Beranda / Rumah Tangga / Sang Pewaris Buta / Delapan Puluh Sembilan

Share

Delapan Puluh Sembilan

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-19 20:07:10

Kepala Meena berdenyut hebat sehingga keseimbangan tubuhnya terganggu.

Akan tetapi saat Jono membantunya suara Laila terdengar memanggilnya.

Meena harus menguatkan dirinya untuk menjaga keseimbangan. Jangan sampai kehadirannya malah merepotkan.

"Aku baik-baik saja, Jonathan. Dengar, sepertinya Laila bangun dari tidurnya."

Jonathan membantu Meena sebentar dan melihat ke arah Laila.

"Apa kamu haus, Laila?" dengan segera Jono mengambil minuman setelah Laila mengangguk.

Pria itu membantu Laila minum dengan telaten lalu Laila kembali tidur.

Jono mendekati Meena yang duduk di kursi, dan iapun memberikan minyak esensial untuk meredakan pusing.

"Terimakasih, aku malah merepotkan kamu."

"Tak apa-apa, tapi... kenapa tidak menghubungi Wiliam? Sebaiknya Wiliam mengantarkan kamu pulang, hmm?"

"Tidak, Jonathan, dia ada jadwal operasi yang lumayan padat hari ini. Dia seorang dokter, aku tidak mau mengganggunya saat dia berjuang mengobati orang lain."

Jono manggut-manggut, ia t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh

    Hampir saja, sikapnya sungguh diluar kendali. Diapun bangkit dan menuju ruang dapur untuk membuat secangkir kopi. Setelah selesai iapun membawa kopi tersebut di ruang tamu dimana Jono sudah berada di sana. "Maaf kalau aku tadi kasar sama kamu ya. Aku tidak biasa dilayani begitu saat sakit. Kamu tau kan aku biasa hidup sendiri?" kata Meena dan iapun duduk di kursi yang berhadapan dengan Jono. "Iya, nggak masalah kok. Tapi bener, baru ini aku melihatmu begitu marah sehingga aku sangat terkejut." "Mungkin karena kurang istirahat, jadi anemiaku kambuh. Tapi dengan istirahat sih udah sembuh," terangnya. Jono menyeruput kopi buatan Meena dan tersenyum. "Kopi ini enak, terimakasih ya." Meena tersenyum, lalu mengambil kotak pemberian Jono. "Sebenarnya aku cuma bercanda, tapi kamu malah serius begini," kekeh Meena. "Nggak masalah asal kamu senang." "Bagaimana nggak senang kalau ini hadiah darim..." hampir lagi, Meena benar-benar sedang kacau saat ini. Semoga saja Jonathan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh Satu

    "Kamu selalu mengatakan hal itu berulang kali, aku jadi takut kamu merasa bersalah," kata Jono kemudian. "Kamu tau cuma itu yang bisa aku lakukan untuk siapapun. Dan juga Meena, kenapa dia belum kelihatan sejak kemarin?" "Meena sedang berkunjung di keluarga Wiliam,. hubungan mereka semakin serius," terang Jono kemudian. Laila terdiam, berita itu membuatnya tidak nyaman. "Laila, setelah kamu dinyatakan bisa pulang, maka kita segera menikah," kata Jono dengan senyum indahnya. "Menikah?" "Hmm, bukankah kita telah sepakat?" "Apa itu tidak terlalu terburu-buru?" "Andai saja bisa hari ini, maka hari ini juga aku akan menikahimu, buat apa menunda-nunda sementara kita sudah sepakat?" Laila tersenyum, ia tau hari ini akan terjadi. Ia tau bahwa ia tidak bisa terlepas dari masa lalu dimana iapun pernah menyukai pria ini. Bahkan di hari-hari selanjutnya, Jono tidak pernah melupakan pernikahan mereka dahulu. "Tentu saja kita akan menikah, kamu tidak usah kuatir, toh ini bukan y

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh Dua

    "Aku sudah membicarakan hal ini dengan Laila dan dia setuju untuk menikah cepat karena seperti yang kamu ketahui, dia tidak punya tempat kembali," katanya. "Itu tidak benar, Jonathan. Dia punya Meena dan bisa mengurus Laila dengan baik. Seolah-olah Laila itu cuma milikmu?" cibir Wiliam dengan tenang. Jono menatap kesal pada Wiliam, "Apapun itu, Laila akan menikah denganku, kamu hanya perlu kasih tau kapan dia bisa pulang." "Baiklah, aku akan tanyakan pada dokter Anita, dia yang akan menentukan kapan Laila bisa pulang. Oke?" Meena melihat obrolan serius segera mendekat. "Jonathan, aku dengar kalian segera menikah?" Meena menatap Jono yang terlihat bahagia. "Benar, tapi entah bagaimana dokter ini karena masih menahannya berada di sini, membuatku kesal saja!" Wiliam langsung melotot sementara Meena terkikik. Mereka berdua masih saja tidak akur padahal sudah mau jadi saudara. Sungguh terlalu, batin Meena. "Benar, Wiliam. Mempelai pria sudah nggak sabaran, cepat saja dip

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh Tiga

    Laila tertawa dengan tingkah lucu mereka. Memang benar kata Meena, bahwa diantara mereka tiada hari tanpa keributan. Wiliam yang mendengar ucapan Jono langsung menyorotkan tatapan kejam. Bagaimana bisa menyimpulkan Laila hanya bosan dengan dokter di sini, dia pasti memaksudkan dirinya. "Sudahlah, jangan bertengkar terus. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana kalau kalian jadi tetangga, apa kalian masih akan ribut?" Meena sedikit terkejut. Bagaimana Laila bisa lebih tau duluan dibandingkan dirinya? Ah, Wiliam pasti sudah membocorkan hal ini sebelum dirinya. Ini sungguh tidak adil bukan? "Jadi kamu sudah tau ya kalau kita bakal bertetangga?" cicit Meena mendekati Laila lalu ia membantu merapikan rambut Laila yang sedikit berantakan. "Tentu saja, dia memang diam-diam membelinya, tapi sudah cerita sama aku," Laila tersenyum-senyum mengatakannya. "Apa yang kalian bicarakan? Bertetangga bagaimana maksudnya?" "Wiliam membeli rumah di dekat rumah kita, Jonathan. Dia ingin aku da

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh Empat

    "Jangan sampai kamu merasa menyesal menikahiku, wanita yang tidak kamu cintai," kata Meena pelan, ia hampir menangis mengatakannya. "Ada apa denganmu Meena? Apa yang kau pikirkan sebenarnya?" tiba-tiba Wiliam menghentikan laju mobil secara tiba-tiba sehingga Meena hampir saja terbentur dasbor. "Sejauh ini kita melangkah, hanya ini yang kau pikirkan? Kamu bertingkah seperti anak SMP, Meena?!" "Wiliam, aku takut kamu tidak benar-benar mencintaiku. Kamu terlihat tegang saat kita kembali dari rumah sakit, apa karena Laila? Jujurlah kepadaku, aku..." "Apa katamu? Kamu pikir... astaga, kamu paranoid, Meena?!" kesal Wiliam. Meena meneteskan air matanya. Memang benar bahwa iapun menyukai Jonathan, akan tetapi ia telah sejak lama mengubur perasaan itu dalam-dalam. Ia juga sangat tau kalau Wiliam menyukai Laila, tapi kenapa dia tidak bisa mengendalikan perasaannya padahal sudah tau kalau mereka akan menikah? "Baiklah Wiliam, aku akan percaya padamu, tapi tolong seandainya bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh Lima

    Soal hati, siapa yang akan perduli saat ini? Terlalu banyak apa yang telah Jonathan berikan untukku saat ini, apalagi yang kucari?" Semua pasti akan ada pelajaran yang bisa diambil dan ia akan mencoba mencintai seorang yang seharusnya, batin Laila kemudian. Hati dan perasaannya bukanlah satu-satunya hal yang harus ia pikirkan akan tetapi bagaimana ia akan membalas bantuan dari Jono untuknya, untuk menyelamatkan hidupnya. Laila akhirnya tertidur, ia merasa letih saat ini. ### Hari berganti, saat pernikahan itu benar-benar datang. Aroma bahagia tercium di setiap sudut area pesta pernikahan Laila dan Jonathan. Meskipun pesta itu tergolong kecil, namun kemewahan tidak bisa dipungkiri. Jonathan menata semuanya dengan artistik meskipun dengan model minimalis. Tidak banyak yang diundang bahkan terkesan tertutup dari media. Hanya beberapa orang saja dari kreator yang akan mengabadikan momen tersebut. Laila duduk di sisi ruangan dengan gaunnya yang berkilau, sementara M

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh Enam

    Sebulan kemudian, Wiliam benar-benar menikahi Meena.Sebagaimana Laila, Wiliam menyelenggarakan pesta yang tidak terlalu besar.Itu adalah kesepakatan mereka berdua demi menjaga perasaan Laila.Meena dan Wiliam tinggal di rumah besar di samping Laila sehingga komunikasi diantara mereka sangat dekat."Meena, ingatkan Laila untuk kontrol bulan ini, aku khawatir dia melewatkan," kata Wiliam yang sedang mematut dirinya di depan cermin sementara Meena sedang memperbaiki hairdryer miliknya."Sayang, kamu sudah mengingatkan untuk yang ke delapan kalinya soal kontrol Laila, aku belum pikun sayang," keluh Meena yang masih serius dengan pekerjaannya."Ini sangat penting, Meena, jangan sampai lupa.""Baiklah, aku akan ke sana setelah kamu dan Jonathan berangkat kerja. Kalau perlu aku yang akan membawanya ke rumah sakit, hmm?"Wiliam tak menjawab, lalu ia mendekati Meena dan mencium singkat puncak kepala sang istri."Aku pergi dulu ya, sepertinya akan sangat sibuk hari ini.""Baiklah, hati-hati d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Sang Pewaris Buta    Sembilan Puluh Tujuh

    "Itu tidak benar, Laila. Kenapa kau bisa mengatakan sama saja? Jika menunda lebih baik, maka sebaiknya menunda dulu, sehingga benar-benar pulih," bisik Wiliam dengan nafas sesak. "Wiliam, tolong lepaskan aku... ini tidak benar, semua sudah terjadi, aku tidak bisa..." Laila berontak karena Wiliam terus memeluknya erat. Pria itu melepaskan Laila tetapi jelas terlihat semburat merah di matanya. "Jadi kau sungguh hamil, Laila?" Wanita itu mengangguk. "Apa kau masih perduli dengan kesehatanmu, Laila? Tolong untuk mengerti, jangan membuatku merasa gagal sebagai dokter yang merawatmu." "Kamu tidak bersikap seperti dokter, Wiliam. Kamu juga harus ingat bahwa kamu adalah suami Meena saudaraku." Laila tersenyum saat mengatakannya, membuat Wiliam bingung. "Apa kamu bersikap seperti pasien? Kamu tau ini membuatku frustasi bukan?" Laila terdiam, ia juga tidak seharusnya memprovokasi Wiliam. Jonathan mencintainya, begitu juga pria ini meskipun ia telah menikahi Meena. Betapa tidak tau dir

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Buta    TAMAT

    "Jonathan, bangunlah nak, sebaiknya kalian tidur di kamar kalian dan bukan di sini," bisik ibunya pelan sementara Jonathan masih belum penuh kesadarannya. "Ibu? Oh, tidak, aku ketiduran tadi." "Mana Mirna pengasuh kalian? Kenapa tidak ada di sini untuk menjaga mereka?" "Anu Bu, Ayah Mirna sakit keras sehingga ia harus ke rumah sakit." "Oh, begitu rupanya. Kalau begitu, bangunkan istrimu dan aku yang akan menjaga anak-anak malam ini." Jonathan sedikit malu, tapi tentu saja itu yang diharapkan. "Baik, Bu, aku akan membangunkan Meena terlebih dahulu." "Baik, bangunkan dia dan aku akan menyiapkan botol susu untuk anak-anak." Setelah ibunya pergi, Jonathan mendekati Meena yang terlelap sementara Juan masih menyusu di tubuhnya. Perlahan iapun mengusap puncak kepala Meena dengan lembut lalu menyentuh pipinya. "Sayang, kamu mau bangun apa enggak?" panggil Jonathan dengan terus membelai pipinya. "Hah? Eh, Jonathan?" "Iya, ini aku, suamimu." "Ya Tuhan, aku lupa. Aku hampir terkejut

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Puluh

    Winda berjalan mendekati dengan jantung berdetak hebat. Rasa malu bercampur marah seorang membayang di wajahnya. Akan tetapi ini adalah akhir dari perjalanan yang harus ia lakukan. Setelah semua ini, ia akan pergi menjauh dari pria pujaannya ini. Meena melihat wajah Winda yang tertunduk dalam membuatnya kasihan. "Winda..." "Selamat atas pernikahan kalian, Meena. Semoga kalian bahagia." Jonathan hanya diam melihatnya sementara Hanah melihatnya dengan wajah kesal. "Kamu tau sekarang, seorang lelaki itu tidak akan memaafkan perempuan yang berselingkuh, apa kamu mengerti sekarang?" Hanah berbicara blak-blakan, membuat Winda semakin sedih. "Maafkan aku atas semuanya. Aku sungguh minta maaf," wajah Winda kemerahan menahan air mata. Jonathan berharap penyesalan itu memang benar-benar ada pada wanita ini.Setelah mengatakannya Winda kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.Meena sedikit merasa bersalah atas kejadian itu. Iapun tak mengira akan seperti ini akhirnya."Aku mer

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Indriana menerimanya, akan tetapi telapak tangannya sudah penuh keringat dingin. Ia merasa inilah yang ia butuhkan selama ini. Sebuah bukti nyata yang bisa mengembalikan ingatannya pada masa itu. Jonathan membiarkan Indriana dalam pikirannya sendiri. Ia terus mencoba banyak hal untuk membantu Indriana pulih. Wanita itu terus membuka album dan melihat apa yang ada di sana. Entah mengapa dadanya bergemuruh hebat saat melihat wajahnya berada di setiap lembar foto di sana. "Aku tak menyangka memiliki kenangan yang begitu indah seperti ini." Indriana melihat sendiri betapa indah senyum yang ia miliki dahulu. Senyum seorang wanita yang penuh kebahagiaan. Pada foto pernikahan itu iapun bisa menyaksikan tatapan matanya yang mencintai Jovan. "Ini adalah pernikahan kita?" tanya Indriana takjub. Jovan hampir menitikkan air matanya karena sangat sedih saat ini. Semua kebahagiaan yang pernah mereka miliki bersama menghilang begitu cepat. Karena tiga bulan setelah itu Indriana meng

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Delapan

    Meena terpaksa mencobanya karena permintaan Indriana dan cincin itu sangat pas di jarinya. "Itu sangat pas sama kamu, Meena." Meena mengedikkan bahunya, ia masih tak mengerti. "Kalau begitu, aku akan menikahimu saja, apakah kamu bersedia?" Meena melotot tajam, jadi benar Jonathan sedang bermain-main? "Jonathan, apa maksudmu?" "Ayah, ibu... sebenarnya wanita itu adalah Meena. Wanita yang kusukai adalah Meena, dan sekarang aku ingin mendengar jawaban dari Meena." Indriana lebih terkejut lagi, ia tak menyangka Meena adalah gadis yang dimaksud Jonathan. "Kamu Serius?" "Tentu saja aku serius, Bu. Aku tau Meena adalah yang terbaik untukku dan juga untuk Juan. Apakah menurut ibu tidak seperti itu?" Indriana menatap Meena tak bisa menahan untuk tersenyum. Tentu saja itulah yang ia harapkan selama ini. "Aku sudah pernah menjodohkan kalian dahulu, tapi kalian tidak menuruti keinginan ibu, hah?" Ya, Jonathan juga ingat waktu itu dirinya menolak mentah-mentah tawaran ibuny

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Jovan mendengarkan dengan serius, dia tidak mengerti siapa wanita itu kali ini. "Kalau begitu, perkenalkan dia pada ayahmu ini, ayah senang mendengarnya, Juan membutuhkan seorang ibu, seharusnya kalian cepat menikah saja." Jonathan tersenyum, tidak sulit mendapatkan persetujuan semacam ini bukan? "Lalu bagaimana dengan ibu? Apakah ibu setuju kalau aku cepat menikah?" Indriana terdiam, ia tidak terlihat antusias. "Aku tidak yakin wanita seperti apa lagi yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Tapi aku sudah kehabisan kata-kata untuk membuatmu sadar." Jawaban ibunya membuat Jonathan tidak puas samasekali. "Ibu tidak setuju aku menikah lagi?" "Bukan begitu, Jonathan. Ibu hanya ingin mengenal wanita seperti apakah dia itu. Ibu tentu saja merasa kuatir dengan kisahmu dalam menjalani rumah tangga. Ibu takut kamu terluka lagi." "Ibu, aku tidak seperti ayahku,.dia hanya setia dengan satu wanita saja, bukankah begitu, Ayah?" Jovan dan Indriana tertawa kecil dan sedikit t

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Enam

    Tentu saja itu sangat penting, apakah kamu tidak berniat memberi tau? batin Meena, ia tetap diam tidak mengatakan apapun. "Terserah, kalau menurutmu penting, suatu saat kau pasti akan memberi tau padaku. Tapi sebenarnya... ini cukup berlebihan, aku bahkan tidak berharap kau bertindak sejauh ini. Bagiku, sudah cukup jika kamu mencintaiku." "Kenapa aku merasa wanita tidak seperti itu, Meena? Winda dulu juga begitu, tapi ternyata..." "Lihatlah, kamu masih juga membawa-bawa masa lalu. Aku berharap menjadi wanita yang cukup pintar sehingga tidak terlalu menunggu dan menuntut pemberian seorang laki-laki. Akan tetapi sebenarnya banyak juga kejadian wanita jadi besar kepala kalau sudah menghasilkan uang sendiri. Apakah kamu tidak takut aku menjadi seperti itu?" Jonathan hanya tersenyum tipis dan melangkah pergi, "Lakukan dan tunjukkan sifat aslimu secepat mungkin, Meena. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti dan memutuskan apakah aku bisa bertahan atau tidak, seperti yang sudah lewat

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Lima

    Ruangan itu sungguh diluar ekspektasinya. Bisa dibilang ruangan yang ditata begitu estetik dengan berbagai macam peralatan mewah. Ada satu meja besar dengan berbagai macam peralatan dan juga manekin dalam berbagai pose. Ada dua buah perangkat laptop dan juga monitor dinding yang besar. Meena bahkan tidak tau kapan ruangan ini di desain dan diubah menjadi seperti ini. "Apakah ini sungguh ruangan milikku?" Meena berbicara sendiri. "Tentu saja, ini adalah hadiah dariku. Kamu suka?" "Tapi... kenapa kau memberikan hadiah semahal ini? Aku...." "Apa yang harus ku berikan untuk wanita yang begitu spesial di hatiku? Aku juga tidak tau apakah ini cukup spesial. Selain itu... kau mungkin sangat kesal kepadaku akhir-akhir ini." "Jadi maksudmu?' "Kamu tidak akan melihatku dari sini, kau bisa fokus bekerja. Haruskah aku membuat area bermain untuk anak kita?" Meena tentu saja sangat terperangah, "Jangan keterlaluan, apa yang akan mereka katakan nantinya?" "Jangan perdulikan merek

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Empat

    Meena menghempaskan dirinya di pembaringan. Ia teringat dengan bagaimana Jonathan bersikeras untuk menikahinya. Egonya setinggi ini untuk menolak tawaran yang dulu begitu ia inginkan. "Aku merasa sangat marah, aku juga bingung harus bagaimana," lirihnya mematut dirinya di cermin. Wajahnya... ia teringat dengan Laila yang begitu dicintai Jonathan. Ia sedikit terganggu karena bisa jadi Jonathan hanya ingin mengabadikan wajahnya demi Laila di sisinya. "Kenapa semua ini membuatku semakin bodoh dan takut?" gumamnya lagi. Adapun Jonathan melakukan hal yang sama di kamarnya. Ia melihat dirinya di cermin dan berkata, "Aku ingin tau dan penasaran, apakah kamu hanya mengoleksi banyak sekali fotoku tanpa tujuan? Seharusnya kau menerimaku karena aku yakin kau membutuhkanku," ujarnya pelan. "Tapi baiklah, kita lihat nanti apa yang akan kau lakukan," ujarnya kemudian. Keesokan harinya Jonathan berangkat bekerja tanpa menjemput Meena. Pria itu bahkan tidak menjenguk Juan pagi ini. "J

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tiga

    "Kau masih tak mengerti? Aku bilang aku akan menjalani hidup ini bersamamu sampai akhir, kenapa kau masih berkeras menolakku?" "Tapi Jonathan..." "Kau menyukaiku, aku ingat sekarang bahwa Wiliam pernah mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Sayangnya aku tidak pernah memikirkannya." Meena sedikit terkejut. Ia tak menyangka Wiliam mengatakan hal bodoh semacam itu pada Jonathan. "Maafkan aku karena keadaan tidak memungkinkan bagiku pada waktu itu. Kau tau aku menyimpan rasa bersalah karena Laila juga tidak pernah mendapatkan cinta dariku saat dia menjadi istriku. Aku hanya seorang lelaki dingin dan bodoh." "Aku membuatnya menderita dan pergi dari rumahku, sehingga dia sangat terpuruk sendirian." "Jadi kau menikah karena penyesalan?" tanya Meena penasaran. "Begitulah, dia sebenarnya menyukaiku sebelum ingatannya hilang," ujarnya. "Tapi pada akhirnya saat dia menemukan cinta itu, semuanya sudah terlambat." Meena terdiam memikirkannya, akan tetapi hatinya masih dipenuhi ke

DMCA.com Protection Status