Share

Anak Haram

Penulis: Nielly 11
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 17:11:03

“Anak haram…. Anak haram….”

“Pergilah kalian.” Azka mengusir teman-temanya, dia sama sekali tidak sakit dengan hinaan itu apalagi menangis—mengadu pada ibunya karena di bully. Azka justru mengkhawatirkan nasib teman-temannya yang terus mengejeknya. Jangan sampai hinaan itu terdengar ke telinga ibunya, bisa bahaya.

“Ganteng-ganteng anjjir, nggak taunya dia anak haram.”

“Iyah, kasihan banget sih nggak punya bapak,” ejek temannya lagi.

“Mana bapaknya nggak jelas lagi siapa,” sambung bocah bergigi ompong.

“Pulanglah,” usir Azka sekali lagi, takutnya ibunya yang bar-bar mendengar ejekan itu bisa-bisa ibunya marah besar jika mulut mereka tidak diam dan pergi.

Hinaan apapun separah apapun itu tak akan membuatnya marah. Azka sudah kebal dengan semua kata-kata menyakitkan itu dan tidak pernah memusingkan orang-orang yang menghina tentangnya. Tapi jika sudah menyangkut ibunya, menghina ibunya itu jadi urusannya.

“Pantes aja nggak ada yang mau temenan sama, lo anak haram, sih.”

“Tapi si anak haram itu juga aneh. Masa kemana-mana pake masker dan jaket tebal di cuaca panas kayak gini?” sambung bocah laki-laki seusianya.

Azka mengalah, dia masuk ke halaman rumahnya agar teman-temannya pergi. Kesalnya, mereka masih disana mencari masalah tak bisa membuat dia marah kini mereka melempari genteng rumahnya dengan batu kecil dengan olokan anak haram yang semakin keras.

Apa ibunya tidak akan mendengar anaknya di ejek?

Ya, ibu tunggal itu mendengarnya sejak tadi bahkan ubun-ubunnya hendak meledak karena putranya di bully . Dengan daster usangnya dan rambut yang dicepol asal, satu tangan ibu beranak satu itu sudah siap membawa sapu lidi berjalan cepat keluar dari dalam rumah.

“Mana bocah yang sudah menghina anak saya, hah?” 

Azka mengusap dada kaget dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba mengejutkannya apalagi ibunya berlari mengejar kelima temannya dan berhasil membawa satu temannya. Bocah bergigi ompong itu ditarik sampai ke depan gerbang.

“Kalian ngatain apa sama anak gue, hah?”

“Bu,” Azka memegangi tangan ibunya.

“Panggil temen lo yang tadi udah menghina anak gue,” pintanya.

Hidungnya kembang kempis, wajahnya memerah marah jika mereka bisa melihat kepalanya seolah bertanduk saking marahnya karena putra semata wayangnya di bully.

“Ampun Ibunya Azka. Sa-saya nggak bilang apa-apa,” bocah itu mengatupkan kedua tangannya memohon ampun tapi ibu satu anak yang tak lain Ayumie tidak akan mengampuni begitu saja.

“Nggak usah minta ampun-ampun sekarang. Panggil temen lo tadi yang udah enak banget ngehina anak gue. Kalo nggak gue gantung di tiang listrik di depan gang rumah gue, hah?”

Tubuh bocah laki-laki itu beringsut ketakutan sementara Azka yang melihat hal itu hanya hela nafas dia membujuk ibunya untuk melepaskan temannya yang sudah kencing di celana.

“Gue aduin lo pada sama emak dan bapak lo! Kalau perlu gue panggil pak Rt sekalian! Lo pada harus diarak warga karena sudah meresahkan banyak orang,” amarah Ayumie meledak, semakin kesini anak tetangganya semakin meresahkan.

“Tapi bukan saya, Bu.”

“Halah, udah ketangkap lo masih aja ngelak!” decak Ayumi tak terima.

Mata Ayumie menyipit menatap empat bocah yang berlindung di balik tembok dengan tubuh bergetar ketakutan.

“Saya punya bukti kalau kalian pada lah pelakunya,” Ayumie menunjuk pada cctv rumahnya yang terpasang di beberapa sudut termasuk di samping rumah agar melihat siapa bocah yang sering melempar batu pada genteng rumahnya.

“Lo apain anak gue, Yum?” Ibu si bocah itu akhirnya keluar setelah salah satu dari keempat anak itu mengadu pada ibunya.

Ayumie dengan santai tersenyum tipis ketika melihat tetangga resenya mendekat. “Kebetulan Emak lo ada disini.”

“Lepasin anak gue!”

Ayumie menghempaskan cengkeramannya seketika sampai tubuh kecil itu terhuyung dan hendak saja terjatuh jika Azka tidak menopangnya.

“Lo apain anak gue sampai ketakutan gini, Ayumie.”

“Gue nggak apa-apain anak lo! Nggak ada tanda-tanda kekerasaan juga. Gue cuman ancem anak lo doang mau gue gantung di tiang listrik. Kelakuannya sudah nggak bisa ditoleransi bikin ribut terus sama gue!” Ayumie menjeda kalimatnya, dia menarik nafas sebelum melanjutkan kembali.

Ceu Edoh, ibu dari anak itu marah tak terima anaknya di ancam-ancam seperti itu apalagi sampai di gantung di tiang listrik.

“Gak kaca jendela rumah saya saja yang anak Eceu pecahkan,” Ayumie mulai melembut, tak memanggil wanita subur dan lebih tua darinya itu dengan panggilan tak sopan seperti tadi.

“Genting rumah saya bocor sering di timpuk sama batu sama anak Eceu! Terus sekarang mulutnya lemes banget menghina anak saya anak haram!”

“Anak lo emang anak haram kan, Yum?”

Tangan Ayumie terkepal erat matanya melotot sangat mengerikan. Ceu Edoh yang di depannya ikut takut. Mau mandur, tapi dia malu dan takutnya gengnya malah mentertawakannya.

“Tau dari mana Eceu kalau anak saya anak haram, hah? 12 tahun lalu Eceu menjelma jadi dedemit atau setan sampai tahu proses pembuatan anak saya lahir ke dunia tanpa ayah?” amuk Ayumie.

“Buktinya selama ini bapaknya Azka nggak pernah datang? Anak lo sendiri pun nggak tahu bapaknya yang mana?”

Ayumie semakin geram, ia menggulung lengan dasternya sampai ke atas. Habis sudah kesabarannya menghadapi tetangga resenya ini. Dua ibu-ibu itu hendak saja berkelahi saling pukul, saling jambak jika Akira tidak lekas datang melerai perkelahian mereka.

“Jadi ini alasan kamu nggak mau lanjut sekolah disini?”

“Azka obatin dulu luka ibu di tangan,” sela Azka seraya membawa kotak obat.

“Duduk kamu,” titahnya.

Azka duduk di kursi single kepalanya menunduk, keputusannya melanjutkan sekolah ke pesantren keinginan sejak lama.

“Mereka bukan alasanku tidak melanjutkan sekolah disini, Bu.”

“Bohong!” hardik Ayumie marah, ia tahu salah satunya itu. “Kenapa kamu diam aja nggak ngomong sama ibu kalo selama ini dikatain anak haram? Nggak mungkin kamu ngotot sama Ibu buat pasantren kalo di rumah saja telingamu berisik karena bully an teman-temanmu.”

Apa Azka tidak tahu, di dunia ini hanya dia yang Ayumie punya? Keseharian Ayumie akan terasa lebih sepi dengan ketidak adanya putra semata wayangnya.

“Alasan Kakak pasantren itu karena Kakak ingin Ibu—“ Azka menatap ibunya lekat sebelum mengutarakan alasanya.

Ayumie terkesiap kaget di sela mendengarkan alasan dan juga permintaan putranya. Azka mau sekolah disini dengan satu syarat yang membuat Ayumie jengkel sekaligus sedih. Sedihnya Ayumie tak akan bisa mengabulkan permintaan Azka.

“Rumah ini masih sama,” Jackson mendekati sahabatnya yang berdiri memandangi sekitar rumahnya seolah pria itu sedang mengingat masa-masa remaja pernah tingga di rumah sederhana milik orang tuanya.

Jackson berjabat tangan. “Hari ini di dalam formasi lengkap seperti belasan tahun lalu. Ya, hanya hari ini mereka kumpul di hari libur untuk mengantarkan anaknya ka Lisa lanjut sekolah ke pesantren.”

Jackson mengajak sahabatnya masuk lebih dalam lagi pada keluarganya yang berkumpul. Disana, mereka menyambut pria itu dengan senang dan sesekali orang tua dan kakak Jackson bertanya akan istrinya.

“Kompak banget keluarga lo tanya mana istri gue?”

“Wajarlah mereka bertanya. Cuman lo doang sahabat gue yang sampai sekarang masih betah menjomblo makanya mereka penasaran sama wanita mana yang nanti bisa menaklukan hati lo yang sedingin es itu.”

Pria itu mendengus pelan, Jackson terlalu berlebihan. “Gue serius. Sejak remaja lo sibuk belajar dan belajar nggak pernah lo terlibat sama wanita. Pacaran? Nggak pernah sama sekali.”

Dia memang tidak pernah pacaran tapi setidaknya sekali dalam hidupnya dia pernah terlibat dengan satu wanita. Ya, wanita bertopeng itu yang telah membuat hari-harinya resah bertahun-tahun.

“Mananya anaknya ka Lisa yang mau pasantren?” Jackson menunjuk bocah gembrot yang sedang bersama keponakan yang lain. “Dia mau di pasantren in?”

“Awalnya sih nggak mau tapi setelah kakak gue kasih air jampe keponakan gue langsung nurut.”

“Kenapa di pesantren in bukannya itu anak satu-satunya?”

Jackson mendengus. “Dia memang anak satu-satunya tapi kalo anaknya solehnya nggak ketolong lagi sampai buat kakak dan keluarga ibu gue serangan jantung ya lebih baik di pasantrenin.”

Batara terkekeh pandangannya menatap sekumpulan keponakan Jackson. 

“Makannya lo cepet nikah, gih, Bat. Biar nanti lo ngerasain punya anak sendiri yang sudah baligh kayak apa,” sambung Jackson.

Batara masih mempertahankan tawanya meski kepalanya mendadak penuh dengan anak bermata indah yang serupa dengannya yang sering datang ke mimpinya.

“Nggak tawuran, nggak berantem, nggak bikin anak orang masuk rumah sakit. Nggak bikin guru kejang-kejang akan keusilan keponakan gue. Sudah nggak naik kelas dua kali. Jadi sekarang kakak gue nyerah. Takut khilaf menyiksa anaknya sendiri saking kesalnya makanya dia masukkan ke pesantren. Moga si Dodo di sana jadi anak soleh,” ungkap Jackson yang diaminkan oleh Batara.

“Lo nggak kepikiran pengen nikah terus punya anak gitu, Bat?” Secara usia sahabatnya sekarang menginjak 39 tahun. “Temen kita yang lain udah punya anak cuman lo doang yang masih betah nggak nikah.”

“Pernah kepikiran cuman gue masih trauma sama kejadian itu dan gue juga belum menemukan wanita yang tepat yang bisa mengimbangi sifat egoisnya gue, Jack,” ungkap Batara. 

“Berapa umurnya si Dodo?”

“14 tahun. Apa anakmu ada seusianya?”

Entahlah Batara tidak tahu, itu hanya firasatnya saja dia memiliki seorang anak dari wanita bertopeng itu, benihnya 12 tahun lalu pastinya tumbuh bukan?

“Dari pada lo balik lagi apart tiduran sampai malem ikut gue antar mereka ke pesantren sembari gue bahas kerjaan disana.”

Batara setuju, dia pun ikut bersama keluarga Jackson ke sebuah kota X perjalanan jauh kurang lebih 4 jam keluarga Jackson dan yang lain tiba mereka langsung mengantarkan Dodo ke asrama sementara Jackson dan Batara duduk di gubug sembari memandangi hamparan hijaunya sawah sambil membicarakan pekerjaannya.

“Om Jack, Om Batara ayo kita ke masjid mau adzan Ashar, kita shalat berjamaah bareng,” teriak Dodo.

“Ayo Bat, nanti kita bahas lagi.” Keduanya bangun dari duduknya lalu berjalan bersama ke masjid paling besar di tengah-tengah asrama. 

Selesai berwudhu Jackson dan Batara masuk kedalam masjid namun, langkah kaki Batara dan seorang anak laki-laki masuk secara bersama alhasil tubuh kecil itu terhuyung dan hendak saja terjatuh ke lantai bila Batara tidak cepat menariknya.

“Kamu tidak apa-apa kan, Nak?”

Batara memegangnya dengan hati-hati sementara anak laki-laki bermasker hitam itu menatapnya, bola mata indah nan serupa itu dan jantung yang berdebat membuat Batara kaget.

“Tidak. Maaf aku terburu-buru. Aku duluan, Om,” kata bocah itu seraya melambaikan tangan dan berjalan cepat menghampiri temannya.

“Kenapa, Bat?” Jackson menghampiri Batara. 

“Enggak apa. Gue kok cuman nggak asing sama anak itu.” Jackson ikut menatap ke arah pandangan Batara pada anak laki-laki memakai baju koko berwarna putih. “Matanya nggak asing.”

“Oh, ya. Dimana lo pernah ketemu?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Rahim Expired

    “Gue mau pindah ke Bali, Ra.”“Pindah?” Akira yang tengah menyantap semangkuk topokki pun langsung menoleh, dia pandangi sahabatnya yang duduk santai namun tatapannya kosong. “Kenapa mendadak banget lo mau pindah ke Bali? Emangnya kenapa?”Janda satu ini memang membingungkan, sejak mengantarkan putranya pasantren Ayumie berubah menjadi manusia kutub, jarang keluar rumah apalagi bersosialisasi dengan tetangganya paling banter Ayumie duduk sendiri melamun sepanjang hari di gazebo yang terdapat di lantai 3 kontrakannya.“Istighfar, Yum. Banyak bersyukur kenapa? Hidup lo itu sebenarnya nggak ada yang kurang.” Dia sudah lama berteman dengan Ayumie, Akira tahu bagaimana kehidupannya tak seperti dirinya sendiri yang serba kekurangan. “Lo punya segalanya yang banyak orang irikan.Ayumie mendengus disela matanya menyipit menatap Akira. Apa yang orang irikan akan kehidupanya? Apa mereka tahu saat dia kesulitan? Tidak. Orang-orang hanya melihat Ayumie dari versi senangnya saja, saat susahnya mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Ide Gila Ayumie

    ‘Apa aku harus kesana lagi?’Batara dibuat gelisah setelah kembali dari lapangan, otaknya terus diingatkan dengan anak laki-laki beberapa minggu lalu ditemuinya. Mata indan nan teduhnya membuat Batara ingin bertemu lagi.Batara menarik nafasnya hatinya bergumam, ‘Sebenarnya siapa anak itu?’Meski wajahnya tak pernah nampak seperti apa rupanya, hanya sorot mata indah yang selalu menatapnya, anak laki-laki itu di pesantren itu memiliki mata yang mirip dengan anak yang sering datang di mimpinya.‘Aku harus mencari tahu, mungkin Dodo bisa membantuku,’ batinnya.Tidak salahnya Batara mencari tahu agar rasa penasarannya terjawab akan siapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Gue Ditipu!

    “Wah, rapi sekali loh, Bat.” Mata Batara menyipit dengan kedatangan seseorang yang tak sopan, datang tak mengetuk pintu apalagi salam. “Lo mau kemana wangi gini, ngedate?”“Nggak. Gue cuman ada perlua doang kedepan,” bohong Batara.“Ck! Nggak usah bohong lo. Gue tau lo mau kencan.”Batara yang tengah menautkan penampilannya di depan cermin geram, inilah orang kepercayaan alias mata-mata Ranti di kantornya, dia Josh sahabatnya sendiri.“Nggak mungkin mom Ranti kesini cuman nganterin makanan doang buat anak kesayangan.” Josh menggelengkan kepala. “Pastinya lo diminta kencan agar cepet nikah.”Kalau Josh sudah tahu kenapa dia bertanya lagi, pikir Batara. “Aura calon mantennya, gila kuat banget,” kata Josh dengan senyuman bahagia jika sahabatnya yang perjaka tua itu akan menikah.“Semoga lo dapetin wanita berhati baik yang punya stok kesabaran extra karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Salah Sasaran!

    Ayumie berdiri mematung di tengah-tengah minimarket, keberadaanya yang ditengah-tengah jelas menghalangi kendaraan yang hendak lewat. Setelah ditipu Ayumie bukannya langsung bergerak mengamankan semua hal yang penting di dalam ponselnya. Namun, Ayumie justru masih berdiri dengan ekspresi yang masih belum percaya jika ia baru saja ditipu.Ayumie tertawa sumbang, ‘Astaga... aku ditipu?’ Baru kali ini Ayumie mengalami hal demikian wajar ekspresinya masih belum percaya. ‘Bisa-bisanya aku kayak orang gobllogg percaya gitu aja sama orang yang baru aku kenal.’Tak habis pikir kenapa pria itu harus membawa ponselnya yang tak seberapa itu. Kenapa tidak membawa saja tas nya dimana Ayumie baru saja menarik uang kont

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Senam Jari!

    “Kamu nggak akan ikut masuk, Ra?”Ayumie turun lebih dulu dari atas motor dan memberikan helm pada sahabatnya itu. Akira meminta Ayumie untuk masuk lebih dulu karena dia harus memarkirkan motornya terlebih dulu. Tak ingin membuang waktu karena hari pun semakin malam, Ayumie lekas menghampiri seorang pria paruh baya yang tengah berjaga disana.“Saya akan antarkan Mbaknya ke ruangan komandan Batara.”“Terima kasih, Pak,” ucap Ayumie diiringi senyuman.Ayumie mengikuti langkah pria senja itu yang akan mengantarkannya pada komandanya Gumilar. Pria senja itu bernama pak Asep beliau sedikit bercerita jika komandan Batara orangnya sangat dingin dan juga galak. Ayumie pun diminta untuk mempersiapkan stok kesabaran jika akan menghadap untuk mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Jaga Sikapmu

    “Lo nggak apa-apa?”“Hm,” Ayumie tertarik dari lamunannya ia menatap sesaat sahabatnya.Keduanya berjalan bersamaan menuju pintu keluar gedung besar ini setelah selembar uang yang tersisa pemberian pria itu dan bukti lain menjadi barang bukti Ayumie memutuskan untuk pulang.Jika masalah penipuannya akan ditangani secepat mungkin seperti kata Josh tapi masalah yang lain... sepertinya tidak akan semudah itu ditanganinya dengan cepat. Kedatanganya ke kantor ini seolah menyerahkan diri dan memperumit masalah yang sudah-sudah.“Aku baik-baik saja, Ra,” jawab Ayumie disertai senyuman lebar.Wajahnya yang lelah dipaksakan ceria menunjukkan pada sahabatnya jika ia baik-baik saja. Tapi Ayumie lupa d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Jangan Terlalu Benci

    Batara masih disana di parkiran khusus tempat beberapa motor dinasnya berjajar rapi, semua anggota timnya sudah bersiap namun anggota lain yang khusus mengendarai mobil patroli belum tiba sehingga membuat Batara mau tidak mau harus menunggu mereka.Disela menunggu, pandangan Batara jatuh pada wanita yang dikatai bodoh, Ayumie masih disana bersama temannya. Wanita itu tertawa riang dan sesekali tersenyum lebar yang entah apa sedang dua wanita bahas sehingga terlihat begitu asik.Melihat wanita senyuman itu hati Batara panas, rasa tidak suka mencuat begitu kuat sampai rasanya Batara tak ingin melihat wanita itu ada dilingkungan yang sama dengannya.“Tunggu sebentar, Akira.”Akira menghentikan motornya sementara Ayumie buru-buru turun dari atas motor.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Memastikan!

    “Kenapa Ibu belum tidur, Ibu pasti lagi begadang, ya?”Ayumie tersenyum lebar di layar ponselnya, hatinya sedari tadi terlalu berisik dan tidak sabaran untuk segera memastikan kebenarannya, sampai ia tidak bisa memejamkan matanya. Egoisnya, dipagi buta Ayumie mengirim pesan pada putranya dan siapa sangka putranya membalas langsung dengan menghubunginya lewat video call.“Ibu kebangun, kok,” dusta Ayumie. Tak mungkin ia menceritakan pada putranya jika dirinya baru saja pulang dari kantor polisi karena ditipu pria. Azka pada cemas. “Kok, Kakak bisa pegang ponsel?”“Aku nggak enak hati sejak kemarin, kepikiran Ibu terus jadi setelah aku setoran hafalan aku minta izin pada pembimbing untuk diizinkan sehari ini aja memegang ponsel,” ucapnya.Mata Ayumie berkaca-kaca. “Jadi setelah ibu mengirim pesan, aku langsung menghubungi mu, Bu.” Bibir Ayumie melengkung tersenyum genting seiiring menahan air mata agar tak tumpah. Azka benci dirinya menangis. “Are you okay, Mom?”“Hm,” balas Ayumie

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19

Bab terbaru

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Pijatan Janda!

    “Saya kan cuman kasih saran sama anda kenapa anda marah-marah terus?”Ayumie meruncingkan bibirnya, kata siapa ia kuat menghadapi mulut Batara yang kasar yang selalu menghinanya? Tidak. Ayumie tidak sekuat itu menghadapi Batara, tampilannya memang terlihat kuat, tapi hati Ayumie sudah lebih dulu menangis ketika dibentak, dimaki dan di usir karena masih bersikeras tidak pergi.“Kalau kebanyakan pakai koyo lama-lama akan seperti ini. Pinggang anda bisa kebakar. Lihatlah kulit pinggang anda yang menghitam, mengelupas dan merah-merah?” Ayumie tunjukan bekas tempelan koyo yang jatuhnya membuat kulit Batara jadi iritasi.Batara ikut melirik sekilas meski kesulitan tapi dia bisa melihat bekas koyo yang sering ditempelnya dan kulitnya yang mengelupas.&ld

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Drama Koyo

    “Sebenarnya ada hubungan apa mereka?”Entahlah, pekerjaan yang menumpuk di depannya mendadak diabaikan begitu saja, otaknya tak bisa diajak bekerjasama untuk berpikir, pembicaraan bersama Gumilar menyita pikirannya.Kesalnya, Gumilar tak memberitahukan semua tentang Josh dan si janda itu sampai memicu rasa penasaran. Tak ingin terus terpangkap dengan bayangan si janda, Batara pun memutuskan untuk mendatangi Josh di ruangan nya untuk menanyakan kegusarannya.Cemburu pada Josh karena ternyata sahabatnya itu ada sesuatu dengan si janda itu? Jawabannya tidak sama sekali. Pertama Batara tidak ada perasaan apapun pada Ayumie. Kedua Ayumie bukan kriteria wanita yang pantas untuknya. Sekali lagi Batara hanya ingin menanyakan perihal nomor ponselnya bukan masalah hubungan Josh dan Ayumie, baginya itu tidak penting.“Jadi lo nggak akan jujur sama gue, Josh?”Sudah lima menit berlalu, Batara belum mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya dan juga tidak percaya dengan alibi sahabatnya itu yang

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Sidang Dadakan!

    “Neng Ayumie,” si pemilik nama yang berada diatas motor pun menengok ke samping, Ayumie turun dari atas motor dan menundah sejenak kepergiannya.“Kebetulan sekali Neng ada di rumah. Saya sudah beberapa kali kesini Nengnya nggak pernah ada.”“Oh ya, maaf,” Ayumie mempersilahkan mang Ujang untuk duduk di kursi yang terdapat di depan teras rumahnya. “Beberapa hari ini saya lagi sibuk dan belum sempat nengok ke atas,” kata Ayumie pada pria senja itu.Dulu saat ada Azka, Ayumie setiap hari atau dua hari sekali mendatangi lokasi pembangunan vila kecilnya, tapi setelah Azka di pesantren Ayumie sudah jarang apalagi setelah kasus penipuan itu Ayumie semakin malas hanya untuk melihat perkembangan villa kecil impiannya.“Sudah s

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Ragu!

    “Pagi Komandan Batara.”Batara berikan senyuman tipis seiring masuk kedalam gedung besar tersebut, tak lupa dia memberikan coffe dan roti untuk beberapa orang yang kebagian piket tadi malam. Dia hanya diam tanpa menoleh kebelakang apalagi berhenti ketika pria senja itu mengucapkan terima kasih.“Meski usianya hampir 40 tahun komandan kelihatannya masih muda aja. Coba kalau komandan murah senyum, kayaknya lebih awet muda lagi,” ucap Pak Asep pada dirinya sendiri dimana teman-temannya sedang membeli sarapan.“Kayak saya ya, Pak,” Pak Asep menoleh dengan ekspresi kaget ketika melihat siapa pria yang mengejutkannya. Dia memutar bola mata ketika mendapati satu anak buah Batara yang menyebalkan.“Saya juga nggak kalah gantengnya sama komandan Batara,” ujar pria tak Jerry.Meski sedikit aneh sejak kapan Jerry datang lebih awal apalagi sudah ada disampingnya. Sama-sama ikut memandangi Batara yang sudah berjalan jauh.“Ya, memang. Tapi meski usiamu masih muda dibawah komandan Batara wajahmu bo

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Bujukan

    Batara memijat pangkal hidungnya, telinganya rasa berdengung mendengarkan serentetan ocehan di seberang sana. Masih ada waktu sebelum makan siang Batara mengajak Jerry dan Jupri untuk melanjutkan meninjau kasus berikutnya.“Maaf Batara ingkar janji, tapi Batara tidak datang karena—““Kamu sibuk, ngejar penjahat itukan alasan yang ingin kamu sampaikan sama Mommy?” poting Ranti marah.Kencan itu batal bukan karena disengaja, dia sudah berangkat menuju Cafe tersebut yang sudah dijanjikan tapi semesta justru berkata lain musibah itu mempertemukannya dengan si janda gesrek itu.“Mommy pikir kencanmu sama Cantika lancar. Mommy pikir kamu sama Cantik jadi sering bertemu. Tapi setelah 3 hari Mommy tidak ada kabar Mommy malah denger kamu nggak

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Sold Out!

    “Lo kenapa sih, Yum? Bisulan?”Mau tidak dilihat tapi kelihatan, mau tidak protes tapi bayangan Ayumie yang sedari tadi mondar mandir di sampingnya seperti setrikaan rusak jelas mengganggu pandangannya yang tengah membuat adonan truffle pesanan para sahabat Ayumie.“Masa iyah sih, Ra. Gue cantik-cantik kayak gini dibilang bisulan,” decak Ayumie diiringi lirikan kesal.“Ya kali aja lo bisulan gak mau diem. Duduk kenapa? Gue pusing ngeliat tingkah lo!”Ayumie menghempaskan patattanya di sofa panjang diringi helaan nafas panjang. Dalam duduknya Ayumie kembali bersikutat dengan pikirannya. Ayumie tidak bisa diam seperti ini tanpa ada pergerakan sama sekali. Ia harus mencari cara bagaimana bisa bertemu dengan Batara.Lewat kasus penipuannya itu? Ya, itu jalan satu-satunya agar Ayumie bisa bertemu dengan Batara. Sialnya sudah tiga hari ini Ayumie belum mendapatkan kabar perkembangan kasusnya.“Lo kenapa lagi sih, kalo nggak galau tingkah lo nggak jelas banget?”“Gue lagi kesel sama si Cumi.

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Pertanda!

    ‘Minggu depan Ibu datang kesininya pakai hijab syar'i plus niqab, ya?’Pesan Azka membuat Akira ngakak ketika membacanya, apalagi membayangkan sahabatnya yang bar-bar yang kesehariannya berdaster dan tak mengenakan hijab tentunya tidak akan terbiasa mengenakan pakaian yang tertutup.“Permintaan anak gue kok aneh-aneh. Apa kakak nggak tahu kalau ibunya sebar-bar apa, bahkan dijuluki preman kampung?”Bibir Ayumie meruncing disertai lirikan tajam, ia jadi menyesal memberitahukan isi pesan dari putranya.“Kenapa nggak diaminkan aja sih, Ra?” protes Ayumie.“Amin, Ukhti,” Lagi lagi Akira membalasnya dengan tawa di sela ikut membantu mempersiapkan segala kebutuhan Azka di pesantren. Yang Akira lihat Ayumie lebih banyak membawakan Azka masker, hand sanitizer, jaket, dan beberapa obat ketimbang cemilan kesukaannya.“Mau gue anter nggak ke Mall beli gamis plus niqab sesuai request kakak?”“Gue belum siap lahir batin memakai niqab, Ra,” kata Ayumie tanpa menoleh kedua tangannya terlalu sibuk mem

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Memastikan!

    “Kenapa Ibu belum tidur, Ibu pasti lagi begadang, ya?”Ayumie tersenyum lebar di layar ponselnya, hatinya sedari tadi terlalu berisik dan tidak sabaran untuk segera memastikan kebenarannya, sampai ia tidak bisa memejamkan matanya. Egoisnya, dipagi buta Ayumie mengirim pesan pada putranya dan siapa sangka putranya membalas langsung dengan menghubunginya lewat video call.“Ibu kebangun, kok,” dusta Ayumie. Tak mungkin ia menceritakan pada putranya jika dirinya baru saja pulang dari kantor polisi karena ditipu pria. Azka pada cemas. “Kok, Kakak bisa pegang ponsel?”“Aku nggak enak hati sejak kemarin, kepikiran Ibu terus jadi setelah aku setoran hafalan aku minta izin pada pembimbing untuk diizinkan sehari ini aja memegang ponsel,” ucapnya.Mata Ayumie berkaca-kaca. “Jadi setelah ibu mengirim pesan, aku langsung menghubungi mu, Bu.” Bibir Ayumie melengkung tersenyum genting seiiring menahan air mata agar tak tumpah. Azka benci dirinya menangis. “Are you okay, Mom?”“Hm,” balas Ayumie

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Jangan Terlalu Benci

    Batara masih disana di parkiran khusus tempat beberapa motor dinasnya berjajar rapi, semua anggota timnya sudah bersiap namun anggota lain yang khusus mengendarai mobil patroli belum tiba sehingga membuat Batara mau tidak mau harus menunggu mereka.Disela menunggu, pandangan Batara jatuh pada wanita yang dikatai bodoh, Ayumie masih disana bersama temannya. Wanita itu tertawa riang dan sesekali tersenyum lebar yang entah apa sedang dua wanita bahas sehingga terlihat begitu asik.Melihat wanita senyuman itu hati Batara panas, rasa tidak suka mencuat begitu kuat sampai rasanya Batara tak ingin melihat wanita itu ada dilingkungan yang sama dengannya.“Tunggu sebentar, Akira.”Akira menghentikan motornya sementara Ayumie buru-buru turun dari atas motor.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status