Ketakutan Senja semakin mencekiknya dengan erat. Dua lelaki dengan badan berotot berdiri tegap, wajahnya terlihat sangar, dan juga bengis. Seluruh tubuhnya kini bergetar, menyulitkannya untuk bergerak dalam ruang yang sempit, begitu juga napasnya yang mulai menyesak karena rasa paniknya. Rasa takut kini merajai Senja, membawanya untuk kembali mengingat satu kejadian. Dimana dia di perkosa oleh dua lelaki di hotel secara brutal dan tidak berperasaan."Siapa kalian?! Pergi dari sini!" teriak Senja. Dia sudah menangis tergugu, pakaiannya juga sudah basah bermandi keringat.Kedua pria itu memberikan tatapan yang mengerikannya. Mereka tidak memperdulikan apa yang dikatakan Senja. Karena itu membuat Senja semakin marasakan ada bahaya untuk dirinya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Senja tidak mau kejadian lalu terulang kembali. Senja masih mengingat ponsel yang dia genggam, hanya menggunakan instingnya, Senja mengacak-ngacaknya untuk mencari panggilan telpon. Senja tidak peduli akan
"Euhmmm, dimana aku?" Suara lenguhan terdengar dari bibir Senja. Dia baru tersadar dari tidur panjangnya. Tempat yang sangat asing, teraba oleh pandangannya. Senja seketika terduduk dari tidurnya. Satu ruang kamar yang sangat besar dan mewah, tapi hanya ada dia disana. Senja sontak mengecek tubuhnya. Tidak ada helaian benang tertempel di tubuhnya. Senja kembali meratapi nasibnya. Dia menangis histeris. Kenapa sangat sulit untuk menjaga dirinya sendiri. Selalu saja dia bisa terperangkap jebakan yang membuat dirinya kembali kotor. Senja sangat ingin kabur saat itu juga. Tapi setiap penjuru tempat, dia tidak bisa menemukan pakaiannya tergeletak. Hanya menggunakan selimut tebal, Senja menutupi tubuhnya. Dia berjalan sambil terus mengusap air mata yang tidak kunjung berhenti. Langkahnya mencari bagian, dimana letak lemari pakaian yang berada di dalam kamar tersebut, hingga dia bisa mencapai ruang walk in closet disana. Siapa lelaki yang berani menyanderanya? Semua yang ada di dalam ruan
setengah jam yang lalu..."Kenapa Tuan melepas mereke berdua?" tanya Leo. Darahnya sudah mendidih ingin bisa menyiksa kembali dua penjahat tadi. Tapi Langit dengan sangat mudah melepaskan."Kita sudah tahu kan, jika Rey di balik semuanya," jawab Langit enteng.Dia harusnya sudah di ruang tamu menunggu Senja, tapi masih banyak yang mau dia diskusikan dahulu bersama Leo.Leo kembali memberikan protesnya. "Apakah Tuan yakin? Saya tidak," tegas Leo.Langit tersenyum penuh arti, sebelum kepalanya menggeleng, dan setuju dengan pendapat Leo.Leo mengerutkan dahinya, harusnya mereka bawa ke markas mereka. Biar semua terbuka. "Saya punya tugas penting untukmu. Mana tahu dengan ini, kau akan mendapatkan maaf dari Gadismu yang sudah tidak gadis itu lagi," sindir Langit. "Semua sudah saya catat disini. Masalah mereka, Saya memang sengaja melepasnya. Tahukan, binatang peliharaan akan kembali ke majikannya, dan mengadu jika dia disiksa," lanjut Langit lagi.Leo membaca seksama apa yang di tulis L
Tania mengamuk di rumahnya. Serpihan vas bunga yang dia banting di depan dua anak buahnya, bercecer di lantai."Kenapa bisa lolos? Sudah saya bantu kurung dia, hanya tinggal menangkapnya saja kalian tidak becus!"Tania berjalan mendekati mereka, matanya menikam tajam ke keduanya.Semalaman dia mununggu kabar tapi hasilnya sangat memgecewakan. Harusnya dia menyewa orang yang kompeten, tidak sekedar mengambil preman jalanan yang baru dia temukan di sekitar Mall."Kalian, terlalu gegabah! Bukannya, menangkap mereka. Kalian berdua malah bertengkar. Percuma badan besar, jika otak kalian kosong!" hina Tania.Keduanya tetap bungkam tidak berani menjawab. Mereka masih sangat ingat ancaman yang di berikan seseorang saat di Mall tadi. Mereka tidak mau jika sampai kehilangan nyawa. Lebih baik mereka merekayasa kejadian, seperti ingin seseorang yang mereka belum sempat mengenal namanya itu. Siapa yang berani berurusan dengan orang yang bisa membawa senjata api? Sedangkan mereka berdua hanyalah prem
Senja sedang sibuk di meja kerjanya, sampai panggilan telpon dari Rey di nyaris dia abaikan."Ya, kenapa mas?" tanya Senja, saat dia sudah berada di dalam ruangan Rey "Duduklah, ada yang mau mas bicarakan."Senja langsung duduk, sesuai apa yang Rey perintahkan padanya. Dia duduk dengan tenang, menunggu Rey untuk bercerita. Walau dia sudah menebak apa yang akan dibicarakan Rey. Saat pergi ke kantor dengan taksi online. Langit sempat menghubunginya dan memberitahukan rencana selanjutnya. Lalu meminta Senja untuk bersiap disaat Rey memanggilnya.Benar saja, Rey yang memang tidak suka mengulur waktu, sudah memanggilnya sekarang."Sepertinya pertemuan kamu dan Langit berhasil. Dia setuju bekerja sama dengan kita. Tapi dia memberikan syarat pada mas," tutur Rey.Senja memasang wajahnya seolah terkejut, seakan itu berita baru yang dia dengar. "Benarkah? Itu berita baikkan? Emang dia minta syarat apa?" tanya antusias Senja.Rey membenarkan duduknya, wajah serius mulai dia tampakkan. "Dia min
Mama, mama kemana dari semalam? Bumi hampir saja lapor polisi, jika mama tidak kembali hari ini," gerutu Bumi.Dia sengaja menunggu kepulangan Senja. Sejak malam hingga pagi tadi, dia gelisah dengan tidak ada terlihat mamanya. Dia sampai berpikir jika papanya kembali berbuat jahat. Sampai-sampai Bumi melabrak Rey pagi hari kemarin, menanyakan keberadaan Senja dan mengancam akan memasukkan Rey ke penjara."Kok belum tidur? Mama semalam dari tempat teman. Mama menginap di rumahnya. Maaf tidak kabarin kamu sayang,"Bumi memanyunkan bibirnya. Dia sangat khawatir, tapi mamanya begitu enteng menjawab."Iya mama tahu, mama salah. Mama minta maaf. Jadi mama harus gimana, agar kamu maafin mama?" rayu SenjaMata Bumi seketika berbinar. Jari telunjuknya mulai mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir apa yang akan dia pinta. "Bumi pengen jumpa kakek," seru Bumi. Senja menjadi kalang kabut, dia berpikir Bumi hanya akan meminta mainan saja. Tapi permintaan Bumi di luar nalarnya. Bagaimana bisa dia memper
"Tuan, anda mau kemana?" tanya Leo.Hari ini begitu banyak pekerjaan yang bertumpuk di meja kerjanya. Sedangkan Langit, seenak hati meninggalkan dia sendiri di kantor."Mau ke perusahaan Rey. Ada yang mau saya bicarakan lagi dengannya," jawab Langit.Leo memutar bola matanya malas. Apa Langit pikir dia bodoh? Padahal semua proses kerja sama sudah rampung semalam. Tinggal serah terima saja dua hari lagi. Leo memastikan jika Langit hanya beralasan saja. Dia pasti ingin menemui Senja."Kenapa? Saya tidak minat bertemu dengannya. Saya harus pastikan, kerja sama ini tidak merugikan kita nantinya," jelas Langit.Leo tertawa geli. Langit ternyata tahu apa yang dipikirannya. Tapi penjelasan Langit sudah menjelaskan semuanya.Demi Gadis dan Langit. Leo rela menderita, walau harus berkencan dengan tumpukan kertas di atas meja.Langit pergi keluar daru kantornya. Mobil mewah produksi eropa, dia kemudikan hari ini. Hari belum masuk tengah siang, jalanan masih sangat lenggang untuk mempercepatnya s
Mata Senja membeliak, sangat jelas di matanya jika disana adalah Gia, dan dia semakin tidak percaya saat Gia berjalan menjauh ke sebuah mobil yang sangat Senja kenal. "Gia.."Senja menutup mulutnya yang tadi juga ikut melebar, dia baru mengingat jika nama lengkap Gia adalah Gia Tania. Apa jangan-jangan Gia lah selingkuhan Rey. Sejak kapan? Bagaimana bisa?"Jangan terkejut seperti itu. Sepertinya kamu baru menyadari hubungan mereka. Apa kamu merasa di khianati?" bisik Langit.Langit juga melihat dengan jelas, secepat mungkin dia masuk ke dalam mobil, dan berbisik pada Senja.Senja hanya tertawa miris, dia merasa menjadi wanita paling bodoh. Kenapa dia baru tahu sekarang, apakah dia terlalu buta dengan cintanya dulu?Bumi yang melihat wajah mamanya Sendu di balik kaca spion. Dia segera berdiri dengan pijakan bangku belakang, lalu memeluk Senja dari balik kursi duduk Senja."Maafkan Bumi ma. Bumi beberapa kali melihat papa bersama Laura dan juga tante itu. Karena itu, Bumi semakin benci