Semua Bab Hantaran Diminta Kembali: Bab 71 - Bab 80

95 Bab

Bab 71

Hantaran Diminta Kembali Lila keluar dari kamar ketika melihat Yuda juga keluar dari ruang kerja Rizal. Lila segera mengikuti langkah Yuda. "Kenapa, Non?" tanya Yuda tanpa menoleh ke arah majikannya. "Kau pasti tahu kenapa Pak Rizal berubah begitu?" tanya Lila langsung pada intinya. "Bapak kenapa?" sahut Yuda pelan. Kini ia menuruni tangga dan Lila mengikutinya. "Bosmu jadi pendiam, murung dan tak banyak berulah sejak dari acara liburan kemarin," sahut Lila cepat. "Family gathering?" sahut Yuda balik bertanya."Yah, apalah itu," jawab Lila cepat. "Anda istrinya, seharusnya anda lebih paham!" Yuda berkata tanpa bermaksud menyudutkan Lila. Lila mendengkus kesal. Ia dongkol setengah mati melihat reaksi datar yang ditunjukkan Yuda. "Daripada sibuk mencari penyebabnya, sebaiknya Non cari solusinya!"ucap Yuda ringan. Membuat Lila makin kesal sambil menatap Yuda yang terlihat santai itu. Ia rasanya begitu ingin memukul Yuda karena kesalnya. Namun Yuda malah beranjak meningga
Baca selengkapnya

Bab 72

Hantaran Diminta Kembali Lila mengambil piring di hadapan Rizal dan mengisinya dengan nasi. Tumben pria itu hanya diam saja, biasanya ia akan menolak dan mengambil sendiri makanannya. Lila menaruh sepotong rendang daging di atasnya. "Mau gulai ayam?" tanya Lila sambil melirik Rizal. "Boleh," jawab Rizal singkat. Ponsel itu tak juga lepas dari tangannya. Lila meletakkan piring di hadapan Rizal lengkap dengan garpu dan sendoknya. Kini Lila sibuk mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Lila mulai sibuk makan, ia melirik Rizal yang mengabaikan makan malamnya, sementara ponsel tetap di tangannya. "Makanlah dulu, taruh ponselnya!" ucap Lila pelan, ia menatap suaminya itu dengan lelah. Rizal tak menyahuti atau menarut perkataan Lila. Pria itu masih sibuk dengan ponselnya. "Makan dulu, Mas!" ucap Lila pelan. Lila meraih ponsel dari tangan Rizal. "Kamu apa-apan, sih!" seru Rizal marah, Matanya nyalang menatap Lila. "Sebaiknya kita tidak sibuk dengan ponsel saat makan," sar
Baca selengkapnya

Bab 73

Hantaran Diminta Kembali Lila dengan ragu mengetuk pintu ruang kerja Rizal. Tak ada sahutan. Ragu-ragu Lila membuka pintu itu. Lila menguak lebar pintu dan ia mengamati ruang luas itu. Tak ada seorangpun di sana. Lila menghela nafas berat. Padahal ia sudah bermaksud mengalah, ia ingin mengajak bicara Rizal agar kebekuan di antara mereka tidak berlarut-larut. Nyatanya pria itu malah pergi tanpa pamit. Entah pergi kemana? Mencari hiburan di luar sana atau kembali mengunjungi mantan istrinya itu. Lila melangkah cepat menuju kamarnya. Masuk ke dalam kamar dan menutup pintu rapat. LiIa merasa tak dianggap lagi di rumah itu. Hanya karena Selvi, justru ia yang mendapatkan amarah dan imbasnya. Lila menyesal, mengapa Rizal justru menumpahkan kekesalannya pada Lila. Ia salah apa?Bukankah Selvi yang seharusnya mendapatkan hukuman dari pria itu? Lila merasa disepelekan."Kau mau dianggap jadi apa Lila? Jadi ratu di rumah ini?" gumam Lila pada dirinya sendiri. "Ratu apa? Bahkan k
Baca selengkapnya

Bab 74

Hantaran Diminta Kembali Rizal masih menatap foto Lila diponsel itu. Satu-satunya foto Lila sendiri. Ada beberapa foto dirinya dan Lila di kebun teh itu. Foto dengan pose yang biasa saja. Rizal terkejut ketika men-scrol foto di album dari aplikasi hijau. Banyak sekali foto lama Rizal dan Selvi di ponsel Lila. "Selvi mengirim banyak fotoku dan Selvi pada Lila,"Cerita Rizal pada Yuda. "Pasti foto mesra, ya, pak!" sahut Yuda lagi. Kebanyakan foto mesra, berangkulan, saling memeluk, bahkan ada beberapa foto Rizal sedang mencium pipi Selvi. Foto yang berbeda dengan foto Rizal dan Lila di kebun itu. Foto yang terkesan kaku, tanpa ekspresi. Sementara ekspresi Lila banyak yang menunjukkan senyum manisnya. Berbanding terbalik dengan pria yang berdiri di sisinya. "Yulia! Lila punya teman yang bekerja di butik," seru Rizal tiba-tiba ingat sosok gadis mungil itu dan Rizal segera menelponnya. "Ya?!" Terdengar suara ragu gadis itu. "Aku Rizal, suami Lila," Rizal memperkenalkan diri
Baca selengkapnya

Bab 75

Hantaran Diminta Kembali Rizal mengecup puncak kepala Lila. Ia memeluk sambil mengelus punggung itu dengan lembut. Lila hanya pasrah, tidak memberontak seperti tadi."Alhamdulillah, baikan juga!" Yuda berkata sambil menghela nafas tenang. "Ini bukan baikan, dia pingsan!" sergah Rizal panik. Tangan Lila terkulai begitu saja, juga tubuhnya yang tiba-tiba seperti tak punya tenaga."Ooh, makanya tiba-tiba saja udahan latihan boxingnya!" ucap Yuda sambil terkekeh. Dengan kesal Rizal menendang kursi Yuda. "Ayo ke rumah sakit, cepat!" seru Rizal khawatir. Ia beberapa kali menepuk pipi Lila dan berusaha membuat wanita itu sadar kembali. Yuda menepikan mobil di pelataran IGD rumah sakit kota itu. Rizal segera menggendong Lila keluar dan keluar dari mobil. Dengan lebaynya pria itu membuat kericuhan di ruangan itu. Ia minta pemeriksaan lengkap pada istrinya saat itu juga, dari rotgen hingga Ct scan. Seolah hanya istrinya, pasien yang perlu diperhatikan serius di sana. Sement
Baca selengkapnya

Bab 76

Hantaran Diminta Kembali Rizal dan Lila tersentak ketika mendengar suara ketukan beruntun di pintu kamar mereka. "Biar aku saja!"Rizal berkata ketika ia melihat Lila hendak beranjak dari tempat tidurnya. Rizal termangu melihat begitu banyak wajah yang tampak khawatir ketika ia menguak pintu kamarnya. Tidak mengenakkan memang kedatangan tamu pagi hari, dalam keadaan belum fresh dan badan meriang. Tentu akan banyak cercaan pertanyaan yang makin membuatnya pusing. "Lila kenapa? Kecelakaan di mana?" tanya Ibu dengan wajah panik. "Kenapa tidak ke rumah sakit?" serbunya lagi."Apanya yang terluka?"Pertanyaan beruntun dari ibu saja sudah membuatnya mundur kembali ke ranjang dan duduk bersandar di sana. Bahkan ibunya itu tak melihat bagaimana kondisi anaknya yang lemah lesu itu. Sementara Rizal melirik Lila yang hanya menebar senyum lebar melihat semua orang mengkhawatirkannya. "Lila enggak apa-apa. Ini hanya luka kecil, dan lebam saja," jawab Lila sambil menunjuk kakinya yang
Baca selengkapnya

Bab 77

Hantaran Diminta Kembali Rizal berjalan melewati tempat parkir klinik itu. Klinik yang tidak besar dengan beberapa dokter spesialis praktek bersama dengan fasilitas lengkap. Sudah ada ruang radiologi, laboratorium, IGD, apotik tersedia dalam satu tempat. Bagaimana bisa klinik baru bisa selengkap itu. Karena Rizal juga punya saham yang besar di sana. ACA Group pun membuat klinik itu mejadi tujuan fasilitas kesehatan bagi semua karyawannya. Tak lain semua karena campur tangan Rizal dan ACA Group yang menjadikan klinik itu besar dalam waktu singkat. "Ada yang bisa saya bantu?" Seorang gadis cantik menyapa Rizal dengan wajah ramah di meja pelayanan konsumen itu."Saya mau menemui dokter Hendra Baskara," Jawab Rizal tegas. "Saya Rizal, pasien dokter Hendra," sambung Rizal lagi. Tak lama gadis itu segera menelpon, sementara Rizal hanya berdiri menunggu dengan bosan. Rizal menyebut namanya agar ia lebih mudah mendapatkan ijin untuk bertemu dengan dokter sekaligus manager rumah sa
Baca selengkapnya

Bab 78

Hantaran Diminta Kembali Lila termangu memegang alat tes kehamilan yang diberikan Aiza kemarin. Entah kenapa adik iparnya itu sangat yakin dirinya hamil. "Tes aja, Mbak. Nih, aku membawa satu alat tes kehamilan di tasku,"Aiza berkata sambil mengulurkan tespack pada Lila. Lila segera mengambil dan menyusupkannya pada saku celananya. "Darimana mbak yakin kalau aku hamil?" tanya Lila ragu-ragu."Aku lihat mbak Lila agak gemukan, bentuk badan juga beda, gitu," ucap Aiza yakin. "Aduh aku gemuk, ya? jelek, dong!"seru Lila sambil meraba pipi. Aiza meneguk ludah, ia merasa telah salah bicara. Seharusnya ia tidak membahas masalah ukuran badan pada sesama wanita. Tentu saja Lila tiba-tiba menjadi sensitif."Bukan, maksudku beda gitu, lo!" Aiza meralat ucapannya tapi tampaknya Lila sudah percaya dengan ucapan Aiza yang pertama. Dan kini Lila masih termangu di kamar memegang tespacknya. "Bagaimana jika beneran hamil?"Lila meremas tangan resah. Bagaimana jika Rizal meragukan k
Baca selengkapnya

Bab 79

Hantaran Diminta Kembali Lila tidak banyak bersuara. Ia hanya beberapa kali melirik Rizal yang asyik mengemudi tanpa bicara sama sekali. Raut wajah pria itu terlihat muram meski ia menyatakan bahagia karena kehamilan Lila. Inikah ujian yang harus mereka terima lagi setelah teror Selvi berhenti. "Sepertinya ada tamu!"Lila berkata ketika melihat sebuah motor yang sedang terparkir di halaman rumah mereka. "Itu Bapak sama ibu!" seru Lila dengan riang melihat bapak dan ibunya sudah duduk di bangku teras itu. Rizal memasukkan mobilnya langsung ke garasi. Bapak menghampiri dan membantu Lila keluar dari mobilnya. "Kalian dari mana?" tanya Ibu Ia menyongsong mereka yang baru menapakkan kaki di beranda rumah itu. "Dari rumah sakit, Bu!" sahut LilaWanita itu segera menyambut tangan sang ibu."Apa kakimu masih sakit?" Ibu bertanya dengan nada khawatir. Lalu tatapannya beralih pada Rizal yang baru muncul sambil memakai tas selempang berwarna pink itu. Mata ibu tertuju pada tas mi
Baca selengkapnya

Bab 80

Hantaran Diminta Kembali Rizal menghenyakkan tubuh di sofa empuk itu. Matanya langsung terpejam dan tangannya terkulai begitu saja. Ia merasa badannya begitu lelah seperti tak bertenaga.Lila mendekat dan menatap iba. Ia berjongkok dan melepas sepatu Rizal. Pria itu terkejut, spontan menarik kakinya dan segera bangkit."Kamu jangan jongkok-jongkok begitu, apa nggak sakit perutnya?" Rizal menarik kedua tangan istrinya dan mengajaknya duduk di sampingnya.Rizal melepas sepatunya sendiri dan membiarkannya begitu saja. "Sudah makan hari ini?" tanya Rizal Ia sambil menatap Lila lekat-lekat."Sudah," sahut Lila singkat. "Tadi siang aku makan spagetti bikinan Putri, enak banget!" lanjut Lila bersemangat. "Kamu mau?" Rizal seketika menelan ludah ketika Lila menyebut nama makanan itu. Terbayang bentuknya, rasa kenyalnya dan seolah ia telah mencium aroma oregano yang membuatnya mual. Putri datang membawa secangkir kopi panas. "Buatkan aku jeruk peras saja, ya, perutku mual!" pinta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status