Semua Bab My Hot Boss: Bab 91 - Bab 100

116 Bab

Amarah Lucy

Kabar kecelakaan tentang pasangan Hussein itu akhirnya terdengar juga di telinga Lucy—ibu dari Adam. Tentu saja kabar itu langsung membuat wanita paruh baya itu shock bukan main. "Nyonya! Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu pelayan wanita yang kebetulan berada di dekat Lucy. Lucy terlihat sangat lemas bahkan tubuhnya hampir roboh karena kakinya seperti sudah kehilangan tulang saja. Beruntung tubuhnya berhasil ditahan oleh salah satu pelayannya. "Astaga! Adam putraku. Bagaimana hal buruk ini bisa menimpamu, Nak?" isak Lucy. "Silahkan diminum dulu agar Anda lebih tenang, Nyonya." Salah satu pelayan memberikan segelas air putih agar emosi Lucy bisa sedikit reda. Setelah merasa kondisinya cukup baik, Lucy langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Adam dirawat. Pikirannya berkecamuk karena ia juga sudah mendapatkan kabar jika putra kesayangannya sekarang berada di ruang ICU karena mengalami koma pasca kecelakaan dan operasi. Sepanjang perjalanan wanita p
Baca selengkapnya

Berusaha Tegar

Koma selama semalam, akhirnya Adam sadar juga. Orang pertama yang menyadari hal itu adalah Lucy. Pergerakan dari tangan serta mata sang putra spontan membuatnya lega dan segera memanggil dokter. "Bagaimana keadaan Adam, Dok?" "Syukurlah putra ibu sudah melewati masa kritisnya," ucap dokter setelah selesai memeriksa keadaan Adam. Laki-laki itu kini memandang sekitarnya dengan linglung. "Adam Sayang." Lucy mencium pipi Adam berulang kali. "Adam dan Fanny kecelakaan, Ma. Sekarang kita di rumah sakit? Bagaimana keadaan Fanny dan calon anakku?" tanya Adam. Senyuman Lucy segera saja luntur. Dia masih menyalahkan Fanny sebagai salah satu penyebab putranya kecelakaan. Namun, dia tidak ingin menunjukkannya secara terang-terangan. "Mereka baik-baik saja, Sayang. Sekarang ada di ruang perawatan. Kamu tunggu di sini sebentar, ya. Mama ada perlu berbicara dengan dokter." Lucy mengajak sang dokter untuk keluar dari ruangan. Karena Adam sudah sadar, dia berniat m
Baca selengkapnya

Liciknya Shareena

Hari demi hari yang dilalui Fanny semakin sulit. Semenjak Sharena kembali muncul, Lucy semakin tidak berpihak padanya. Mertuanya itu bahkan menyuruh Sharena agar sering-sering datang dan merawat Adam. Sementara Adam tidak bisa berbuat banyak karena belum pulih sepenuhnya dan masih belum bisa beranjak dari tempat tidur. Pagi itu, Sharena kembali datang. Seperti biasa, Lucy menyambutnya hangat. Sangat berbanding terbalik dengan perlakuannya terhadap sang menantu. Fanny sendiri memilih tak acuh, kini dia hanya fokus dengan kesembuhan Adam. Berusaha tidak memperdulikan apa yang Lucy dan Sharena lakukan.Seperti saat ini, Fanny sedang di kamar menunggui Adam yang beristirahat. Sementara Sharena dan Lucy berada di ruang tengah. Entah membicarakan apa. "Dam, kau harus sembuh. Aku butuh kamu. Anak kita butuh papanya," bisik Fanny pilu. "Kehamilan ini, kondisi kamu, semuanya berat, Dam." Fanny baru berani meluapkan keluh kesahnya saat Adam terlelap. Tentang betapa tid
Baca selengkapnya

Kissmark

Sudah jatuh tertimpa tangga pula!Seperti itulah nampaknya yang kini tengah dialami oleh Fanny. Alih-alih bahagia menjadi istri seorang Hussein, nyatanya masalah demi masalah terus menghampirinya silih berganti.Pagi ini, Fanny lebih dulu menyiapkan dirinya. Memberikan asupan bergizi untuk tumbuh kembang baby didalam kandungannya yang kini sudah berusia hampir empat bulan.Sudah empat minggu sejak kecelakaan terjadi, dan kini kehidupannya menjadi semakin rumit saja. Campur tangan Lucy di dalam keluarga kecilnya menjadi semakin mendominasi semenjak sakitnya Adam.“Sayang, ayo bangun sudah pagi,” bisik Fanny dengan lembutnya di daun telinga sang suami.Perlahan Adam membuka matanya, lalu tersenyum ke arah Fanny. Sungguh sebuah kekuatan yang luar biasa bagi Fanny di saat seperti ini. Ya, senyuman Adam yang selalu tulus menyambutnya adalah kekuatan bagi Fanny untuk terus bertahan di tengah cecaran Lucy yang kian menuntut banyak darinya.Fanny kemudian membantu Ad
Baca selengkapnya

Persekongkolan Shareena dengan Maya

Mata Fanny sudah sangat mengantuk, namun dia menjadi terganggu sekali karena suara gaduh dari luar kamar yang begitu bising. Dilirknya Adam begitu lelap. Mungkin karena pengaruh obat dokter yang masih dikonsumsinya.Perlahan Fanny menggeserkan tubuhnya dari balik selimut, dengan menguap lebar berulang kali.“Kalian?” Ucap Fanny nyaris tak percaya saat melihat Ibu mertuanya tengah bermain mahjong dengan Sharena dan juga? Maya dan Tante Arin.“Hmm, gadis miskin ini mau kemana?” Ucap Lucy menyindirnya.“Ibu, kenapa belum tidur? Ini sudah sangat larut,” ucap Fanny sambil duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Lucy.Satu per satu wajah di depannya itu dipandanginya.“Apa maumu? Ini rumahku!” Ucap Lucy ketus.“Tentu Ibu, aku sangat tahu itu. Tapi lihat jam di sana, Ibu harus istirahat. Bukankah besok Ibu masih bisa bermain mahjong lagi?” Tutur Fanny.Gerutuan terdengar setelahnya. Bukan hanya dari mulutnya Lucy, melainkan juga dari mulut lain yang ada
Baca selengkapnya

Beban Berat

Kediaman Hussein semakin disesaki orang hingga hari semakin siang. Sejumlah kolega terus berdatangan menjumpai Adam.Fanny sendiri kini tengah berada di Kantor Polisi guna mendampingi Lucy. Sejumlah pembelaan dasar telah diajukan Fanny untuk bisa menunda penahanan Lucy. Namun pihak Kepolisian tidak bekerja mendadak, Lucy ternyata telah menjadi bidikan target sejak dua pekan terakhir.Fanny duduk menyungsarkan kedua kakinya di bangku panjang yang berada di luar kantor Kepolisian. Wanita ini tengah berusaha menenangkan dirinya. Di tangan Fanny saat ini, sejumlah barang bukti kepemilikan barang haram dan juga hasil urine test Lucy yang menyatakan positif pengguna zat adiktif tersebut kian membuatnya cemas.“Ibu, apa yang terjadi hingga kau terjebak di dalam pusaran ini?” gumam Fanny sambil menutup wajahnya menggunakan lembaran kertas di tangannya. Matanya berkaca-kaca, Fanny tengah menangisi hidupnya di dalam hati saja.Untuk sesaat Fanny merasa jika hidupnya sempurna,
Baca selengkapnya

Hussein Group Dicekal

Didorongnya kursi roda Adam ke arah lift yang langsung menuju kamar utama. Tidak ada perbincangan di sepanjang perjalanan. Tatapan Fanny nanar mengamati ke arah lantai dasar yang masih dipenuhi para staf dan juga awak media yang berburu informasi dari situasinya ini.“Kita harus istirahat,” ucap Fanny.Adam setuju, dan malam ini mereka menghabiskan malam dengan mata yang tak kunjung terlelap hingga dini hari menjelang.***“Kamu mau kemana?” tanya Fanny saat melihat Adam telah siap dengan pakaian resminya.“Aku tidak bisa terus disini,” ucap Adam sambil menyimpulkan dasi di lehernya.Fanny yang baru selesai mandi, kini tersenyum tipis. “Kau yakin siap untuk keluar dari rumah dengan kursi roda itu?” tanya Fanny.Senyuman di wajah Adam seketika menjawabnya.“Tentu, jika istriku yang tengah mengandung saja sanggup mengurusiku dan juga Ibuku, maka kursi roda ini tidak seharusnya menahanku untuk bisa melindungi keluargaku,” ucap Adam dengan suara baritonny
Baca selengkapnya

Collabs Dua Lelaki Hebat

Adam pun akhirnya diam. Dia membiarkan Fanny tidur sementara di mobil. Meski banyak yang keheranan karena sampai di rumah Adam tak kunjung turun dari mobilnya, lelaki itu mengacuhkannya. Hanya Jhon yang kini sibuk ditanyai oleh para awak media terkait alasannya itu.Dua jam berlalu, perlahan Fanny membuka matanya. “Adam, kita dimana?” tanyanya.“Sayang, kau sudah bangun? Ayo kita turun,kita sudah sampai di rumah,” jawab Adam.Fanny mengucak matanya dan masih saja menguap beberapa kali tanpa bisa ditahannya.Adam kemudian membuka kaca jendela mobil memanggil Jhon untuk membantunya turun, tapi Fanny justru menolaknya.“Aku bisa membantumu, Dam.”“Baiklah,” Keduanya kemudian turun dari mobil dan segera masuk menuju halaman rumah. Para awak media sendiri sudah diamankan Jhon ke teras samping sehingga Adam dan Fanny tidak lagi terganggu. Dari garasi mereka langsung naik ke kamar utama.***Besok sidang dimulai, tapi kondisi Ibu masih belum membaik. Ki
Baca selengkapnya

Ardian Berpamitan

Memiliki profesi sebagai lawyer, membuat Fanny sedikitnya mengerti apa saja yang harus dilakukannya untukemmbela klien. Hal ini membantunya dalam mengumpulkan berbagai bukti untuk meringankan tuduhan atas ibu mertuanya.“Tidak mungkin!” ucap Fanny ketika mobil melaju mendekati halaman rumah Lucy dan dia melihat rumah tersebut sudah ditandai menggunakan pita kuning Polisi yang menunjukkan jika rumah itu tengah dalam penyelidikan kepolisian.“Berhenti di sini saja,” ucapnya.Jeda menit membungkam Fanny di sana. Rumah tinggal Lucy berjarak dua puluh meteran dari arahnya. Berada di jalur kanan jalan.“Ayo pulang,” ucapnya.***Sudah jam delapan malam, Fanny baru pulang. “Jhon, Bapak di mana?” tanya Fanny.“Di ruangan kerja mendiang Pak Abraham Bu,” jawab Jhon.Langkah Fanny kini diseretnya ke arah kanan rumah dimana ruangan kerja mendiang Papa mertuanya berada.CEKLEKPintu dibukanya perlahan, di dalam sana Adam tengah membaca laptop milik Ab
Baca selengkapnya

Perpisahan

Mobil yang dikendarai Adam terus melaju kencang di sela padatnya jalanan kota New Filla sore ini.“Adam, tenanglah!” ucap Fanny yang masih merasa trauma dengan kecelakaan mereka tempo hari langsung cemas.“Tidak ada cukup waktu!” ucap Adam sambil menikungkan mobilnya menuju terminal penerbangan internasional di Bandara New Filla.Deretan penunjuk jalan yang berada di kanan dan kiri jalan seolah tak mengganggu Adam yang sudah fokus dengan tujuannya.Fanny masih meraba-raba apa yang akan dilakukan suaminya kali ini. Wanita ini memilih diam dan terus mengamati.Mobil pun perlahan menepi di parkiran terminal penumpang yang melayani penerbangan luar negeri.“Kita akan menyambut seseorang?” tanya Fanny sambil menuruni mobil mengikuti Adam.Mata Adam masih mencari kesana kemari.“Ayo!” ucap Adam sambil menatap ke arah ruangan tunggu Bandara.Fanny yang sedari terus berjalan mulai kelelahan hingga nafasnya tersengal-sengal. Langkah mereka mendadak terhent
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status