Share

Hamil

Author: Nielly 11
last update Last Updated: 2025-03-05 12:58:32

“Bagi dikit dong, Kak. kayaknya enak nih.” Air liur Madona hampir saja jatuh melihat semangkuk mie rasa soto dengan aneka topping di atasnya. Dia baru saja pulang kerja begitu juga dengan Ayumie yang langsung membuat makanan.

“Dikit aja, Kak,” pinta Madona memohon untuk diberikan mencicipi tapi Ayumie justru membalasnya dengan pelototan.

“Kenapa nggak bikin sendiri aja, sih. Astaga, aku lagi lapar banget.”

Ayumie menyeruput kuahnya yang segar menggoda adiknya, Madonna sama sekali tidak beri walaupun hanya sesuap karena Ayumie sedang ingin menikmatinya seorang diri.

Madona berikan bibir lima centinya. “Dasar pelit,” umpat Madona seraya masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian. Ceritanya dia akan membuat mie yang lebih lezat dari kakaknya.

Uwek... uwekk...

“Ada apa, Kak?” seru Madonna kembali keluar dari dalam kamar mendengarkan suara orang muntah.

Madonna menghampiri Ayumie, mengusap punggung kakaknya yang tengah memuntahkan isi perutnya.

“Makanya jangan pelit kena karma kan, Kak?” runtuk Madona diiringi tawa, rasa kesalnya karena tidak diberi seolah terbalas. “Dibayar kontan, kan,” sambung Madona dengan cengiran.

Ayumie berikan lirikan, bisa-bisanya dengan kondisinya yang sedang mual seperti ini adiknya yang menyebalkan itu masih bisa berkata demikian.

“Makanya jangan pelit,” Madonna masih bersungut-sungut memuaskan keadaan Ayumie.

“Kamu ini nolongin Kakak mu ikhlas nggak sih, Madon?” Kanaya ibu Ayumie ikut mengomeli putri nya dan ikut membantu Ayumie.

Kanaya memberikan segelas air hangat dan meminta Madonna untuk membawa Ayumie duduk. Tubuh Ayumie lemas terjatuh di sofa panjang, ia tidak bertenaga lagi wajahnya pun basah dan matanya sembab karena menangis tapi bukan menangis karena sindiran Madonna melainkan rasa perih bercampur panas keluar dari hidungnya.

“Ini ada apa sih ribut-ribut, hah?” Galang ikut keluar dari dalam kamar, dia berdiri di ambang pintu dengan muka bantal. “Kalian kan tahu kalau aku ini baru pulang shift 3. Baru tidur kenapa udah bikin keributan sih?” omel Galang.

Ayumie dan Madona kompak melototi preman kampung yang tidak tahu diri, sampai detik ini Galang masih tinggal di rumahnya. Sepulangnya dari singapore 3 bulan lalu, Galang tak henti memarahinya karena Ayumie pergi selama seminggu tanpa adanya kabar dan Galang pun tidak mau menceraikan Ayumie.

Kehidupan rumah tangga Ayumie dan Galang tak lepas dari keributan dan pertengkaran. Galang bersikeras ingin mempertahankan rumah tangganya tapi sifatnya yang gila wanita berselingkuh kesana kesini tak kunjung henti sementara Ayumie... sudah jangan ditanya lagi, dari pertama menikah saja Ayumie sudah meminta cerai dan Galang selalu membuat proses gugatannya ditolak.

“Ari Aa kenapa kalah marah-marah? Udah tahu istrinya muntah-muntah bukannya cemas kek atau ditolongin ini malah ikut marah,” omel Madonna. “Kalo tidurnya nggak mau diganggu kenapa nggak balik aja ke rumah sendiri sih, hah?”

“Sudah-sudah,” Kanaya ikut menengahi perdebatan putrinya. “Ibu pusing dengerin kalian berantem terus. Minum dulu air teh manisnya, Yum.”

“Simpen aja dulu di meja, Bu. Ayumie nggak kuat mau—“

Ayumie buru-buru bangun kembali dan berjalan cepat ke wastafel dia kembali memuntah dan kali ini hanya tersisa air. Galang dan Madonna menatap Ayumie dengan pikiran masing-masing.

“Kak,” Madonna memegang tangan Ayumie yang hendak jatuh. “Kalo muntah-muntah kayak gini apa jangan-jangan Kakak lagi hamil?”

Pertanyaan Madonna sontak membuat Ayumie melotot, Ayumie mengangkat pandanganya pada orang sekitar yang pertama Ayumie tatap adalah Galang, wajah suaminya itu bermuram durja sangat mengerikan.

‘A-aku ha-hamil?’ gumam Ayumie dalam hati, ekspresi syok.

 “Kakakmu itu nggak mungkin hamil, Don.”

“Kenapa nggak mungkin?”

Pandangan Ayumie mulai kabur ketika Galang mendekatinya, sebelum Ayumie tak sadarkan diri bayangan wajah Galang yang marah memakinya terekam begitu jelas begitu juga jerit suara ibu dan adiknya memanggilnya disaat Galang berbuat sesuatu padanya.

“Kak...” Madonna mendekat diikuti Kanaya yang menatap lega Ayumie telah siuman.

“Aku dimana?”

“Klinik dekat rumah. Kakak pingsan.”

“Lalu Galang kemana?” tanya Ayumie seraya bangun. Madonna dengan sigap membantu Ayumie untuk duduk di tepi ranjang.

“Setelah mendorong Kakak sampai jatuh pingsan dan menggendong Kakak sampai kesini, si berengsek itu di telepon ceweknya. Dia ada di luar,” kata Madonna.

Hal itu sudah tidak aneh lagi, bukan sekali dua kali Galang ketangkap basah sedang bersama wanita, tapi sudah terlalu sering sampai keluarga Ayumie sudah malas membahasnya.

“Aku santet aja gitu atau aku tumbalin biar Kakak cepat punya gelar janda.”

“Hust, nggak boleh bilang gitu, Don,” hardik Kenaya.

“Habis sikapnya itu loh, Bu. Firaun aja ogah temenan sama itu orang.”

“Maafin Ayumie, Bu,” ucap Ayumie seraya menggenggam tangan kanaya.

Ayumie malu, rumah tangganya bersama Galang hanya bisa membuat keluarganya khawatir dan hal itulah membuat orang tua Ayumie tidak mengizinkan Galang membawa Ayumie dari rumah.

“Ayumie lelah, Bu.”

“Eh, Neng Ayumie sudah siuman.” Bidan setempat muncul, dan kedatanganya membuat mereka tak melanjutkan pembicaraannya. “Gimana. Apa masih pusing?”

“Sedikit, Bu.”

Galang ikut muncul, pria itu berdiri diambang pintu dengan wajah yang memerah seperti kobaran api.

“Pusing sedikit itu hal wajar yang biasa dialami oleh ibu hamil,” kata Bidan. Mata Ayumie membulat lebar-lebar. Bolehkah Ayumie tidak percaya akan hal ini? “Tapi nggak usah khawatir. Kalo Neng Ayumie tidak punya riwayat darah tinggi semuanya akan aman,” sambung Bidan.

“Sa-saya hamil, Bu?”

“Iyah. Neng Ayumie mau di usg sekalian biar lebih jelasnya lagi kebetulan ada dokter kandungan di sebelah sedang praktek.”

Jantung Ayumie berdegup cepat sesekali ia menatap Galang yang semakin murka kabar kehamilannya kini dibenarkan oleh Bidan.

“Tidak terima kasih, Bu. Saya mau pulang saja.”

“Tapi Neng...”

Ayumie memaksakan diri meski kepalanya sedikit pusing untuk bangun dan segera pulang. Sumpahnya Ayumie sudah tidak ingin mendengarkan kabar buruk ini. Galang mengejar Ayumie begitu juga dengan Madonna dan Kanaya.

“Aa...” Madonna menarik tangan Galang.

“Ada apa?” tanya Galang dengan nada emosi, hatinya sudah menggebu-gebu ingin segera menangkap Ayumie untuk menjelaskan semua ini.

“Bayar dulu bidannya atuh jangan main kabur aja.”

“Aa nggak bawa dompet, Don. Bayarin dulu sama kamu nanti Aa ganti,” jawab Galang melanjutkan kembali langkahnya.

“Ck! Punya Kakak ipar kere, ngutang terus kerjanya,” umpat Madonna. Kelakuan pria satu itu benar-benar diluar logika, sudah tukang selingkuh Galang pun terkenal banyak hutang dimana-mana.

“Nggak usah banyak ngumpatin kakak iparmu, Madonna. Catat aja dulu nanti aku gajian aku bayar.”

“Catet aja terus, bon hutang Aa itu udah numpuk kayak curhatan anak gadis tau. Huuh dasar preman kere,” seru Madonna geregetan.

Kanaya menghela nafasnya, dia menepuk pelan pundak putrinya untuk tidak membuat keributan di klinik, Kanaya sudah membayar semua administrasi putrinya begitu juga dengan resep obatnya.

“Ayumie tunggu,” teriak Galang setengah berlari.

Ayumie tak menoleh sama sekali, ia menulikan telinganya dan berjalan cepat di bawah tatapan para tetangga. Teriakan Galang membuat perhatian para tetangganya jadi ikut memperhatikannya.

“Berhenti Ayumie…” teriak Galang lagi.

Ayumie bukannya berhenti, tapi dia justru mempercepat jalannya untuk segera sampai.

Gap!

Ayumie tersentak kaget, tubuhnya berputar saat Galang mencengkram kuat pergelangan tangannya. Dada Ayumie naik turun di sela menatap suaminya itu.

“Anak siapa yang ada di rahim lo, hah?”

“Lepasin, Galang!”

“Jawab, gue!” seru Galang keras.

Ayumie mendengus kasar, netranya menatap sekeliling pada orang-orang yang mulai terganggu dengan suara teriakan Galang. Mereka sudah jadi tontonan warga. Beginikah cara preman kampung itu memalukan dirinya—bertengkar di muka umum?

“Lo kalau mau bahas jangan di jalan, berengsek! Apa lo nggak malu di lihat banyak orang, hah?”

Ayumie menghempas tangan Galang dan kembali melanjutkan jalannya sementara Galang kembali mengejar—mencengkram kuat tangan Ayumie untuk tidak pergi. Dia ingin detik ini juga Ayumie menjelaskan semuanya karena bisa saja setelah di rumah Ayumie kabur tanpa penjelasaan seperti yang sudah-sudah dilakukan.

“Gue nggak peduli sama orang-orang, Ayumie. Beritahu gue sekarang lo hamil anak siapa?”

“Sakit, Galang. Lepasin gue.”

“Denger Ayumie, selama ini gue nggak pernah nyentuh lo. 3 bulan gue menyandang suami lo nggak pernah kasih hak batin buat gue. Terus kenapa lo tiba-tiba bunting?”

“Galang sakit.” Ayumie sudah tidak punya muka lagi di depan tetangganya, astaga mereka sudah jadi bahan ghibah para tetangganya lihatlah banyak ibu-ibu yang mulai berbisik-bisik membicarakannya.

“Bahasnya di rumah aja, apa lo nggak malu dilihatin banyak orang, hah?”

“Gue nggak peduli, Ayumie. Sumpahnya gue—”

Bug!

Ayumie meninju perut Galang agar pria itu berhenti bicara. Demi Tuhan, betapa malunya ia sekarang ini bertengkar di tengah-tengah tatapan banyak orang.

“Sakit jiwa lo, Galang. Sekali lagi gue denger lo masih teriak-teriak kesetanan di jalan.” Ayumie menatap penuh amarah. “Gue nggak segan-segan merobek mulut lo yang kayak comberan itu, paham!”

Ayumie berlalu pergi, ia berjalan cepat ke rumahnya mengabaikan tatapan dan sindiran orang-orang begitu juga umpatan Galang yang masih bersungut-sungut. Harusnya Ayumie tidak pulang ke tanah air setelah Anton memintanya untuk tinggal dan bekerja di Singapore. Inilah satu hal yang Anton takutkan ketika Ayumie menerima benih dari pria asing. Ya, Galang akan semakin kesetanan ketika rencananya gagal mendapatkan haknya.

“Astagfirullah, Ayumie... Galang,” suara Kanaya yang kencang membuat orang-orang di dalam rumahnya berbondong-bondong keluar.

Ibu tiga anak itu menjerit histeris ketakutan dan menangis sesegukan melihat bagaimana kondisi putri sulungnya yang mengenaskan. Madonna yang tak terima pun segera menghampiri Ayumie. Entahlah bagaimana nasib calon keponakannya saat tubuh Ayumie hampir terjatuh saat Galang kembali mendorong Ayumie jika Madonna tak segera menopangnya.

“Berengsek lo, lepasin Kakak gue..” usir Madona, air matanya berjatuhan.

Wajah Ayumie lebar, sudut bibirnya sobek karena bekas pukulan Galang. Satu hal yang membuat dua wanita itu cemas. Darah keluar dari jalan lahirnya ditengah Madonna menopang tubuh Ayumie dan dimana Galang masih mencekik leher kakaknya.

Beberapa orang pegawai Suga membantu melepaskan Galang begitu juga meminta Galang melepaskan cengkaramannya di leher Ayumie.

“Settan... bajjingan. Lepasin Kakak gue. Dia bisa mati kalo lo cekik kayak gini, hah?” teriak Madonna.

Galang meludah ke samping dengan darah yang keluar. “Ck! Gue nggak peduli sekalipun jallang satu ini mati. Bagus dia mati di tangan gue.”

“Galang istighfar,” beberapa orang ikut berseru.

Galang semakin sengit. “Wanita ini sudah kelewatan, sudah tidak menghormati suaminya selama pernikahan sekarang si jallang ini hamil benih pria lain,” ungkap Galang dengan kekecewaan yang besar.

Ayumie...

Dia hanya terdiam tanpa memutuskan pandanganya pada Galang, senyumannya yang lebar membuat Galang semakin murka seolah senyuman ini sebuah tanda puas karena selama ini Galang tak berhasil mendapatkan apa yang diinginkan. Demi Tuhan, jika Ayumie boleh memilih dia lebih baik mati daripada hidup bersama dengan Galang seperti di dalam neraka.

“Ce-ra-i in gue, Galang.”

“Ck! Sampai matipun gue nggak akan ceraikan lo, Ayumie. Camkan itu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Anak Haram

    “Anak haram…. Anak haram….”“Pergilah kalian.” Azka mengusir teman-temanya, dia sama sekali tidak sakit dengan hinaan itu apalagi menangis—mengadu pada ibunya karena di bully. Azka justru mengkhawatirkan nasib teman-temannya yang terus mengejeknya. Jangan sampai hinaan itu terdengar ke telinga ibunya, bisa bahaya.“Ganteng-ganteng anjjir, nggak taunya dia anak haram.”“Iyah, kasihan banget sih nggak punya bapak,” ejek temannya lagi.“Mana bapaknya nggak jelas lagi siapa,” sambung bocah bergigi ompong.“Pulanglah,” usir Azka sekali lagi, takutnya ibunya yang bar-bar mendengar ejekan itu bisa-bisa ibunya marah besar jika mulut mereka tidak diam dan pergi.Hinaan apapun separah apapun itu tak akan membuatnya marah. Azka sudah kebal dengan semua kata-kata menyakitkan itu dan tidak pernah memusingkan orang-orang yang menghina tentangnya. Tapi jika sudah menyangkut ibunya, menghina ibunya itu jadi urusannya.“Pantes aja nggak ada yang mau temenan sama, lo anak haram, sih.”“Tapi si anak har

    Last Updated : 2025-04-16
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Rahim Expired

    “Gue mau pindah ke Bali, Ra.”“Pindah?” Akira yang tengah menyantap semangkuk topokki pun langsung menoleh, dia pandangi sahabatnya yang duduk santai namun tatapannya kosong. “Kenapa mendadak banget lo mau pindah ke Bali? Emangnya kenapa?”Janda satu ini memang membingungkan, sejak mengantarkan putranya pasantren Ayumie berubah menjadi manusia kutub, jarang keluar rumah apalagi bersosialisasi dengan tetangganya paling banter Ayumie duduk sendiri melamun sepanjang hari di gazebo yang terdapat di lantai 3 kontrakannya.“Istighfar, Yum. Banyak bersyukur kenapa? Hidup lo itu sebenarnya nggak ada yang kurang.” Dia sudah lama berteman dengan Ayumie, Akira tahu bagaimana kehidupannya tak seperti dirinya sendiri yang serba kekurangan. “Lo punya segalanya yang banyak orang irikan.Ayumie mendengus disela matanya menyipit menatap Akira. Apa yang orang irikan akan kehidupanya? Apa mereka tahu saat dia kesulitan? Tidak. Orang-orang hanya melihat Ayumie dari versi senangnya saja, saat susahnya mer

    Last Updated : 2025-04-16
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Ide Gila Ayumie

    ‘Apa aku harus kesana lagi?’Batara dibuat gelisah setelah kembali dari lapangan, otaknya terus diingatkan dengan anak laki-laki beberapa minggu lalu ditemuinya. Mata indan nan teduhnya membuat Batara ingin bertemu lagi.Batara menarik nafasnya hatinya bergumam, ‘Sebenarnya siapa anak itu?’Meski wajahnya tak pernah nampak seperti apa rupanya, hanya sorot mata indah yang selalu menatapnya, anak laki-laki itu di pesantren itu memiliki mata yang mirip dengan anak yang sering datang di mimpinya.‘Aku harus mencari tahu, mungkin Dodo bisa membantuku,’ batinnya.Tidak salahnya Batara mencari tahu agar rasa penasarannya terjawab akan siapa

    Last Updated : 2025-04-17
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Gue Ditipu!

    “Wah, rapi sekali loh, Bat.” Mata Batara menyipit dengan kedatangan seseorang yang tak sopan, datang tak mengetuk pintu apalagi salam. “Lo mau kemana wangi gini, ngedate?”“Nggak. Gue cuman ada perlua doang kedepan,” bohong Batara.“Ck! Nggak usah bohong lo. Gue tau lo mau kencan.”Batara yang tengah menautkan penampilannya di depan cermin geram, inilah orang kepercayaan alias mata-mata Ranti di kantornya, dia Josh sahabatnya sendiri.“Nggak mungkin mom Ranti kesini cuman nganterin makanan doang buat anak kesayangan.” Josh menggelengkan kepala. “Pastinya lo diminta kencan agar cepet nikah.”Kalau Josh sudah tahu kenapa dia bertanya lagi, pikir Batara. “Aura calon mantennya, gila kuat banget,” kata Josh dengan senyuman bahagia jika sahabatnya yang perjaka tua itu akan menikah.“Semoga lo dapetin wanita berhati baik yang punya stok kesabaran extra karena

    Last Updated : 2025-04-17
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Salah Sasaran!

    Ayumie berdiri mematung di tengah-tengah minimarket, keberadaanya yang ditengah-tengah jelas menghalangi kendaraan yang hendak lewat. Setelah ditipu Ayumie bukannya langsung bergerak mengamankan semua hal yang penting di dalam ponselnya. Namun, Ayumie justru masih berdiri dengan ekspresi yang masih belum percaya jika ia baru saja ditipu.Ayumie tertawa sumbang, ‘Astaga... aku ditipu?’ Baru kali ini Ayumie mengalami hal demikian wajar ekspresinya masih belum percaya. ‘Bisa-bisanya aku kayak orang gobllogg percaya gitu aja sama orang yang baru aku kenal.’Tak habis pikir kenapa pria itu harus membawa ponselnya yang tak seberapa itu. Kenapa tidak membawa saja tas nya dimana Ayumie baru saja menarik uang kont

    Last Updated : 2025-04-17
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Senam Jari!

    “Kamu nggak akan ikut masuk, Ra?”Ayumie turun lebih dulu dari atas motor dan memberikan helm pada sahabatnya itu. Akira meminta Ayumie untuk masuk lebih dulu karena dia harus memarkirkan motornya terlebih dulu. Tak ingin membuang waktu karena hari pun semakin malam, Ayumie lekas menghampiri seorang pria paruh baya yang tengah berjaga disana.“Saya akan antarkan Mbaknya ke ruangan komandan Batara.”“Terima kasih, Pak,” ucap Ayumie diiringi senyuman.Ayumie mengikuti langkah pria senja itu yang akan mengantarkannya pada komandanya Gumilar. Pria senja itu bernama pak Asep beliau sedikit bercerita jika komandan Batara orangnya sangat dingin dan juga galak. Ayumie pun diminta untuk mempersiapkan stok kesabaran jika akan menghadap untuk mem

    Last Updated : 2025-04-18
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Jaga Sikapmu

    “Lo nggak apa-apa?”“Hm,” Ayumie tertarik dari lamunannya ia menatap sesaat sahabatnya.Keduanya berjalan bersamaan menuju pintu keluar gedung besar ini setelah selembar uang yang tersisa pemberian pria itu dan bukti lain menjadi barang bukti Ayumie memutuskan untuk pulang.Jika masalah penipuannya akan ditangani secepat mungkin seperti kata Josh tapi masalah yang lain... sepertinya tidak akan semudah itu ditanganinya dengan cepat. Kedatanganya ke kantor ini seolah menyerahkan diri dan memperumit masalah yang sudah-sudah.“Aku baik-baik saja, Ra,” jawab Ayumie disertai senyuman lebar.Wajahnya yang lelah dipaksakan ceria menunjukkan pada sahabatnya jika ia baik-baik saja. Tapi Ayumie lupa d

    Last Updated : 2025-04-18
  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Jangan Terlalu Benci

    Batara masih disana di parkiran khusus tempat beberapa motor dinasnya berjajar rapi, semua anggota timnya sudah bersiap namun anggota lain yang khusus mengendarai mobil patroli belum tiba sehingga membuat Batara mau tidak mau harus menunggu mereka.Disela menunggu, pandangan Batara jatuh pada wanita yang dikatai bodoh, Ayumie masih disana bersama temannya. Wanita itu tertawa riang dan sesekali tersenyum lebar yang entah apa sedang dua wanita bahas sehingga terlihat begitu asik.Melihat wanita senyuman itu hati Batara panas, rasa tidak suka mencuat begitu kuat sampai rasanya Batara tak ingin melihat wanita itu ada dilingkungan yang sama dengannya.“Tunggu sebentar, Akira.”Akira menghentikan motornya sementara Ayumie buru-buru turun dari atas motor.

    Last Updated : 2025-04-19

Latest chapter

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Drama Koyo

    “Sebenarnya ada hubungan apa mereka?”Entahlah, pekerjaan yang menumpuk di depannya mendadak diabaikan begitu saja, otaknya tak bisa diajak bekerjasama untuk berpikir, pembicaraan bersama Gumilar menyita pikirannya.Kesalnya, Gumilar tak memberitahukan semua tentang Josh dan si janda itu sampai memicu rasa penasaran. Tak ingin terus terpangkap dengan bayangan si janda, Batara pun memutuskan untuk mendatangi Josh di ruangan nya untuk menanyakan kegusarannya.Cemburu pada Josh karena ternyata sahabatnya itu ada sesuatu dengan si janda itu? Jawabannya tidak sama sekali. Pertama Batara tidak ada perasaan apapun pada Ayumie. Kedua Ayumie bukan kriteria wanita yang pantas untuknya. Sekali lagi Batara hanya ingin menanyakan perihal nomor ponselnya bukan masalah hubungan Josh dan Ayumie, baginya itu tidak penting.“Jadi lo nggak akan jujur sama gue, Josh?”Sudah lima menit berlalu, Batara belum mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya dan juga tidak percaya dengan alibi sahabatnya itu yang

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Sidang Dadakan!

    “Neng Ayumie,” si pemilik nama yang berada diatas motor pun menengok ke samping, Ayumie turun dari atas motor dan menundah sejenak kepergiannya.“Kebetulan sekali Neng ada di rumah. Saya sudah beberapa kali kesini Nengnya nggak pernah ada.”“Oh ya, maaf,” Ayumie mempersilahkan mang Ujang untuk duduk di kursi yang terdapat di depan teras rumahnya. “Beberapa hari ini saya lagi sibuk dan belum sempat nengok ke atas,” kata Ayumie pada pria senja itu.Dulu saat ada Azka, Ayumie setiap hari atau dua hari sekali mendatangi lokasi pembangunan vila kecilnya, tapi setelah Azka di pesantren Ayumie sudah jarang apalagi setelah kasus penipuan itu Ayumie semakin malas hanya untuk melihat perkembangan villa kecil impiannya.“Sudah s

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Ragu!

    “Pagi Komandan Batara.”Batara berikan senyuman tipis seiring masuk kedalam gedung besar tersebut, tak lupa dia memberikan coffe dan roti untuk beberapa orang yang kebagian piket tadi malam. Dia hanya diam tanpa menoleh kebelakang apalagi berhenti ketika pria senja itu mengucapkan terima kasih.“Meski usianya hampir 40 tahun komandan kelihatannya masih muda aja. Coba kalau komandan murah senyum, kayaknya lebih awet muda lagi,” ucap Pak Asep pada dirinya sendiri dimana teman-temannya sedang membeli sarapan.“Kayak saya ya, Pak,” Pak Asep menoleh dengan ekspresi kaget ketika melihat siapa pria yang mengejutkannya. Dia memutar bola mata ketika mendapati satu anak buah Batara yang menyebalkan.“Saya juga nggak kalah gantengnya sama komandan Batara,” ujar pria tak Jerry.Meski sedikit aneh sejak kapan Jerry datang lebih awal apalagi sudah ada disampingnya. Sama-sama ikut memandangi Batara yang sudah berjalan jauh.“Ya, memang. Tapi meski usiamu masih muda dibawah komandan Batara wajahmu bo

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Bujukan

    Batara memijat pangkal hidungnya, telinganya rasa berdengung mendengarkan serentetan ocehan di seberang sana. Masih ada waktu sebelum makan siang Batara mengajak Jerry dan Jupri untuk melanjutkan meninjau kasus berikutnya.“Maaf Batara ingkar janji, tapi Batara tidak datang karena—““Kamu sibuk, ngejar penjahat itukan alasan yang ingin kamu sampaikan sama Mommy?” poting Ranti marah.Kencan itu batal bukan karena disengaja, dia sudah berangkat menuju Cafe tersebut yang sudah dijanjikan tapi semesta justru berkata lain musibah itu mempertemukannya dengan si janda gesrek itu.“Mommy pikir kencanmu sama Cantika lancar. Mommy pikir kamu sama Cantik jadi sering bertemu. Tapi setelah 3 hari Mommy tidak ada kabar Mommy malah denger kamu nggak

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Sold Out!

    “Lo kenapa sih, Yum? Bisulan?”Mau tidak dilihat tapi kelihatan, mau tidak protes tapi bayangan Ayumie yang sedari tadi mondar mandir di sampingnya seperti setrikaan rusak jelas mengganggu pandangannya yang tengah membuat adonan truffle pesanan para sahabat Ayumie.“Masa iyah sih, Ra. Gue cantik-cantik kayak gini dibilang bisulan,” decak Ayumie diiringi lirikan kesal.“Ya kali aja lo bisulan gak mau diem. Duduk kenapa? Gue pusing ngeliat tingkah lo!”Ayumie menghempaskan patattanya di sofa panjang diringi helaan nafas panjang. Dalam duduknya Ayumie kembali bersikutat dengan pikirannya. Ayumie tidak bisa diam seperti ini tanpa ada pergerakan sama sekali. Ia harus mencari cara bagaimana bisa bertemu dengan Batara.Lewat kasus penipuannya itu? Ya, itu jalan satu-satunya agar Ayumie bisa bertemu dengan Batara. Sialnya sudah tiga hari ini Ayumie belum mendapatkan kabar perkembangan kasusnya.“Lo kenapa lagi sih, kalo nggak galau tingkah lo nggak jelas banget?”“Gue lagi kesel sama si Cumi.

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Pertanda!

    ‘Minggu depan Ibu datang kesininya pakai hijab syar'i plus niqab, ya?’Pesan Azka membuat Akira ngakak ketika membacanya, apalagi membayangkan sahabatnya yang bar-bar yang kesehariannya berdaster dan tak mengenakan hijab tentunya tidak akan terbiasa mengenakan pakaian yang tertutup.“Permintaan anak gue kok aneh-aneh. Apa kakak nggak tahu kalau ibunya sebar-bar apa, bahkan dijuluki preman kampung?”Bibir Ayumie meruncing disertai lirikan tajam, ia jadi menyesal memberitahukan isi pesan dari putranya.“Kenapa nggak diaminkan aja sih, Ra?” protes Ayumie.“Amin, Ukhti,” Lagi lagi Akira membalasnya dengan tawa di sela ikut membantu mempersiapkan segala kebutuhan Azka di pesantren. Yang Akira lihat Ayumie lebih banyak membawakan Azka masker, hand sanitizer, jaket, dan beberapa obat ketimbang cemilan kesukaannya.“Mau gue anter nggak ke Mall beli gamis plus niqab sesuai request kakak?”“Gue belum siap lahir batin memakai niqab, Ra,” kata Ayumie tanpa menoleh kedua tangannya terlalu sibuk mem

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Memastikan!

    “Kenapa Ibu belum tidur, Ibu pasti lagi begadang, ya?”Ayumie tersenyum lebar di layar ponselnya, hatinya sedari tadi terlalu berisik dan tidak sabaran untuk segera memastikan kebenarannya, sampai ia tidak bisa memejamkan matanya. Egoisnya, dipagi buta Ayumie mengirim pesan pada putranya dan siapa sangka putranya membalas langsung dengan menghubunginya lewat video call.“Ibu kebangun, kok,” dusta Ayumie. Tak mungkin ia menceritakan pada putranya jika dirinya baru saja pulang dari kantor polisi karena ditipu pria. Azka pada cemas. “Kok, Kakak bisa pegang ponsel?”“Aku nggak enak hati sejak kemarin, kepikiran Ibu terus jadi setelah aku setoran hafalan aku minta izin pada pembimbing untuk diizinkan sehari ini aja memegang ponsel,” ucapnya.Mata Ayumie berkaca-kaca. “Jadi setelah ibu mengirim pesan, aku langsung menghubungi mu, Bu.” Bibir Ayumie melengkung tersenyum genting seiiring menahan air mata agar tak tumpah. Azka benci dirinya menangis. “Are you okay, Mom?”“Hm,” balas Ayumie

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Jangan Terlalu Benci

    Batara masih disana di parkiran khusus tempat beberapa motor dinasnya berjajar rapi, semua anggota timnya sudah bersiap namun anggota lain yang khusus mengendarai mobil patroli belum tiba sehingga membuat Batara mau tidak mau harus menunggu mereka.Disela menunggu, pandangan Batara jatuh pada wanita yang dikatai bodoh, Ayumie masih disana bersama temannya. Wanita itu tertawa riang dan sesekali tersenyum lebar yang entah apa sedang dua wanita bahas sehingga terlihat begitu asik.Melihat wanita senyuman itu hati Batara panas, rasa tidak suka mencuat begitu kuat sampai rasanya Batara tak ingin melihat wanita itu ada dilingkungan yang sama dengannya.“Tunggu sebentar, Akira.”Akira menghentikan motornya sementara Ayumie buru-buru turun dari atas motor.

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Jaga Sikapmu

    “Lo nggak apa-apa?”“Hm,” Ayumie tertarik dari lamunannya ia menatap sesaat sahabatnya.Keduanya berjalan bersamaan menuju pintu keluar gedung besar ini setelah selembar uang yang tersisa pemberian pria itu dan bukti lain menjadi barang bukti Ayumie memutuskan untuk pulang.Jika masalah penipuannya akan ditangani secepat mungkin seperti kata Josh tapi masalah yang lain... sepertinya tidak akan semudah itu ditanganinya dengan cepat. Kedatanganya ke kantor ini seolah menyerahkan diri dan memperumit masalah yang sudah-sudah.“Aku baik-baik saja, Ra,” jawab Ayumie disertai senyuman lebar.Wajahnya yang lelah dipaksakan ceria menunjukkan pada sahabatnya jika ia baik-baik saja. Tapi Ayumie lupa d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status