Home / CEO / Hantaran Diminta Kembali / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Hantaran Diminta Kembali: Chapter 81 - Chapter 90

95 Chapters

Bab 81

Hantaran Diminta Kembali Lila menyilangkan tangan di dada, sambil menatap sosok yang masih bergelung selimut itu. "Mas! Jadi nggak?" seru Lila kesal. Rizal bergumam tak jelas. Matanya juga tidak terbuka."Sayang!" Lila berseru sekali lagi. Rizal membuka matanya yang berat, mengerjap ketika melihat Lila menarik kasar selimutnya. "Udah jam sembilan masa masih ngantuk aja, sih!" Lila melempar selimut itu kesal. "Kenapa jadi marah-marah melulu, sih," gerutu Rizal kesal sambil bangkit. Ia tidak berdiri tapi hanya duduk di ranjang dengan wajah mat setengah terpejam.Lila diam sambil memalingkan muka, menyadari tingkahnya terlalu berlebihan. Ia seharusnya toleran karena suaminya yang sedang mengalami sindrom cauvade itu. Ia tentu lebih menderita mengalami morning sick setiap hari. Sedangkan Lila bisa santai, segar bugar tanpa merasakan apapun. "Kamu, kan sudah janji mau mengantar beli pizza di warung," ucap Lila dengan nada merajuk. Wajah galaknya berganti menjadi cemberut."
Read more

Bab 82

Hantaran Diminta Kembali Selvi masih tertawa terbahak-bahak bersama para wanita se-gangnya itu.Suara ke tiga wanita itu begitu riuh hingga mengundang tatapan pengunjung lain yang merasa terganggu atas ulah mereka."Aku nggak membayangkan bagaimana kagetnya wanita udik itu saat menerima bill!" Selvi berkata sambil menutup mulut. Ia melirik ke arah Lila dengan sinis, tapi wanita itu tak menghiraukannya sama sekali."Wanita itu pasti menyesel seumur hidup," Teman wanitanya berkata sambil tergelak. Hanya Elsa yang tampak tak berani terlalu banyak bersuara. Karena ia tahu Rizal masih tetap aman menjalani masa jabatannya. Tawa mereka seketika terhenti, saat melihat Rizal tampak berdiri setelah mengulurkan tip pada waitress. Rizal juga masih terlihat menenteng beberapa kotak pizza yang dibawa pulang. "Ayo kita pulang!" Selvi berkata sambil melambai pada waitress itu. "Buru-buru amat, sih!" Elsa tergesa meraih cangkir minumannya. "Aku penasaran mau naik apa mereka pulang nanti," u
Read more

Bab 83

Hantaran Diminta Kembali Selvi merasa sedikit berdebar ketika menyadari Rizal dan Lila menatapnya. Rasanya ia belum bisa benar-benar melupakan pria tampan itu meski seribu pria siap mendampinginya menjadi pengganti. Hatinya masih cemburu dan sakit saat melihat ternyata telah berpaling darinya. Bukan Rizal yang ia benci, tapi ia justru sangat membenci wanita yang bisa merebut Rizal saat ini.Pasangan itu kini berjalan semakin mendekat. Terbayang peristiwa di restoran pizza yang cukup membuatnya malu. Rasanya seumur hidup ia tidak akan melupakan itu. Lila dan Arizal tampak tenang, tidak seperti Selvi yang tampak jengah ketika pasangan itu mendekatinya."Kita ketemu lagi," gumam Rizal begitu mereka berhadapan. Pria itu sudah menunjukkan wajah yang tak ramah.Tampak Lila menyenggol Rizal, memberi tanda agar suaminya itu tidak mencari gara-gara dengan Selvi. Wanita itu melihat gerakan Lila, ia menatap Lila dengan mata sinis. "Kau selalu sok bersikap seperti malaikat untuk di ha
Read more

Bab 84

Hantaran Diminta Kembali Sepanjang jalan Lila hanya diam dan melamun. Ucapan ibu di telepon tadi pagi membuatnya sedih. Semua berawal dari rencana ibu yang ingin membuat acara tiga bulanan kehamilan Lila di rumah ibu. "Nggak usah, Buk. Acara pengajiannya dilakukan di rumah mas Rizal saja, karena Mas Rizal ingin mengundang teman-temannya di acara syukuran nanti,"kilah Lila menolak dengan halus rencana ibu. "Kenapa kalau di rumah kita?" sergah ibu."Apa kamu malu membawa teman kerja Nak Rizal ke rumah?"Nada suara ibu terdengar emosional. Lila terkejut mendengar reaksi ibu yang berlebihan. "Kamu bahkan sudah jarang pulang sejak tinggal di rumah suamimu!" ucapan ibu membuat Lila bersedih. Ia memang sudah lama tidak pulang. Padahal mereka tinggal dalam satu kota saja dan lama tak saling berkunjung. Banyaknya peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, juga jadwal pekerjaan Rizal yang padat disusul acara mengidam Rizal yang merepotkan, membuat Lila mengesampingkan rasa kangennya
Read more

Bab 85

Hantaran Diminta Kembali Lila tertawa tergelak melihat foto itu. Ia menggelengkan kepalanya, merasa heran. Begitu dibutuhkannya sebuah pengakuan sampai rela membodohi diri sendiri. Apa untungnya memamerkan pencapaian dan menunjukkan gengsi yang tinggi hanya demi diakui menjadi orang yang sukses."Dikiranya kita ini kampungan banget, gitu, nggak pernah piknik kemanapun," ucap Mbak Nita sambil menggelengkan kepala. "Apa mbak tidak menunjukan foto Mas Heru ini pada Bi Pur?" Lila bertanya sambil meletakkan ponsel kakaknya. "Enggak, sih. Tapi aku memasang foto mas Heru di storyku, rupanya Sari lihat juga!" jawab Mbak Nita sambil tertawa. Ia sudah membayangkan bagaimana reaksi Sari."Kalian saling menyimpan nomer ponsel masing-masing?"Lila bertanya dengan nada takjub. Lila merasa melewatkan banyak hal."Iyalah, mereka yang minta, ya aku berikan!" Mbak Nita menjawab santai. "Orang kayak mereka tidak bisa ditanggapi omongannya, biarkan saja, lama-lama juga ketahuan bohongnya," sa
Read more

Bab 86

Hantaran Diminta Kembali Rizal mengeluarkan lembaran uang berwarna merah yang masih kaku itu dari dompetnya. Mengulurkan pada Bu Eneng. Rizal segera mengambil dua kantung kresek besar yang terlihat berat itu. "Mas, ini kembaliannya," Bu Eneng kini mengulurkan uang kembalian Rizal. "Ambil aja, deh, Bu," ucap Rizal datar. Tangan kanan kirinya sudah sarat bawaan dan ia malas berada lebih lama di tempat itu. "Wah, makasih banyak, ya?" Wajah Bu Eneng seketika berbinar cerah. Girang mendapat pembeli seroyal itu. Rizal membalikkan badan. Tapi ia terkejut melihat orang yang sedang berjalan menuju ke arahnya. "Tambah cabe dan gula merah, ya, Bu!" Bu Eni berseru sambil berjalan mendekat."Buat apa Bu Eni, kok banyak belanjanya?"Bu Eneng bertanya sambil mengambil barang yang diminta ibu"Lila minta bikinkan rujak buah, Bu!" Ibu berkata sambil mengambil dua buah mangga itu. "Wah, Lila hamil, ya?" tanya Jeng Santi menyelidik. "Iya, Bu," sahut Ibu singkat. Ia terlihat malas berb
Read more

Bab 87

Hantaran Diminta Kembali Sari takjub melihat suasana acara empat bulanan itu, Kemeriahannya seperti sebuah pesta pernikahan. "Duh, ini berlebihan! mereka mau pamer kalau sudah jadi keluarga sultan!" Bi Pur bergumam nyinyir.Sari hanya diam, dongkol sekaligus iri melibas hatinya. Acara empat bulanan kehamilan Sari tidak semeriah acara ini, biasa saja. Hanya pengajian ibu-ibu kampung. Mereka memasuki tenda yang penuh hiasan bunga segar itu. Seluruh bagian dan isi tenda yang berhias kelambu satin dengan warna pink dan putih itu tak luput dari perhatian mereka. Lila menjadi seorang ratu dengan pakaian yang indah, duduk di kursi putih dikelilingi bunga dan didampingi, suami, orangtua, mertua, bahkan bahkan ipar dan semua keponakannya yang semua memakai baju bernuansa biru muda. Lila seperti ratu dengan kecantikan paripurna. Rizal terlihat beberapa kali melirik dan tersenyum menatap istrinya. Mereka terlihat sangat bahagia. "Perasaan, si Lila makin cantik, ya?"Salsa, adik bu
Read more

Bab 88

Hantaran Diminta Kembali"Pinternya, playing victim!" Yuda berdecak muak. "Aku tidak bersalah!" Sari berteriak histeris mengundang kerumunan para tamu. Mereka merubung, ingin mengetahui perselisihan dua keluarga yang memang sudah sejak lama mereka ketahui itu. Sudah bukan rahasia lagi jika dua keluarga itu tidak akur. Ada yang pro dan kontra, meski tak sedikit yang ikut membenci keluarga Lila karena hasutan Bi Pur dan rasa dengki mereka."Jangan asal menuduh, Mas, kalau tak ada bukti!" Seorang wanita yang merupakan tetangga mereka ikut mendukung. "Bukti ini kurang jelas?" Sentak Yuda menunjukkan pecahan gelas dan butiran tablet yang hampir larut itu. "Pasti ada orang lain yang meletakkan di sana, dan kebetulan Sari yang mengambilkan minuman untuk Lila!" seru Bi Pur berang. "Maksud baik dibalas fitnah!" imbuh Bi Pur memanaskan suasana. "Sungguh aku tidak bersalah, Bu, aku difitnah!" Sari menangis tersedu-sedu sambil bersimpuh. Para tamu yang kebanyakan ibu-ibu itu merasa jat
Read more

Bab 89

Hantaran Diminta Kembali Lila menyalami para tamunya dengan wajah ceria. Sementara para mereka mengucapkan terima kasih dan mendoakan kebaikan untuk Lila. Para tamu mendapat hidangan yang berlimpah dan mendapat sufenir yang mewah.Lila dan Rizal telah menjamu tamunya dengan baik. Mereka tidak membedakan antara tamu relasi Rizal atau para warga kampung dan keluarga, semua berbaur bersama dalam satu ruangan. Hanya berbeda tempat antara tamu pria dan wanita saja. Satu hal yang tak akan mereka lupakan dalam acara itu adalah upaya Sari yang hampir mencelakai Lila dengan mencoba mencampur pil penggugur kandungan itu pada minuman Lila. Para tamu dan tetangga kini sibuk bergunjing, bagaimana nasib Sari setelah ini, apakah wanita hamil itu akan mendekam di penjara untuk waktu yang lama. "Kalau aku yang jadi Lila, akan aku laporkan si Sari ke kantor polisi," bisik Bu Eneng dengan ketus. "Iya, Bu. Ini kejahatan yang direncakanan, efek obat itu berbahaya sekali, Bu!" sahut Bu Ema, wani
Read more

Bab 90

Hantaran Diminta Kembali Rizal perlahan membuka pintu kamar. Ia tersenyum melihat sosok yang berbaring di atas ranjang. Lila sudah pulas dengan posisi seenaknya. Kakinya bahkan menggantung begitu saja. Rizal mendekat dan membenahi posisi kaki Lila yang menggantung. Rizal terkejut saat melihat kaki Lila agak bengkak. Diusapnya pelan kaki itu, membuat Lila terusik. Ia hanya menggerakkan kaki dan kembali pulas. Rizal berdiri dan beranjak keluar dari kamar. Rizal segera menuju ruang tengah, karena masih mendengar suara dari televisi dari ruang itu. Ibu dan bapak masih duduk sambil selonjoran di sofa. Rizal dan Lila memang memutuskan menginap di rumah mertuanya itu. "Kenapa belum tidur, Mas?" Bapak bertanya pada menantunya itu. Rizal dengan santai duduk di dekat kaki ibu mertuanya. Bu Eni tersenyum, kebiasaan Rizal saat kecil dulu masih tak berubah hingga ia menjadi dewasa."Belum ngantuk, Pak," sahut Rizal sambil menoleh pada ibu yang kini membenahi letak jilbabnya. "Buk,
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status