setengah jam yang lalu..."Kenapa Tuan melepas mereke berdua?" tanya Leo. Darahnya sudah mendidih ingin bisa menyiksa kembali dua penjahat tadi. Tapi Langit dengan sangat mudah melepaskan."Kita sudah tahu kan, jika Rey di balik semuanya," jawab Langit enteng.Dia harusnya sudah di ruang tamu menunggu Senja, tapi masih banyak yang mau dia diskusikan dahulu bersama Leo.Leo kembali memberikan protesnya. "Apakah Tuan yakin? Saya tidak," tegas Leo.Langit tersenyum penuh arti, sebelum kepalanya menggeleng, dan setuju dengan pendapat Leo.Leo mengerutkan dahinya, harusnya mereka bawa ke markas mereka. Biar semua terbuka. "Saya punya tugas penting untukmu. Mana tahu dengan ini, kau akan mendapatkan maaf dari Gadismu yang sudah tidak gadis itu lagi," sindir Langit. "Semua sudah saya catat disini. Masalah mereka, Saya memang sengaja melepasnya. Tahukan, binatang peliharaan akan kembali ke majikannya, dan mengadu jika dia disiksa," lanjut Langit lagi.Leo membaca seksama apa yang di tulis L
Tania mengamuk di rumahnya. Serpihan vas bunga yang dia banting di depan dua anak buahnya, bercecer di lantai."Kenapa bisa lolos? Sudah saya bantu kurung dia, hanya tinggal menangkapnya saja kalian tidak becus!"Tania berjalan mendekati mereka, matanya menikam tajam ke keduanya.Semalaman dia mununggu kabar tapi hasilnya sangat memgecewakan. Harusnya dia menyewa orang yang kompeten, tidak sekedar mengambil preman jalanan yang baru dia temukan di sekitar Mall."Kalian, terlalu gegabah! Bukannya, menangkap mereka. Kalian berdua malah bertengkar. Percuma badan besar, jika otak kalian kosong!" hina Tania.Keduanya tetap bungkam tidak berani menjawab. Mereka masih sangat ingat ancaman yang di berikan seseorang saat di Mall tadi. Mereka tidak mau jika sampai kehilangan nyawa. Lebih baik mereka merekayasa kejadian, seperti ingin seseorang yang mereka belum sempat mengenal namanya itu. Siapa yang berani berurusan dengan orang yang bisa membawa senjata api? Sedangkan mereka berdua hanyalah prem
Senja sedang sibuk di meja kerjanya, sampai panggilan telpon dari Rey di nyaris dia abaikan."Ya, kenapa mas?" tanya Senja, saat dia sudah berada di dalam ruangan Rey "Duduklah, ada yang mau mas bicarakan."Senja langsung duduk, sesuai apa yang Rey perintahkan padanya. Dia duduk dengan tenang, menunggu Rey untuk bercerita. Walau dia sudah menebak apa yang akan dibicarakan Rey. Saat pergi ke kantor dengan taksi online. Langit sempat menghubunginya dan memberitahukan rencana selanjutnya. Lalu meminta Senja untuk bersiap disaat Rey memanggilnya.Benar saja, Rey yang memang tidak suka mengulur waktu, sudah memanggilnya sekarang."Sepertinya pertemuan kamu dan Langit berhasil. Dia setuju bekerja sama dengan kita. Tapi dia memberikan syarat pada mas," tutur Rey.Senja memasang wajahnya seolah terkejut, seakan itu berita baru yang dia dengar. "Benarkah? Itu berita baikkan? Emang dia minta syarat apa?" tanya antusias Senja.Rey membenarkan duduknya, wajah serius mulai dia tampakkan. "Dia min
Mama, mama kemana dari semalam? Bumi hampir saja lapor polisi, jika mama tidak kembali hari ini," gerutu Bumi.Dia sengaja menunggu kepulangan Senja. Sejak malam hingga pagi tadi, dia gelisah dengan tidak ada terlihat mamanya. Dia sampai berpikir jika papanya kembali berbuat jahat. Sampai-sampai Bumi melabrak Rey pagi hari kemarin, menanyakan keberadaan Senja dan mengancam akan memasukkan Rey ke penjara."Kok belum tidur? Mama semalam dari tempat teman. Mama menginap di rumahnya. Maaf tidak kabarin kamu sayang,"Bumi memanyunkan bibirnya. Dia sangat khawatir, tapi mamanya begitu enteng menjawab."Iya mama tahu, mama salah. Mama minta maaf. Jadi mama harus gimana, agar kamu maafin mama?" rayu SenjaMata Bumi seketika berbinar. Jari telunjuknya mulai mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir apa yang akan dia pinta. "Bumi pengen jumpa kakek," seru Bumi. Senja menjadi kalang kabut, dia berpikir Bumi hanya akan meminta mainan saja. Tapi permintaan Bumi di luar nalarnya. Bagaimana bisa dia memper
"Tuan, anda mau kemana?" tanya Leo.Hari ini begitu banyak pekerjaan yang bertumpuk di meja kerjanya. Sedangkan Langit, seenak hati meninggalkan dia sendiri di kantor."Mau ke perusahaan Rey. Ada yang mau saya bicarakan lagi dengannya," jawab Langit.Leo memutar bola matanya malas. Apa Langit pikir dia bodoh? Padahal semua proses kerja sama sudah rampung semalam. Tinggal serah terima saja dua hari lagi. Leo memastikan jika Langit hanya beralasan saja. Dia pasti ingin menemui Senja."Kenapa? Saya tidak minat bertemu dengannya. Saya harus pastikan, kerja sama ini tidak merugikan kita nantinya," jelas Langit.Leo tertawa geli. Langit ternyata tahu apa yang dipikirannya. Tapi penjelasan Langit sudah menjelaskan semuanya.Demi Gadis dan Langit. Leo rela menderita, walau harus berkencan dengan tumpukan kertas di atas meja.Langit pergi keluar daru kantornya. Mobil mewah produksi eropa, dia kemudikan hari ini. Hari belum masuk tengah siang, jalanan masih sangat lenggang untuk mempercepatnya s
Mata Senja membeliak, sangat jelas di matanya jika disana adalah Gia, dan dia semakin tidak percaya saat Gia berjalan menjauh ke sebuah mobil yang sangat Senja kenal. "Gia.."Senja menutup mulutnya yang tadi juga ikut melebar, dia baru mengingat jika nama lengkap Gia adalah Gia Tania. Apa jangan-jangan Gia lah selingkuhan Rey. Sejak kapan? Bagaimana bisa?"Jangan terkejut seperti itu. Sepertinya kamu baru menyadari hubungan mereka. Apa kamu merasa di khianati?" bisik Langit.Langit juga melihat dengan jelas, secepat mungkin dia masuk ke dalam mobil, dan berbisik pada Senja.Senja hanya tertawa miris, dia merasa menjadi wanita paling bodoh. Kenapa dia baru tahu sekarang, apakah dia terlalu buta dengan cintanya dulu?Bumi yang melihat wajah mamanya Sendu di balik kaca spion. Dia segera berdiri dengan pijakan bangku belakang, lalu memeluk Senja dari balik kursi duduk Senja."Maafkan Bumi ma. Bumi beberapa kali melihat papa bersama Laura dan juga tante itu. Karena itu, Bumi semakin benci
Hari ini adalah hari terakhir Senja bekerja sebagai sekertaris suaminya. Dia sangat sibuk membereskan berkas-berkas serta tugasnya, dimana semua akan dia serah terima pada Gia."Hai Gia, sudah siap bekerja?" tanya Senja.Pagi ini Senja sudah terbiasa melihat Gia datang bersama Rey. Suaminya beralasan jika Gia masih tidak biasa untuk naik taksi dan berinteraksi dengan orang lain. Sebagai istri sahabatnya, Rey merasa bermasalah jika menyuruh Gia bekerja di kantor mereka, tapi lepas tangan begitu saja.Senja tetap memasang kepolosannya, dia menyetujui apa yang dijelaskan suaminya. Padahal dia sudah sangat tahu kebenaran yang ada. Hanya tinggal mengumpulkan bukti dan juga bagaimana sejarah persilungkuhan keduanya."Sudah. Aku sedikit gugup. Tapi kau dan Rey sangat baik sekali. Kau pasti sangat bersyukur memiliki suami seperti Rey," ungkap Gia."Ya, aku sangat bersyukur, " jawab Senja mengambang.Padahal hatinya sekarang bertanya. Apa yang hendak dia syukurin. Dirinya yang diperjual belikan
Tidak terasa sudah lebih dari seminggu Senja bekerja dengan Langit. Tapi sampai saat ini, dia tidak kunjung tahu apa pekerjaannya.Senja mulai merasa kantuk sudah menghantuinya. Matanya sangat berat untuk terbuka berulang kali dia terus menguap. Apakah ini yang di namakan makan gaji buta? Dia sudah mengibaratkan dirinya hanya menjadi patung pajangan saja. "Tuan, bolehkah saya pulang saja? Saya mengantuk berat sekali. Toh, kerjaan saya tidak ada kan?" Bendera putih mulai di kibarkan Senja. Dia sudah tidak bisa menahan kantuknya lagi. Padahal berbagai cara sudah dia lakukan. Dari makan permen, cuci muka, sampai mencari kegiatan absurd lainnya.Langit yang tadi sangat fokus mengecek berkas dari finance, kini memberikan perhatiannya pada Senja. Wajah wanita itu sangat memelas sekali. Langit bisa melihat mata sayu yang tidak bergairah."Ngantuk? Ini belum jam pulang kantor, Senja. Jika kamu memang ngantuk. Pakai saja ruangan saya untuk tidur," usul Langit.Senja menggeleng tidak setuju,