“Anak haram…. Anak haram….”“Pergilah kalian.” Azka mengusir teman-temanya, dia sama sekali tidak sakit dengan hinaan itu apalagi menangis—mengadu pada ibunya karena di bully. Azka justru mengkhawatirkan nasib teman-temannya yang terus mengejeknya. Jangan sampai hinaan itu terdengar ke telinga ibunya, bisa bahaya.“Ganteng-ganteng anjjir, nggak taunya dia anak haram.”“Iyah, kasihan banget sih nggak punya bapak,” ejek temannya lagi.“Mana bapaknya nggak jelas lagi siapa,” sambung bocah bergigi ompong.“Pulanglah,” usir Azka sekali lagi, takutnya ibunya yang bar-bar mendengar ejekan itu bisa-bisa ibunya marah besar jika mulut mereka tidak diam dan pergi.Hinaan apapun separah apapun itu tak akan membuatnya marah. Azka sudah kebal dengan semua kata-kata menyakitkan itu dan tidak pernah memusingkan orang-orang yang menghina tentangnya. Tapi jika sudah menyangkut ibunya, menghina ibunya itu jadi urusannya.“Pantes aja nggak ada yang mau temenan sama, lo anak haram, sih.”“Tapi si anak har
Last Updated : 2025-04-16 Read more