Beranda / CEO / ISTRI SENILAI SAHAM / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab ISTRI SENILAI SAHAM: Bab 31 - Bab 40

111 Bab

Sama tapi Berbeda

"Perkenalkan, nama saya Senja."Senja mengulurkan tangannya pada Langit. Langit sampai harus memicingkan sebelah matanya. Dia merasa aneh dengan Senja. Bukankah mereka sudah saling mengenal? Lal, kenapa sekarang seperti orang asing yang tidak pernah bertemu.Langit menyambut hangat uluran tangan Senja. Dia kembali memperkenalkan dirinya, walau terasa aneh untuknya. Dia merasa harus tetap mengikuti alur yang sekarang terpampang di depannya."Bagaimana Langit? Sudah bisa aku tinggalkan?" tanya Rey.Sejak tadi Rey sedang tidak fokus, ponselnya terus saja berdering tanpa jeda."Mau kemana? Kenapa telponnya tidak diangkat?" tanya Senja."Aku harus keluar sebentar. Mas malas mengangkatnya. Nomornya tidak Mas kenal," jawab Rey. Lalu dia menunjukkan ke Senja jika nomor yang tadi memanggilnya sudah dia blokir.Senja mengangguk percaya, walau dalam hatinya kepercayaan itu sudah tidak ada. Senja menebak jika yang menelpon Rey adalah selingkuhannya, makanya Rey sangat sibuk ingin segera berpisah d
Baca selengkapnya

Terbongkar..

Senja sudah tidak berkutik lagi, dia harus pasrah jika kebohongannya harus terbongkar sekarang hanya karena seorang lelaki yang tidam memiliki perasaan.Jujur, Senja tidak berani mengangkat wajahnya, dia hanya bisa menangis. Dirinya sangat takut saat nanti Langit mulai membuka kebohongannya pada Rey. Senja tidak akan bisa membela dirinya sendiri, apalagi lelaki yang congkak di hadapannya itu, seperti memiliki dendam pribadi padanya."Aku ingin mengatakan jika Senja....""Stop!!" teriak Senja.Suara Senja sampai menjadi pusat perhatian orang-orang yang masih menikmati makanan di restoran tersebut."Gadis..." panggil Leo.Senja segera menolehkan wajahnya, ternyata yang datang bukanlah Rey tapi Leo. Bagaimana bisa? Kenapa Leo bisa disini? Ada hubungan apa antara Leo dan juga Langit? Banyak pertanyaan yang mengerubuni otak Senja saat ini.Langit hanya bisa menggelengkan kepalanya, sekarang banyak mata menuju kepada mereka disana."Duduklah Senja. Kamu sudah membuat saya malu," terang Lang
Baca selengkapnya

Aku membencimu

Myhusb : Mas, dimana kamu? Aku sudah di rumah.Senja mengirimkan pesan singkat pada Rey. Rey sekali lagi tidak kembali ke rumah. Entah kemana dia, ponselnya juga tidak aktif.Malam yang kian larut tidak serta merta membuat Senja ingin memejamkan matanya. Bukan karena dia memikirkan Rey, baginha sudah biasa malam tanpa suaminya. Malah lebih menenangkan tanpa ada Rey disana. Tapi Senja memikirkan perkataan Langit tadi saat mereke bertemu. "Mas Rey yang menjualku? Membuatku kehilangan kesucianku? Tapi kenapa?" lirih Senja.Senja ingin tidak percaya, tapi ada desakan logikanya yang meminta Senja untuk membenarkannya. Dia mulai mengulik semuanya dari awal. Senja memaksa untuk membuka buku kelamnya yang sudah dia sembunyikan si bagian ingatannya yang terdalam."Senja maafkan aku, aku ingin mengakui jika aku lah yang salah. Aku yang sudah menjebakmu. Aku butuh uang untuk ibuku, maafkan aku," Leo mendatangi Senja di rumah sakit, dimana Senja sudah seperti mayat hidup. Air mata terus mengalir
Baca selengkapnya

Alat kontrasepsi

Matahari sudah menggelitik Senja pagi ini dari balik tirai jendela.Raganya terasa memberat sehingga dia mencari apa yang menimpa tubuhnya. "Mas Rey?" lirih Senja.Dia tertidur lelap, sampai tidak tahu jam berapa Rey kembali.Dengan berlahan, Senja mencoba bangkit dari tidurnya. Agar tidak mengganggu Rey yang sedang tidur."Jangan bergerak, sebentar saja seperti ini. Mas baru saja tidur, tidak masalah sesekali telat," gumam Rey.Senja kembali membenarkan posisi tidurnya. Rasa tubuhnya seperti memiliki medan magnet yang sama kutub, berusaha ingin menolak pelukan Rey, tapi Rey semakin kuat memeluknya."Mas tahu kamu marah.Tapi pertemuan semalam tidak bisa ditunda, sangat penting. Mas sampai harus menemaninya disana, mengajaknya untuk mengenal kota kita malam hari. Ponsel mas juga lawbat, sampai tidak bisa membaca pesanmu," gumam Rey lagi. Matanya tetap saja terpejam, dia sangat ngantuk berat.Bibir Senja masih terkatup rapat, hanya telinganya yang terbuka lebar untuk mendengarkan.Sudah
Baca selengkapnya

Tersekap

Senja tidak bisa bekerja dengan tenang. Beberapa kali dia melakukan kesalahan hingga harus mengulang pekerjaannya kembali. Semua yang ingin dia tahu, datang dengan cepat di depan matanya. Semakin kenyataan itu terlihat, masa lalunya semakin menggerogoti dirinya.Senja menangis dalam diamnya, wajahnya hanya bisa berpangku pada ujung meja. Kenapa dunia sekejam itu padanya, sudah hidupnya di takdir tidak memiliki siapapun, kini orang-orang yang dia percaya dan sayang, mulai membuka segala topeng kebusukannya. "Aku membenci kalian semua," gumam Senja.Tidak ada lagi minat untuk menyentuh pekerjaannya, Senja berdiri dari duduknya. Sebelum melangkah, Senja membenarkan wajah kusutnya terlebih dahulu. "Mas, Aku mau keluar sebentar," izin Senja.Rey yang sedang memeriksa berkas, menelisik pada Senja. Tidak biasa dia keluar disaat masih jam kerja. "Mau kemana?" tanya Rey."Aku hanya ingin berbelanja, sudah lama tidak keluar untuk sekedar membeli sesuatu," ungkap Senja.Apa yang dikatakannya a
Baca selengkapnya

Cari Dia!

Ketakutan Senja semakin mencekiknya dengan erat. Dua lelaki dengan badan berotot berdiri tegap, wajahnya terlihat sangar, dan juga bengis. Seluruh tubuhnya kini bergetar, menyulitkannya untuk bergerak dalam ruang yang sempit, begitu juga napasnya yang mulai menyesak karena rasa paniknya. Rasa takut kini merajai Senja, membawanya untuk kembali mengingat satu kejadian. Dimana dia di perkosa oleh dua lelaki di hotel secara brutal dan tidak berperasaan."Siapa kalian?! Pergi dari sini!" teriak Senja. Dia sudah menangis tergugu, pakaiannya juga sudah basah bermandi keringat.Kedua pria itu memberikan tatapan yang mengerikannya. Mereka tidak memperdulikan apa yang dikatakan Senja. Karena itu membuat Senja semakin marasakan ada bahaya untuk dirinya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Senja tidak mau kejadian lalu terulang kembali. Senja masih mengingat ponsel yang dia genggam, hanya menggunakan instingnya, Senja mengacak-ngacaknya untuk mencari panggilan telpon. Senja tidak peduli akan
Baca selengkapnya

Janda?

"Euhmmm, dimana aku?" Suara lenguhan terdengar dari bibir Senja. Dia baru tersadar dari tidur panjangnya. Tempat yang sangat asing, teraba oleh pandangannya. Senja seketika terduduk dari tidurnya. Satu ruang kamar yang sangat besar dan mewah, tapi hanya ada dia disana. Senja sontak mengecek tubuhnya. Tidak ada helaian benang tertempel di tubuhnya. Senja kembali meratapi nasibnya. Dia menangis histeris. Kenapa sangat sulit untuk menjaga dirinya sendiri. Selalu saja dia bisa terperangkap jebakan yang membuat dirinya kembali kotor. Senja sangat ingin kabur saat itu juga. Tapi setiap penjuru tempat, dia tidak bisa menemukan pakaiannya tergeletak. Hanya menggunakan selimut tebal, Senja menutupi tubuhnya. Dia berjalan sambil terus mengusap air mata yang tidak kunjung berhenti. Langkahnya mencari bagian, dimana letak lemari pakaian yang berada di dalam kamar tersebut, hingga dia bisa mencapai ruang walk in closet disana. Siapa lelaki yang berani menyanderanya? Semua yang ada di dalam ruan
Baca selengkapnya

Kontrak perjanjian

setengah jam yang lalu..."Kenapa Tuan melepas mereke berdua?" tanya Leo. Darahnya sudah mendidih ingin bisa menyiksa kembali dua penjahat tadi. Tapi Langit dengan sangat mudah melepaskan."Kita sudah tahu kan, jika Rey di balik semuanya," jawab Langit enteng.Dia harusnya sudah di ruang tamu menunggu Senja, tapi masih banyak yang mau dia diskusikan dahulu bersama Leo.Leo kembali memberikan protesnya. "Apakah Tuan yakin? Saya tidak," tegas Leo.Langit tersenyum penuh arti, sebelum kepalanya menggeleng, dan setuju dengan pendapat Leo.Leo mengerutkan dahinya, harusnya mereka bawa ke markas mereka. Biar semua terbuka. "Saya punya tugas penting untukmu. Mana tahu dengan ini, kau akan mendapatkan maaf dari Gadismu yang sudah tidak gadis itu lagi," sindir Langit. "Semua sudah saya catat disini. Masalah mereka, Saya memang sengaja melepasnya. Tahukan, binatang peliharaan akan kembali ke majikannya, dan mengadu jika dia disiksa," lanjut Langit lagi.Leo membaca seksama apa yang di tulis L
Baca selengkapnya

Gegabah

Tania mengamuk di rumahnya. Serpihan vas bunga yang dia banting di depan dua anak buahnya, bercecer di lantai."Kenapa bisa lolos? Sudah saya bantu kurung dia, hanya tinggal menangkapnya saja kalian tidak becus!"Tania berjalan mendekati mereka, matanya menikam tajam ke keduanya.Semalaman dia mununggu kabar tapi hasilnya sangat memgecewakan. Harusnya dia menyewa orang yang kompeten, tidak sekedar mengambil preman jalanan yang baru dia temukan di sekitar Mall."Kalian, terlalu gegabah! Bukannya, menangkap mereka. Kalian berdua malah bertengkar. Percuma badan besar, jika otak kalian kosong!" hina Tania.Keduanya tetap bungkam tidak berani menjawab. Mereka masih sangat ingat ancaman yang di berikan seseorang saat di Mall tadi. Mereka tidak mau jika sampai kehilangan nyawa. Lebih baik mereka merekayasa kejadian, seperti ingin seseorang yang mereka belum sempat mengenal namanya itu. Siapa yang berani berurusan dengan orang yang bisa membawa senjata api? Sedangkan mereka berdua hanyalah prem
Baca selengkapnya

Sekertaris baru?

Senja sedang sibuk di meja kerjanya, sampai panggilan telpon dari Rey di nyaris dia abaikan."Ya, kenapa mas?" tanya Senja, saat dia sudah berada di dalam ruangan Rey "Duduklah, ada yang mau mas bicarakan."Senja langsung duduk, sesuai apa yang Rey perintahkan padanya. Dia duduk dengan tenang, menunggu Rey untuk bercerita. Walau dia sudah menebak apa yang akan dibicarakan Rey. Saat pergi ke kantor dengan taksi online. Langit sempat menghubunginya dan memberitahukan rencana selanjutnya. Lalu meminta Senja untuk bersiap disaat Rey memanggilnya.Benar saja, Rey yang memang tidak suka mengulur waktu, sudah memanggilnya sekarang."Sepertinya pertemuan kamu dan Langit berhasil. Dia setuju bekerja sama dengan kita. Tapi dia memberikan syarat pada mas," tutur Rey.Senja memasang wajahnya seolah terkejut, seakan itu berita baru yang dia dengar. "Benarkah? Itu berita baikkan? Emang dia minta syarat apa?" tanya antusias Senja.Rey membenarkan duduknya, wajah serius mulai dia tampakkan. "Dia min
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status