Share

Bab 78

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 21:07:49

“Katakan padaku, Darius. Apa yang kamu dapatkan dengan membunuh Cassandra?” cecar Marco.

Lelaki muda itu tertunduk lesu. Lagi-lagi ia tidak bisa menjawab pertanyaan Marco. Ia mulai menangis menyesali jalan yang diambilnya.

“Tidak ada, bukan? Kamu hanya akan mengalami penderitaan jika sampai gadis itu meninggal.” Marco memberikan penekanan pada kalimatnya. “Apa kamu menyesalinya?”

Darius menganggukkan kepalanya.

“Aku jadi ingin tahu bagaimana kamu bisa mengenal Cassandra dan mengatakan bahwa dia adalah saudara tirimu.”

Darius mengangkat wajahnya. Ia menatap Marco dengan ragu.

“Sepeninggal ayahku, ibuku menikah lagi. Dia membawa Haris, ayah tiriku pulang ke rumah. Entah kenapa aku merasa ayah tiriku tidak mencintai ibuku. Dia hanya ingin menikmati harta peninggalan ayahku.”

Darius menghela napas dan kembali tertunduk lesu. “Dan selang beberapa hari pernikahan mereka, seorang wanita muncul di rumah kami. Dia marah dan bahkan mengatakan jika ayah tiriku hanya seorang pengecut yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 79

    “Lalu Bik, kalau papa Irfan bukan papa kandung Sandra, siapa sebenarnya papa kandung Sandra?”Bik Sum menghela napas. Ingatannya berputar kembali pada kejadian dua puluh tahun silam dan mulailah dia bercerita.“Sebenarnya … nona besar jatuh cinta pada seseorang,” kisah Bik Sum. “Setahu Bibik, semua ini berawal dari perpisahan tuan dan nyonya besar. Tuan yang tidak pernah mau tahu dengan keadaan keluarganya. Dia hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Dedikasinya hanya pada perusahaan yang saat itu dirintisnya.Setiap nyonya besar menyampaikan keluhannya, tuan selalu mengatakan bahwa dia lemah dan hanya mengkritiknya. Bibik yang saat itu baru bekerja di sini, juga tidak menyangka kalau kehidupan keluarga ini benar-benar … yah, tidak sedamai yang terlihat di luaran sana. Keluarga yang terlihat bahagia dan harmonis, ternyata menyimpan kenyataan yang pahit. Bik Sum benar-benar kasihan sama nyonya saat itu. Hingga setahun setelah bibik bekerja, nyonya minta cerai dari tuan besar. Nona muda s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 80

    Cassandra menatap lelaki yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh jangkung itu mengulas sebuah senyuman baginya.“Papa,” sapa Cassandra dengan canggung. Hubungannya dengan Irfan Asmara memang tidak terlalu dekat. Ditambah lagi setelah mendengar bahwa pada kenyataannya, lelaki itu bukanlah ayah biologisnya. Irfan hanya orang asing yang dipilih oleh kakeknya untuk menjadi tameng baginya. “Sandra, kamu baru saja datang. Kenapa harus berkemas?” tanya Irfan. Kali ini suara lelaki itu lebih lembut dari biasanya. “Eng … Sandra mau jalan-jalan beberapa hari, Pa,” sahut gadis itu datar. Irfan menyeruak masuk ke dalam ruang kamar putrinya. Tanpa dipersilahkan, ia pun duduk di atas sofa panjang yang ada di ruangan itu.“Papa dengar dari Bik Sum, kamu sudah ingat semuanya kembali. Benarkah?” tanyanya lagi.Cassandra menganggukkan kepalanya. “Iya. Sandra sudah ingat semuanya.” “Apa semuanya baik-baik saja?” tanya Irfan sesaat setelah melihat perubahan raut wajah Cassandra. “Iya. Papa … ngg

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 81

    Goresan pena di atas kertas diary itu memudar, seperti terkena tetesan air. Cassandra bisa menebak bahwa ibunya sedang menangis saat menuliskan perasaannya hari itu. Sepasang mata indah itu membulat ketika mulai membaca kisah yang tertulis di atasnya. Kisah tentang hal yang terjadi sebenarnya terjadi malam itu. FLASHBACK“Mar, tunggu aku!” teriak Irfan sembari berlari menyusul kawannya mencari kayu bakar. Marini membungkuk, meraih ranting kering di bawahnya. “Cepat, nanti kita kemalaman,” perintahnya. Sepasang tangannya dengan cepat menumpuk ranting-ranting yang ditemukannya di satu tempat. Ia mengedarkan kembali pandangannya, mengincar bawah pohon, tempat dimana ranting kering biasa berjatuhan. “Irfan, sepertinya kurang banyak. Kamu cari di bagian sana, aku di sisi yang lain.” Tanpa menunggu jawaban dari Irfan, Marini segera berlari menjauh, menghilang dalam kerimbunan hutan. “Fan, dimana Marini?” tanya Haris yang tiba-tiba saja muncul. Irfan yang tidak begitu mendengar perin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 82

    Haris tersenyum mendengar pertanyaan itu. Bagaimana tidak, ia jelas-jelas tahu betapa sulitnya menerobos benteng pertahanan gadis itu tadi. “Terima kasih, karena kamu sudah memberikannya hanya padaku,” ucapnya lalu mencium lembut kening kekasihnya. Sepasang mata itu kembali bertemu. Keduanya kembali merasakan getar-getar lembut di dalam hatinya. Haris memeluknya dengan erat, memperlihatkan betapa ingin lelaki itu melindungi gadis yang dicintainya. Sayup terdengar dari kejauhan, suara-suara memanggil nama mereka. Cahaya seakan senter mengarah ke penjuru hutan, menyorot setiap sisi yang memungkinkan untuk menemukan sosok yang dicari oleh mereka. “Haris!” “Irfan!” “Marini!” Suara teriakan mereka seakan membangunkan setiap penghuni hutan itu dari keheningan malam. “Irfan! Apa yang kamu lakukan di sana?” teriak satu di antara pencari yang berhasil menemukan satu di antara mereka. “Kemana pakaianmu?”Irfan berusaha menutup bagian tubuhnya dengan perasaan malu. “A– aku mencari Marin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 83

    “Bibik sudah menceritakan semua yang bibik ketahui, Non. Tentang Pak Irfan –” Bik Sum menghentikan kalimatnya. “Bibik ndak berani bicara lebih banyak sama Non.” Cassandra tak ingin lagi mendesak Bik Sum untuk mencerita alasan Irfan mau menikahi ibunya. Ia tahu bahwa wanita tua ini tidak mudah untuk dibujuk. Ia tak akan melakukan hal yang tak ingin dilakukan. Seperti saat Irfan memintanya mengambil rapotnya dulu. Dengan berani dia menolak karena merasa tak berwenang sebagai orang tuanya. “Apa masih sangat jauh, Bik?” tanya gadis itu. “Tidak Non. Sekitar tiga jam lagi dari sini,” sahutnya. Wanita itu melihat Cassandra menguap lebar. Ia tahu perjalanan ini adalah perjalanan jauhnya untuk pertama kalinya. Ia harus melintasi beberapa provinsi sekaligus. “Tidur saja, Non. Nanti biar bibik bangunkan begitu sampai.” Sementara itu Marco sedang panik mencari gadisnya. Ia menggigit bibir bawahnya saat melihat apartemen yang dibelinya untuk Cassandra itu tak berpenghuni. “Kenapa kemarin kubi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 84

    Gadis itu langsung membungkukkan badannya. Ia bersembunyi di balik dinding kamar itu.“Nggak mungkin! Nggak mungkin Om Marco menemukan aku secepat ini.”Cassandra masih membungkuk dan menjauh dari jendela itu. Ia mengambil ponselnya dan melihat jumlah panggilan tak terjawab di atas layarnya. Semuanya dari orang yang sama. Gadis itu segera mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam laci nakas. Rasa penasarannya masih tak juga hilang. Sekali lagi ia mengintip keluar jendela untuk memastikan bahwa penglihatan tidak benar.Kali ini ia melihat hal yang berbeda. Lelaki itu sama sekali bukan Marco. Kulit dan perawakannya memang serupa, sama-sama eksotis dan jangkung. Namun dengan penampilan dan wajah yang sama sekali berbeda. Cassandra bernapas lega. Ia membaringkan tubuhnya ke atas dipan dan mulai memejamkan matanya. Rasa lelah di tubuhnya mulai terasa setelah menempuh perjalanan delapan jam jauhnya dari rumah tinggalnya. “Non, bangun Non.” Suara Bik Sum berhasil membuat Cassandra t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 85

    “Ih … dasar anak kota, nggak punya sopan santun.” Kalimat itu masih terdengar di telinga Cassandra. Tapi gadis itu mengabaikannya. Ia sama sekali tidak suka perjodohan. “Ibu sih, pake acara jodoh-jodohan. Gadis modern jarang ada yang mau dijodohkan, Bu. Kalau mereka suka, malah mereka yang nembak duluan.” “Kalau gitu, kamu mending ibu jodohin sama gadis desa sini saja, Le! Ayo pulang.” Bu Marni mulai merasa kesal karena disalahkan di depan Bik Sum oleh putranya sendiri. “Surya nggak mau dijodohkan, Bune! Surya cuma mau nikah sama perempuan yang Surya cintai,” bantah pemuda itu. “Halah Le, masalah cinta, dulu Bune juga nggak cinta sama bapakmu. Tapi pernikahan kita juga langgeng,” debat Bu Marni. “Yo wes, dilanjut di rumah. Jangan debat di sini, kasihan Surya nanti malu kalau kedengaran sama Non Sandra,” ucap Bik Sum, setengah menekan suaranya agar terdengar kedua makhluk ibu dan anak di depannya. “Nanti Non Sandra-nya tambah mikir mau nerima laki-laki yang masih hidup di bawah r

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 86

    “Apa? Jadi sampai sekarang kamu belum juga berhasil memperoleh petunjuk keberadaannya?” “Seharian ini, komputer tidak mendeteksi ponselnya aktif. Maaf Pak Marco,” ucap Niken dari dalam pesawat teleponnya. Marco meremas gagang kemudinya. Ia merasa kesal karena mendapati jalan buntu. “Terus lacak keberadaannya. Begitu ponselnya aktif, segera laporkan padaku.” “Baik, Pak,” sahut Niken. “Pak Marco, tadi Pak Irfan menanyakan keberadaan Anda.” Marco terdiam. Ia merasa bersalah karena tidak mengatakan niatnya untuk mencari Cassandra. Tapi semua itu dilakukannya karena ia terlanjur kesal pada kakaknya. Ia merasa kecewa karena merasa dibohongi selama dua puluh tahun terakhir.“Saya mengatakan bahwa Anda sedang cuti selama beberapa hari ke depan,” lanjut Niken.Marco bernapas lega. Ia merasa beruntung karena memiliki seorang sekretaris yang bisa diandalkan seperti Niken. “Kerja bagus. Terima kasih Niken.” Marco menutup panggilannya setelah menyampaikan apresiasinya pada sang sekretaris.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09

Bab terbaru

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 150

    Sepasang insan itu menikmati kebersamaan mereka. Tak ada lagi kecemasan dalam pikiran mereka. Semua keraguan dan kecemasan yang beberapa hari terakhir dirasakannya, menghilang dalam sekejap. Keduanya seakan berlomba untuk saling memuaskan satu sama lain dalam degup irama jantung yang sama kencangnya.“Om,” desah suara itu memanggil kekasihnya. Marco menghentikan hentakannya. Ia menatap wajah lelah istrinya yang telah dipacunya beberapa menit berlalu. Dikecupnya bibir merahnya dengan senyuman mengembang. “Sampai kapan kamu akan memanggilku seperti itu?” godanya. “Apa kamu ingin semua orang menganggapmu sugarbaby ku?” Cassandra menarik sudut bibirnya, memberikan seulas senyuman manjanya. “Suamiku. Atau sayangku. Mana yang lebih baik menurutmu?” Marco memautkan jari jemari ke tangan istrinya. Sepasang matanya seakan tersenyum lembut bersama dengan bibirnya.“Keduanya terdengar sexy, asal keluar dari bibirmu,” bisiknya. Lelaki itu kembali mencumbu istrinya, menyerangnya dengan gelit

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 149

    Marco terkesiap saat melihat Cassandra di depan pintu. Ia tidak menduga Cassandra harus terlibat dalam masalah ini. Seharusnya semua rencananya berhasil, jika saja Dave tidak dengan sengaja membawa istrinya ke tempat itu. Ia bahkan dapat melihat senyum lelaki itu saat mengikuti langkah Cassandra masuk ke dalam kamarnya. Namun Marco tidak ingin semua rencananya berantakan. Ia segera menutup pintu sesaat setelah Dave masuk. Dan pertunjukan utama pun dimulai. Cassandra melihat seorang gadis, kedua tangannya terikat menjadi satu dan Rexy sedang berdiri tepat di hadapannya. “Om Rexy? Dan kamu … bukankah kamu Shereen? Apa yang kalian bertiga lakukan di kamar ini?” Tentu saja Cassandra kebingungan melihat keberadaan mereka di tempat itu. Semua pikiran buruk tentang perselingkuhan suaminya, langsung dimentahkan karena kehadiran Rexy. “Tidak, bukan seperti itu pertanyaannya, Sandra,” sahut Rexy. “Seharusnya kamu minta Dave menjelaskan semuanya. Bagaimana ia tahu Marco ada di hotel ini

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 148

    “Ngapain kamu bawa aku kemari?” Cassandra menatap curiga lelaki di sampingnya. Ia mulai gelisah. Perasaannya makin tak tenang saat lelaki itu memutar kemudinya memasuki lobi hotel berbintang empat itu. “Seperti yang aku katakan. Aku punya janji minum dengan Indra, interior desainer yang aku ceritakan tadi,” sahut Dave dengan tenangnya. Cassandra menatap lelaki itu dengan sudut matanya. Ia terus memperhatikan gerak-gerik lelaki yang dikenal dengan sifat buruknya – pemain wanita.Dave tersenyum tipis saat mengetahui Cassandra menatapnya penuh kecurigaan. “Apa?” tanyanya sembari tertawa terkekeh. “Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa kamu mulai menyadari bahwa teman kamu yang satu ini terlihat tampan?” Cassandra mengalihkan perhatiannya. “Iya, sebenarnya kamu cukup tampan. Tapi –” “Tapi? Tapi apa?”“Kenapa kamu sampai sekarang belum juga menikah?” ungkap Cassandra karena tak tahan lagi dengan sikap lelaki itu. Lelaki itu tersenyum lebar. “Karena aku sedang menunggu seseorang. Se

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 147

    “Aku akan segera pulang setelah melakukan survey lokasi.” Marco mengatakan dengan jelas alasan kepergiannya kepada istrinya. “Hanya satu malam, Sayang.” “Tapi ….” Cassandra mendecak kesal. “Aku benci tidur sendirian, Om.”“Aku janji, seandainya nanti semuanya selesai tidak terlalu larut, aku akan langsung kembali,” sahut Marco. Cassandra mengerucutkan bibirnya. Seandainya saja Marco mengajaknya, ia pasti mau ikut bersamanya. Tapi ia malu untuk terlihat posesif terhadap suaminya. “Baiklah. Kabari aku setelah kamu sampai di tujuan,” pinta Cassandra. Marco menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui permintaan istrinya. “Tentu saja,” ucapnya. Ditatapnya wajah manis perempuan yang ada di dalam pelukannya. Rasa hangat pelukan Marco, membuat perasaan gelisah di hati Cassandra memudar. Hatinya seharian ini memang merasa tak tenang, seperti merasakan sebuah firasat buruk tentang suaminya. Namun ia tak bisa menemukan sesuatu yang tak seharusnya. Bahkan dia percaya suaminya tak akan pernah

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 146

    Shereen mengunci pintu ruang kerja Marco. Dengan liar kedua tangannya mengunci ciumannya dari belakang tengkuk Marco. Perempuan itu memeluk Marco dan melumat bibir lelaki itu dengan penuh hasrat.“Hentikan Shereen,” lirih lelaki itu. Marco meraih pinggang ramping gadis itu dan menyentakkannya agar ia melepaskan pelukannya.Tak bisa disangkal, sebagai seorang pria normal tentu saja penampilan dan sentuhan sensual gadis itu membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Marco seakan dibawa ke sebuah petualangan baru yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. “Bukankah ini menyenangkan?” bujuk gadis itu. “Hentikan semua omong kosong ini. Aku sudah punya–”“Istri? Aku tidak menyuruhmu menikahiku,” sambung Shereen yang tak mau mendengar sebuah penolakan. “Aku cuma ingin seseorang ada di sisiku ketika aku kesepian. Ada seseorang yang peduli padaku saat aku kesakitan.”“Keluarlah.” Marco menyingkirkan sepasang tangan yang masih enggan lepas dari lehernya itu. “Keluarlah sebelum aku memanggil sek

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 145

    Cassandra berjalan selangkah demi selangkah mendekati Marco. Sepasang matanya menatap laki-laki itu dengan tatapan dinginnya. Tatapan dingin yang membuat jantung Marco seakan hampir berhenti berdetak. “Mati aku! Apa dia tahu sesuatu? Sepertinya Shereen tidak main-main dengan ancamannya.”Dengan kedua tangannya, Cassandra mendorong tubuh Marco, hingga membuat tubuh lelaki yang tidak siap menghadapinya itu limbung dan jatuh terjengkang. Marco menelan kasar salivanya. Panik! Itu yang saat ini dirasakannya. Apalagi saat melihat Cassandra yang seakan tak mau melepaskannya. Namun tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut di bagian tengah tubuhnya. Bagian yang masih berdiri menantang itu, kini berada dalam genggaman tangan Cassandra. Sentuhannya bahkan membuat jagoan Marco itu semakin mengeras. “Tadi … kamu kenapa?” tanya Marco ragu, “apa ada yang salah?”Cassandra menggelengkan kepalanya. “Aku cuma nggak nyaman aja, ruangannya terlalu sempit dan … keras.” Marco menghela napas lega. Ia ta

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 144

    Aroma jasmin menguar di ruangan yang terasa hangat itu. Suara air yang mengalir memenuhi bak mandi, menyamarkan debaran jantung keduanya. Marco dapat merasakan betapa lembut dan lembabnya kulit kekasihnya, saat tangannya menyentuh tubuhnya. Ia dapat merasakan hasratnya yang membara saat tubuh mereka bersentuhan. Marco menangkup sepasang tangannya di dada kekasihnya, merasakan sensasi kenyal yang mempermainkan hasratnya. Lelaki itu mendaratkan kecupannya di leher jenjang istrinya, merasakan denyutan nadi yang seolah menjerit saat disentuhnya. Suara desah lolos dari bibir Cassandra. Dengan pasrah, ia menyandarkan kepalanya ke dada suaminya dan memberikan keleluasaan baginya untuk menikmati tubuhnya. Ia sungguh menikmati permainan tangan suaminya dan sentuhan basah di lehernya menciptakan percikan-percikan yang membangkitkan hasratnya. Lelaki itu memutar tubuh kekasihnya. Ditatapnya wajah cantik yang tak pernah bosan dilihatnya itu. “Aku mencintaimu Sandra, cuma kamu. Biar apapun ya

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 143

    Marco mengerjapkan matanya. Ia benar-benar terkejut ketika menyadari dirinya berada di tempat yang sama sekali asing baginya. Ia mencoba mengingat kejadian terakhir yang tersimpan di memorinya. Suara gemericik air, menyadarkan dirinya bahwa ia tidak sendirian. Lelaki itu semakin terkejut ketika melihat beberapa foto yang terpampang di dinding ruangan itu. “Om sudah sadar rupanya.” Suara itu terdengar seiring dengan pintu kamar mandi yang terbuka. “Sher!” Marco menyadari bahwa dirinya berada di dalam apartemen Shereen, seorang model terpilih perusahaannya. Ia masih ingat bagaimana gadis itu menelponnya dengan ketakutan. Gadis itu tersenyum lebar. “Aku tahu Om akan datang. Aku tahu, Om akan meninggalkan istri Om buat aku,” ucapnya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. “Persis seperti yang Dave katakan.”“Dan yang lebih penting, alam seakan mendukung niatku. Om pingsan tepat di depan pintu apartemenku.”Marco segera bangkit dari sofa, tempatnya terbaring tadi. Ia menatap gadi

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 142

    Shereen mengulurkan tangannya. Mendengar tawaran yang menguntungkan seperti ini, tentu saja tidak mungkin disia-siakan olehnya. Bukan karena ia tidak menginginkan kompensasi pembatalan kontrak bernilai ratusan juta itu, tapi ia sadar jika ia membatalkan sebuah kontrak bernilai besar seperti ini akan membuat namanya juga menjadi buruk. Tidak akan ada lagi orang yang berani menawarkan kontrak apapun kepadanya. Selain itu, firasat Shereen mengatakan bahwa Marco akan menuruti apapun keinginannya. Marco sudah berada di dalam genggaman tangannya. “Om yakin?” tanya gadis itu. “Om akan melindungi aku, menjaga aku dalam setiap kegiatan yang akan aku lakukan?” Marco menganggukkan kepala menyetujui ucapan Shereen, walau ia tahu itu tidak mungkin dilakukannya. Pekerjaannya cukup banyak, dan waktu sepanjang dua puluh empat jam bahkan tidak akan cukup jika harus ditambah dengan tugas sebagai seorang bodyguard. Tapi ia tetap menganggukkan kepalanya, yang terpenting gadis di hadapannya tidak mem

DMCA.com Protection Status