All Chapters of DIAM DISANGKA BABU, BERGERAK JADI RATU: Chapter 161 - Chapter 170

180 Chapters

(S2) Bab 46. Lelaki yang Putus Asa

"Ricky!"Akmal segera menarik tubuh adiknya yang berdiri di pinggir kolam dalam keadaan lesu, tampak sepertu putus asa. Lumayan berat, tetapi tetap dibawa ke gazebo di dekat sana. Mereka kini duduk saling berhadapan.Amarah yang membuncah mulai meredup ketika melihat keadaan si Pengirim Pesan tadi. Lelaki paruh baya itu menduga bahwa adiknya mencoba menemukan jawaban atau anggap saja sedang berusaha meyakinkan diri bahwa dia sama sekali tidak bersalah atas kematian kedua istri serta kebencian anak-anaknya.Dulu, di masa sehat dan kuat, Ricky selalu menduga bahwa dia bisa melakukan semuanya dengan uang, termasuk menaklukkan hati para wanita dan membuat anak-anaknya patuh. Kini, dia baru menyadari kesalahan-kesalahan yang memaksa dirinya tenggelam dalam kubang penyesalan."Kenapa? Kenapa datang ke sini dan bukan membiarkan aku tenggelam di kolam sendirian?""Bodoh! Makin tua makin bodoh!" Akmal mendorong tubuh lelaki malang itu sampai terjatuh ke belakang. Kini, matanya terpejam, tetapi
Read more

(S2) Bab 47. Dia Jenni

Sesampainya di ruang tamu, Ricky tertegun karena ada Zanna juga di sana. Dia baru saja tiba karena harus mengantar Rosaline pulang terlebih dahulu sambil berbincang hangat untuk mencairkan suasana karena tahu bahwa gadis berstatus janda itu terluka oleh perasaan yang dipaksa mati.Rena duduk di samping Alvino, sedangkan Lucky di kursi tunggal dekat jendela sebelah timur. Tatapannya dingin seakan-akan tidak bahagia dengan kedatangan sang adik juga melihat kebahagiaan papanya. Lelaki itu ... dia tahu bagaimana melihat keadaan tanpa harus menguliti kepala mereka untuk mengetahui isi pikirannya."Aku tidak tahu harus bilang apa." Ricky membuka pembicaraan, dia merasa kikuk, padahal sudah saling terbiasa."Bagaimana, kamu sudah bisa menerima takdir?" Zanna sendiri melempar pertanyaan demikian dengan tatapan tajam. Dia memang baru datang, tetapi tahu betul bahwa lelaki itu pasti memiliki dendam di hatinya untuk Zanna karena salah mengira.Dalang di balik kematian Nafiza? Zanna tersenyum kec
Read more

(S2) Bab 48. Akhirnya Bahagia

Waktu terus berlalu, Ricky sudah mulai mengukir senyuman dan kembali beraktivitas seperti biasa walaupun masih belum terlalu gesit dan terkadang duduk merenung memikirkan masa lalu. Tidak mudah untuk lepas dari rantai penyesalan yang selalu berusaha membelenggu begitu erat.Setelah mengunjungi makam kedua istrinya, Ricky juga sudah mulai menerima takdir. Sementara itu, dia tidak menyadari senyum penuh misteri dari sang anak. Ya, Jenni yang tidak tulus menyayangi orang tua karena merasa bahwa dirinya pun kerap kali diabaikan.Gadis berambut sebahu itu memutar bola mata malas setiap kali Ricky bergerak memunggunginya. Selama tinggal di luar kota, dia memang rutin dikirimi uang dalam jumlah banyak yang sangat bisa dia manfaatkan untuk perawatan dan belanja bulanan sesuka hati. Namun, dia kesal karena tidak pernah dikunjungi seolah-olah Jenni memang bukan anak kandung dan hanya butuh uang.Gadis itu memang pernah menolak ketika orang tuanya ingin berkunjung, tetapi saat itu dia memang ing
Read more

(S2) Bab 49. Cintaku Habis Padamu

"Bun, gimana Jenni sama papanya? Mereka udah baikan apa gimana?' Alvino yang baru saja pulang langsung melempar pertanyaan karena sepupunya sama sekali tidak membalas pesan whats-app yang dikirimnya sejak beberapa jam lalu.Zanna menoleh sekilas. Dia sedang sibuk memasak lauk untuk makan malam nanti bersama keluarga tercinta. Dia juga mengundang Ricky dan kedua anaknya untuk menjalin silaturahmi."Bun ...?""Iya, sudah baikan. Tadi waktu Jenni ke sini, dia ketahuan berbohong sesuai dugaan Bunda. Akhirnya, dia mengaku juga kalau sebenarnya butuh kasih sayang.""Semoga saja mereka tidak lagi renggang. Baik Jenni, Lucky maupun papanya, aku harap semuanya baik-baik saja. Mereka cuma perlu menjaga komunikasi, menjadikan masalah kemarin sebagai pelajaran."Zanna mengangguk sebelum kembali melanjutkan aktivitas. Sementara itu, Alvino langsung ke kamar untuk membersihkan diri. Lelaki bertelinga satu yang selalu terlihat rapi dan tampan. Dia lelah dan berencana untuk tidak keluar rumah dalam b
Read more

(S2) Bab 50. Selamat Malam, Alvino!

"Kenapa tidak? Dia bilang tidak ada kesempatan untuk kembali. Lagi pula pernikahan kalian kemarin atas dasar dendam. Kamu tidak mungkin lupa bagaimana Mama harus tersiksa, padahal semua berawal dari jebakan Tante Haura. Kamu pikir aku tidak tahu bagaimana awalnya Mama menjadi orang ketiga? Mungkin aku tidak akan menyalahkan mereka kalau di hari pernikahanmu Alvino tidak mempermalukan keluarga kita," kata Xavier lagi.Rosaline tetap menunduk, dia tidak bisa menerima kenyataan yang selalu kakaknya gambarkan bagi Rosaline, dendam antara dua orang tua sudah berakhir. Alvino sendiri adalah orang baik, tentang kemarin sebaiknya dilupakan saja, begitu pikirnya.Cinta paling tulus adalah tetap mencintai walaupun tahu bahwa orang itu tidak bisa dimiliki. Rosaline percaya dia bisa menjadi orang tulus. Namun, bukankah bagus apabila menikah dengan pujaan hati? Pun ketika dipercaya bahwa kebahagiaan bisa datang darinya.Rosaline tidak mengerti kenapa sang kakak tiba-tiba menaruh dendam. Sejak keci
Read more

(S2) Bab 51. Rasa Itu

PoV XavierMalam terasa panjang. Kamar dengan cahaya remang menjadi saksi bisu bagaimana aku ketika kembali berlayar ke masa lalu. Air mata mengering, merasa tidak pantas menetes lagi.Gadis itu bernama Nura. Anggun, cantik, pendiam, murah senyum bahkan selalu berhasil menenangkan hati yang gundah atau marah. Setiap kami bertemu, dia pasti membawa seorang teman dengan alasan malu keluar rumah sendirian.Dia menjaga jarak. Kami mengobrol dengan jarak satu hingga dua meter. Tentu. Dia memakai jilbab. Kami sebenarnya tidak pacaran, hanya sebatas ingin menikah ketika tahu perasaan terbalaskan. Mengingat tentang dia membuat hati berbunga-bunga. Itu dulu, sekarang justru bagai disayat sembilu.Nura yang aku cintai telah berada di pelukan lelaki lain karena saat itu aku belum memiliki pekerjaan yang mungkin bisa menjadi jaminan kita akan hidup bahagia setelah pernikahan. Aku bisa saja mengangguk setuju, tetapi tidak ingin dia hidup menderita karena menikah dengan lelaki sepertiku. Tidak mung
Read more

(S2) Bab 52. Kesalahan di Masa Lalu

“Menangis tidak menandakan bahwa kamu lemah. Sejak lahir, itu selalu menjadi tanda bahwa kamu masih hidup.”—Charlotte Bronte, Jane Eyre._______________________________Hari itu, dia tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi aku justru cuek padanya. Dia hanya memberi kabar bahwa dirinya baik-baik saja diperlakukan demikian dengan alasan memahami aku yang banyak menyimpan luka.Dia bisa memahami, sabar di setiap keadaan membuat aku tidak sungkan jika harus marah karena tahu bahwa dia akan berusaha bertahan sebisa mungkin agar aku tidak pergi. Suatu hari, aku kembali mengirim stiker jempol, padahal tahu hal tersebut bisa menyinggung perasaannya.Mungkin dia marah, sampai sepekan tidak pernah memberi kabar atau sekadar menyapa seperti yang dia lakukan dulu. Aku dibuat merindu. Rindu dengan obrolan random yang selalu berhasil membuat aku tertawa kecil. Rindu perhatiannya yang meminta aku mengurangi begadang, kopi dan juga rokok. Ke mana dia?Aku tidak tahu harus mencari ke mana. Kami masih
Read more

(S2) Bab 53. Kekasihku dan Kejutannya

Selesai acara ulang tahun dadakan, aku dan Jenni diminta foto berdua karena gadis itu akan kembali ke Makassar besok lusa. Ada perasaan bahagia membara di dalam hati. Namun, entah bagaimana dengannya.Aku khawatir setelah ini dia ingin memberi kejelasan tentang hubungan kami yang harus diakhiri. Aku tidak mau, tetapi juga tidak bisa memaksanya bertahan, sadar bahwa selama kami menjalin hubungan, dia yang terlihat paling cinta, paling takut kehilangan, paling segalanya.Ketika aku sedih, dia selalu ada, mendengar setiap kisah yang diceritakan. Jenni terlalu baik dan pengertian dan entah mengapa aku malah mengukir luka di hatinya. Kejam? Mungkin. Namun, sungguh aku tidak bisa menerima.Berkaca ke masa lalu, aku adalah orang paling tulus yang kemudian disia-siakan. Sayangnya aku lupa bahwa antara Nura dan Jenni memiliki banyak perbedaan. Satu orang melukai, bukan berarti mereka semua adalah sama.Aku pernah mengirim foto jelek pada Jenni dan berkata, "Udahlah bodoh amat kalau kamu nggak
Read more

(S2) Bab 54. Pertanyaan Untuk Xavier

"Kamu mencintainya?" Rosaline melempar pertanyaan, menatap lekat padaku seolah-olah sedang mencari jawaban."Katakan!" desak Rena ikut geram, mungkin saja penasaran.Bagaimana aku bisa mengangguk atau mengiyakan? Setelah gadis itu pergi, aku semakin sadar bahwa kami memang tidak pantas bersama. Untuk cinta sebaiknya dipendam saja, terdapat banyak penghalang untuk kami melangkah pada jenjang pernikahan.Meskipun Jenni adalah anak dari istri kedua Om Ricky, tetapi dia bisa diterima oleh istri pertama papanya. Berbeda dengan aku, andai saja ada yang membahas soal nasab dan menanyakan tentangku dan Rosaline, kita berdua harus menjawab apa?Kalau saja jujur dan mengatakan bahwa aku da Rosaline bernasab pada ibu karena kami terlahir dari rahim seorang wanita tanpa ikatan pernikahan dengan ayah biologis, maka ada kemungkinan diri ini dicap sebagai anak haram, padahal semua anak yang terlahir ke dunia itu suci.Baik aku, Rosaline atau yang lain, semuanya sama saja. Jika bisa memilih, aku pun
Read more

(S2) Bab 55. Dia dan Kenangan

"Dunia terlalu singkat untuk cintaku yang abadi."—Qais Al Majnun.___________________________Tidak berselang lama, daun pintu bernuansa putih itu terbuka lebar dan Jenni muncul dari baliknya. Dia melangkah panjang mendekat sang kekasih hati yang sampai kini masih sangat dia cintai. Setelah lama mendam rindu, apakah mungkin untuk berpaling ketika ada asa bersama?Gadis cantik itu mengukir senyum paling manis, merekah indah laksana bunga di musim semi. Pandangannya hangat mengalahkan bias mentari di ufuk timur kala pagi menyapa. Wajah merona seperti senja sore, memukau setiap mata yang memandang.Xavier terpaku menatap cintanya dalam. Sesekali berandai bahwa mereka tidak akan pernah berpisah. Keraguan terus tumbuh kemarin, tetapi hari ini justru dipatahkan. Xavier khawatir tidak bisa menemui Jenni di pulau seberang, ternyata dia dekat, hanya saja sedang menuntut ilmu di sana.Sementara Jenni, dia teringat akan pesan aksara yang dikirimnya pada Xavier dulu bahwa ketika mereka bertemu da
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status