawat yang melintasi mereka terkejut dengan suara dokter Wiliam yang terkenal cool itu. Sementara itu Meena malah tersenyum seperti meraih kemenangan. Saat dokter Wiliam mengabaikan dan menjauh darinya, Meena melingkarkan kedua tangannya membentuk lingkaran yang meneropong tubuh dokter itu yang menjauh. Seperti dugaannya, dokter Wiliam menoleh ke arahnya saat di sudut lorong. Pada saat itu Meena menjadikan lingkaran jarinya berubah menjadi simbol love. Hal itu membuat Dokter itu sekali lagi menggelengkan kepalanya karena semakin gila saja tingkah gadis ini. Meena terkikik sendiri dan segera pulang. "Aku akan terus mendekat sampai mendapatkanmu," kata Meena saat itu. ### Hari operasi telah tiba. Beberapa dokter ahli berkumpul dan sedikit mengadakan breefing sebelum mulai mempersiapkan segalanya. Seperti biasa, Dokter Wiliam didera gugup karena harus menangani Laila. "Ingat Dok, dia butuh kerja keras kita, abaikan per
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Delapan Puluh Empat

Bukan kali ini saja, Wiliam mengatakan hal-hal yang sensitif seperti ini. Dia masih saja keceplosan mengungkapkan perasaannya meskipun tau Jono adalah orang yang sangat pencemburu. Dan Dokter itu juga telah menyakiti perasaan Meena yang mengaguminya. Hati Meena mencelos, akan tetapi bukan Meena kalau tidak bisa menahan perasaannya. Ia cukup tahan banting untuk merasa sangat tersakiti. "Oh sudahlah, kalian tidak perlu bertengkar dengan hal sepele begini. Apapun masalah kalian tidakkah kalian tau apa yang kita harapkan dari semua ini?" "Meskipun kita semua tidak melakukan apapun, kita memiliki tujuan yang sama, berharap kesembuhan Laila, apa aku salah?" Wiliam dan Jono yang saling melemparkan pandangan tajam menghujam kini mengendur dan berpaling masing-masing. Meena sukses melerai mereka berdua. Untuk beberapa lama Laila akhirnya sadarkan diri. Meskipun tatapan matanya masih kosong, wanita itu mulai mengerjap dan memikirkan sesuatu. "Dimana aku sekarang?" katanya pada Jono yang
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Delapan Puluh Lima

Meena membalas tatapan Wiliam dengan bibir yang tersenyum indah. Lalu iapun menopang di dagunya dengan jemarinya yang melengkung di atas meja. "Apa aku masih kurang blak-blakan? Dengan semua sikapku ini? Aku ABG yang tergila-gila dengan idol? Astaga," Meena masih tersenyum, akan tetapi hatinya sangat sakit mengingat betapa terobsesinya pria ini pada Laila. "Bisa saja kau hanya obsesi liar padaku, kau sungguh membuat lelucon setiap waktu." "Bagaimana denganmu? Jonathan cemburu karena kau juga terobsesi dengan Laila?" "Hah, itu tidak benar," pria itu langsung menepis anggapan Meena. "Sudahlah, kau mau pacaran denganku atau tidak? Kalau enggak maka aku masih akan menggodamu seperti biasa." "Oh Meena, kenapa kamu..." "Aku penasaran, saat aku melihatmu, aku merasa hidupku bakal damai sepanjang hidupku," ujarnya serius. "Baiklah, mari kita lakukan. Apa kau bisa menjadikan aku berguna seperti itu. Menjadi lelaki yang membuat hidupmu damai sepanjang masa." "Apa kau serius?"
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Delapan Puluh Enam

Meena benar-benar dibuat takjub dengan penampilan Wiliam. Pakaian kasual membuatnya terlihat semakin berbeda. Matanya sampai tak berkedip menatap pria itu. "Kamu keren sekali dengan pakaian itu, siapa yang tau kalau kamu ini seorang dokter," cicit Meena membuat Wiliam tertawa. "Jangan melucu terus Meena, apa hidupmu tak bisa sedikit serius?" ujarnya, meskipun sebenarnya ia cukup menikmati keceriaan Meena saat ini. Gadis itu hanya nyengir dan masuk ke dalam untuk mengganti pakaiannya. Meena bergegas dengan merias dirinya. Polesan sederhana dan juga pakaian yang sama kasualnya, membuat mereka berdua semakin serasi. "Sayang, kalau mau beli makanan, aku mau salad buah aja ya, tapi... kau mau apa?" "Siapa bilang kita mau makan sayang, kita kan mau ke rumah pasien yang rawat jalan, kebetulan dia minta tolong buat ganti infus, maklum masih kerabat teman dekatku. Nggak apa ya?" "Ah, begini rasanya punya pacar dokter. Baiklah, aku akan menemanimu meskipun harus ke ruang operasi
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Delapan Puluh Tujuh

Nasehat Jono seperti seorang ayah kepada putrinya. "Kau sungguh Pak tua," cibir Meena. "Meena,. bisakah kau membantuku? Pekerjaanku hampir berantakan karena kesibukanku di rumah sakit. Kalau kau bisa maka setidaknya akan meringankan tugasku." Meena tersenyum bangga, "Tentu saja aku bisa, jangan kuatir, aku orang yang paling bisa diandalkan, oke?" Jono menatap tak percaya dengan sikap percaya diri Meena. Pantas saja ibunya menyukai gadis periang dan selalu optimis ini. Bahkan dia juga sangat mudah dan tanggap dalam sebuah pekerjaan. Lama mereka terlibat dalam urusan kantor hingga panggilan di ponsel Meena berdering. "Hubby Call..." tertera di layar dengan profil potret Wiliam dan Meena berpose di sebuah tempat. Jono bisa melihatnya dengan jelas saat Meena segera mengangkat panggilan itu. (Hubby... ada apa?) sapa Meena manja seperti biasa. (Ini sudah waktu makan siang, kamu ada di mana sayang?) (Oh, aku sedang merapikan berkas di kantor Jonathan, sebentar lagi aku ak
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Delapan Puluh Delapan

Wiliam menyentuh perlahan telapak tangan Meena dengan lembut. Sesungguhnya Wiliam mulai menyadari kekosongan hubungan diantara mereka berdua.Secara kasat mata, mereka adalah pasangan serasi yang penuh canda tawa. Meskipun begitu sebenarnya mereka telah melalui banyak hal dan mencoba yang terbaik untuk bisa bersama. Namun, Wiliam tau hatinya pun terasa berat."Jika kau berharap aku seperti Jonathan, apakah kita harus mengalami hal yang sama dengan mereka?" lirihnya. "Kenapa kita harus terlibat dalam hubungan orang lain, ini tidak adil, Meena?""Begitu juga aku yang merelakan Laila bersamanya, aku yakin inilah yang pantas dalam hidup ini, bagaimana denganmu Meena?"Meena terpaku menatap Wiliam yang terlihat penuh kesedihan."Jadi sebenarnya... apa maksudmu...""Kau menyukai Jonathan, Meena. Bukan aku orang yang ada di hatimu."Meena menggigit bibirnya kuat, ia melepaskan genggaman Wiliam dan membuang muka."Tidak mungkin! Tau apa kau tentang perasaanku?!" Meena merasa marah dengan k
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Delapan Puluh Sembilan

Kepala Meena berdenyut hebat sehingga keseimbangan tubuhnya terganggu. Akan tetapi saat Jono membantunya suara Laila terdengar memanggilnya. Meena harus menguatkan dirinya untuk menjaga keseimbangan. Jangan sampai kehadirannya malah merepotkan. "Aku baik-baik saja, Jonathan. Dengar, sepertinya Laila bangun dari tidurnya." Jonathan membantu Meena sebentar dan melihat ke arah Laila. "Apa kamu haus, Laila?" dengan segera Jono mengambil minuman setelah Laila mengangguk. Pria itu membantu Laila minum dengan telaten lalu Laila kembali tidur. Jono mendekati Meena yang duduk di kursi, dan iapun memberikan minyak esensial untuk meredakan pusing. "Terimakasih, aku malah merepotkan kamu." "Tak apa-apa, tapi... kenapa tidak menghubungi Wiliam? Sebaiknya Wiliam mengantarkan kamu pulang, hmm?" "Tidak, Jonathan, dia ada jadwal operasi yang lumayan padat hari ini. Dia seorang dokter, aku tidak mau mengganggunya saat dia berjuang mengobati orang lain." Jono manggut-manggut, ia t
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Sembilan Puluh

Hampir saja, sikapnya sungguh diluar kendali. Diapun bangkit dan menuju ruang dapur untuk membuat secangkir kopi. Setelah selesai iapun membawa kopi tersebut di ruang tamu dimana Jono sudah berada di sana. "Maaf kalau aku tadi kasar sama kamu ya. Aku tidak biasa dilayani begitu saat sakit. Kamu tau kan aku biasa hidup sendiri?" kata Meena dan iapun duduk di kursi yang berhadapan dengan Jono. "Iya, nggak masalah kok. Tapi bener, baru ini aku melihatmu begitu marah sehingga aku sangat terkejut." "Mungkin karena kurang istirahat, jadi anemiaku kambuh. Tapi dengan istirahat sih udah sembuh," terangnya. Jono menyeruput kopi buatan Meena dan tersenyum. "Kopi ini enak, terimakasih ya." Meena tersenyum, lalu mengambil kotak pemberian Jono. "Sebenarnya aku cuma bercanda, tapi kamu malah serius begini," kekeh Meena. "Nggak masalah asal kamu senang." "Bagaimana nggak senang kalau ini hadiah darim..." hampir lagi, Meena benar-benar sedang kacau saat ini. Semoga saja Jonathan t
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status