Home / Romansa / Gairah Liar Keponakanku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Gairah Liar Keponakanku: Chapter 71 - Chapter 80

150 Chapters

Bab 71

“Amnesia?” Sepasang manik mata lelaki itu membola mendengar penjelasan Dokter Ivan. “Amnesia disosiatif. Ada beberapa bagian peristiwa dalam hidupnya terlupakan olehnya. Sepertinya ia mengalami trauma kejadian di masa lalunya dan reaksi pikirannya mencegah untuk mengingat kembali hal yang tak ingin diingatnya,” jelas Ivan. “Jadi … dia tidak akan mengingatku lagi?” tegas Marco yang masih tak bisa menerima kenyataan. “Mungkin saja ingatannya akan kembali,” lanjut Ivan. “Semua ini tergantung pada keinginannya. Aku, atau bahkan dokter ahli dimanapun tak bisa mengatakan dengan pasti kapan memorinya akan kembali.” Tubuh Marco kembali terasa lemas dan tak bergairah. Harapan yang semula ada, tiba-tiba lenyap dengan seketika. Ia merasa seperti dihempaskan begitu saja dari tempat yang tinggi oleh kenyataan. “Cassandra, anakku.” Wajah Irfan memerah dengan ekspresi yang tak jelas. “Seharusnya aku lebih memperhatikan dia. Tolong, Dokter. Lakukan apapun yang terbaik agar dia segera pulih kembal
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Bab 72

Pertanyaan itu seakan sengaja menyudutkan Marco. Lelaki itu menghela napas panjang. Ia tidak membiarkan emosinya menguasai kesadarannya. “Semua ini karena dia salah paham dan mengira aku sudah menyewa seseorang untuk membunuhnya,” papar Marco. “Padahal justru aku sedang memerintahkan seseorang untuk menjaganya.” “Benarkah?” Marco mengeraskan rahangnya. “Bagaimana denganmu sendiri. Apa yang sudah kamu lakukan di masa lalu? Kenapa lelaki itu berambisi untuk membunuh Cassandra? Dosa apa yang kamu lakukan dua puluh tahun yang lalu?” cecar Marco. Irfan tertawa sambil menggelengkan kepalanya. “Apa pedulimu? Bukankah yang terpenting aku menghasilkan banyak uang untuk bisa kamu pakai?” “Kak Irfan! Kalau memang Cassandra bukan putri kandungmu, kenapa kamu justru mau menikahinya dua puluh tahun yang lalu?” “Karena ayahnya menawarkan Sophie Laurent, sebagai bayarannya,” sahut Marco. “Dan aku tak bisa menolaknya karena saat itu kamu sedang membutuhkan banyak uang untuk biaya pendidikanmu.”
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Bab 73

“Ya, aku mencintainya. Aku cukup bahagia walau hanya melihat senyum bahagianya dari sini,” sahut Marco. Ia tidak ingin Hani berpikiran aneh tentang hubungannya dengan Cassandra.Namun gadis itu tertawa. Ia tahu bahwa Marco satu-satunya lelaki yang ada di hati sahabatnya. Mungkin benar jika Marco bagi sahabatnya adalah sekedar pria bunglon. Tapi bukankah cinta adalah obat yang paling ampuh untuk semua penyakit. Karena itu Hani tidak bisa diam dan melepaskan peluang untuk memulihkan ingatan sahabatnya itu, walau itu berarti menghancurkan kesempatan Fritz untuk mendapatkan hati Cassandra.“Kenapa dari cuma dari luar sini. Om berhak untuk bertemu dengannya, lebih dari kami temannya,” ujar Hani sembari menarik tangan Marco. Ia membuka pintu ruang rawat inap yang didiami Cassandra, membuat kedua makhluk yang ada di dalamnya menghentikan tawanya. “Om Marco duduk aja di sini. Nggak perlu berdiri di luar macem patung penyambut tamu gitu,” celetuk Hani dengan sengaja. “Aku dan Fritz masih h
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Bab 74

“Jangan lupa obat-obatnya diminum secara teratur. Dan … jangan terlalu memaksanya untuk mengembalikan memorinya,” ucap Dokter Ivan pada Marco. “Terima kasih, tentu saja. Aku akan menjaganya baik-baik.” Marco akhirnya bisa bernapas lega karena bisa membawa Cassandra kembali pulang. Walau kini semuanya berbeda. Gadis yang dulu ceria dan selalu tersenyum manja saat bersamanya, kini hanya diam membisu bahkan tatapan matanya kosong seakan tanpa harapan. Seminggu berlalu, namun sepanjang hari gadis itu hanya menghabiskan waktu di depan jendela kaca lebar apartemennya, dengan tatapan matanya yang kosong. “Sandra.” Panggilan Marco hanya seperti angin yang berlalu di telinga gadis itu. “Kamu nggak bisa terus seperti ini. Kamu harus kembali seperti Cassandra yang dulu.” Gadis itu tak menggubrisnya. Tatapan hampanya masih tertuju pada jendela kaca yang memperlihatkan cerahnya langit hari itu.Marco menarik tangannya, membuatnya berdiri tegak. “Kita pergi sekarang.” Kali ini Cassandra menat
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Bab 75

Gadis itu menelan kasar salivanya. Ia tak bisa melepaskan pandangannya wajah tampan yang sedang lelap dalam tidurnya itu. Perlahan kilas kenangan masa lalunya melintas begitu saja. Seperti sebuah dejavu, ia melihat sosok yang lelap itu tertidur di atas sofa panjang di hadapannya. Cassandra memejamkan matanya. Ia mencoba mengingat kembali semua yang pernah terjadi di masa lalunya. Namun semakin ia mengingat, kepalanya terasa semakin sakit. Gadis itu meremas kepalanya dan mulai mengerang kesakitan. Suara itu membuat Marco terbangun dari tidurnya. Ia melihat gadisnya kesakitan. Segera diraihnya gadis itu dan memeluknya di dadanya. Cassandra dapat merasakan detak irama jantung lelaki itu. Ia merasakan kehangatan yang terasa tak asing baginya. Lagi dan lagi, ia merasakan seperti sebuah dejavu yang terus menghampirinya. Perlahan rasa sakit yang menyiksa itu menghilang. Marco melepaskan pelukannya. Ia tak mau gadis itu salah paham dan kembali membencinya. Ia menatap sepasang mata cant
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Bab 76

“Om ingin membunuhku,” tuduh Cassandra. “Sandra, aku tak tahu apa yang kamu ingat. Tapi … aku tidak seperti yang kamu pikirkan,” elak Marco. “Aku bisa menjelaskan semuanya. Berikan aku kesempatan.” “Kesempatan apa? Kesempatan agar kamu bisa membodohiku karena aku lupa masa laluku?” Cassandra menatap lelaki di hadapannya seolah ingin membaca hatinya. “Aku tidak ada hubungannya dengan pembunuh itu. Sampai saat ini, orangku sedang mencari tahu siapa dia,” jelas Marco.“Pergilah!” pinta Cassandra, “biarkan aku sendiri.”Marco hanya menganggukkan kepalanya dengan perasaan kecewa. Ia pun kembali ke kamar apartemennya. Ia sadar, cepat atau lambat gadisnya akan mengingat kembali alasannya menghindari Marco sebelum terjadi kecelakaan itu. Ia akan mengingat kecurigaannya kala itu.Hanya satu yang bisa dilakukannya saat ini, membiarkan gadis itu berpikir sambil mencari tahu siapa lelaki yang berusaha menyerangnya. Mungkinkah Irfan memiliki banyak musuh di masa lalunya? Hal itu masih merupak
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Bab 77

Marco masih merasa kesal. Bagaimana tidak, wanita yang dibayarnya jelas-jelas meremehkannya. Sungguh! Ia merasa sangat kesal. Baru saja ia selesai membersihkan diri, tiba-tiba saja ia mendengar suara ponselnya, Lelaki itu merasa semakin kesal ketika melihat nomer yang sangat dikenalinya mengambang di layarnya. Deringannya yang seakan tanpa jeda itu, membuatnya tak bisa mengabaikan panggilan itu, Diangkatnya ponselnya walau dengan perasaan enggan. “Benar, ini aku,” ucapnya dengan gusar. “Kenapa kamu menghubungiku lagi? Apa kamu sudah berhasil menangkap laki-laki itu?” “Hanya tinggal selangkah lagi,” sahutnya. Marco terkejut mendengar jawaban lelaki itu. “Maksud kamu?”“Dia sudah berada di depanku. Siap memangsa kelinci yang menjadi targetnya,” sahut lelaki itu dengan santainya. “Cassandra?” teriaknya tanpa sadar. “Tapi … bukankah dia ada di dalam apartemennya?”“No … no. Dia sedang menikmati udara penuh asap knalpot jalanan seperti kelinci kecil tanpa dosa,” lapornya. “Haruskah a
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 78

“Katakan padaku, Darius. Apa yang kamu dapatkan dengan membunuh Cassandra?” cecar Marco. Lelaki muda itu tertunduk lesu. Lagi-lagi ia tidak bisa menjawab pertanyaan Marco. Ia mulai menangis menyesali jalan yang diambilnya. “Tidak ada, bukan? Kamu hanya akan mengalami penderitaan jika sampai gadis itu meninggal.” Marco memberikan penekanan pada kalimatnya. “Apa kamu menyesalinya?” Darius menganggukkan kepalanya. “Aku jadi ingin tahu bagaimana kamu bisa mengenal Cassandra dan mengatakan bahwa dia adalah saudara tirimu.” Darius mengangkat wajahnya. Ia menatap Marco dengan ragu. “Sepeninggal ayahku, ibuku menikah lagi. Dia membawa Haris, ayah tiriku pulang ke rumah. Entah kenapa aku merasa ayah tiriku tidak mencintai ibuku. Dia hanya ingin menikmati harta peninggalan ayahku.” Darius menghela napas dan kembali tertunduk lesu. “Dan selang beberapa hari pernikahan mereka, seorang wanita muncul di rumah kami. Dia marah dan bahkan mengatakan jika ayah tiriku hanya seorang pengecut yang
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 79

“Lalu Bik, kalau papa Irfan bukan papa kandung Sandra, siapa sebenarnya papa kandung Sandra?”Bik Sum menghela napas. Ingatannya berputar kembali pada kejadian dua puluh tahun silam dan mulailah dia bercerita.“Sebenarnya … nona besar jatuh cinta pada seseorang,” kisah Bik Sum. “Setahu Bibik, semua ini berawal dari perpisahan tuan dan nyonya besar. Tuan yang tidak pernah mau tahu dengan keadaan keluarganya. Dia hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Dedikasinya hanya pada perusahaan yang saat itu dirintisnya.Setiap nyonya besar menyampaikan keluhannya, tuan selalu mengatakan bahwa dia lemah dan hanya mengkritiknya. Bibik yang saat itu baru bekerja di sini, juga tidak menyangka kalau kehidupan keluarga ini benar-benar … yah, tidak sedamai yang terlihat di luaran sana. Keluarga yang terlihat bahagia dan harmonis, ternyata menyimpan kenyataan yang pahit. Bik Sum benar-benar kasihan sama nyonya saat itu. Hingga setahun setelah bibik bekerja, nyonya minta cerai dari tuan besar. Nona muda s
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Bab 80

Cassandra menatap lelaki yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh jangkung itu mengulas sebuah senyuman baginya.“Papa,” sapa Cassandra dengan canggung. Hubungannya dengan Irfan Asmara memang tidak terlalu dekat. Ditambah lagi setelah mendengar bahwa pada kenyataannya, lelaki itu bukanlah ayah biologisnya. Irfan hanya orang asing yang dipilih oleh kakeknya untuk menjadi tameng baginya. “Sandra, kamu baru saja datang. Kenapa harus berkemas?” tanya Irfan. Kali ini suara lelaki itu lebih lembut dari biasanya. “Eng … Sandra mau jalan-jalan beberapa hari, Pa,” sahut gadis itu datar. Irfan menyeruak masuk ke dalam ruang kamar putrinya. Tanpa dipersilahkan, ia pun duduk di atas sofa panjang yang ada di ruangan itu.“Papa dengar dari Bik Sum, kamu sudah ingat semuanya kembali. Benarkah?” tanyanya lagi.Cassandra menganggukkan kepalanya. “Iya. Sandra sudah ingat semuanya.” “Apa semuanya baik-baik saja?” tanya Irfan sesaat setelah melihat perubahan raut wajah Cassandra. “Iya. Papa … ngg
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status