Home / Romansa / Accidentally Married / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Accidentally Married: Chapter 51 - Chapter 60

106 Chapters

BTL ~ 51

“Bu Hera …” Rafa buru-buru menghampiri Hera yang baru saja terlihat keluar dari lift. Meskipun mereka berada dalam satu gedung, tetapi seharian ini Rafa sama sekali tidak bertemu dengan wanita itu. “Saya minta waktunya sebentar.”Tanpa menghentikan langkahnya, Hera terus berjalan dengan elegan menuju ruangannya. Sekilas, ia sempat menggulirkan bola matanya karena sikap Rafa yang mendadak berubah formal.“Mas, nggak perlu formal seperti itu.” Hera menghela. Menoleh sebentar pada Rafa, yang sedikit terlihat kusut. “Dan jangan panggil saya dengan sebutan “ibu”.”“Ini kantor, jad—”“Please.” Hera berhenti dan kembali menghela ketika menatap Rafa. “Saya nggak masalah kalau karyawan lain manggil dengan sebutan itu, tapi kita suami istri dan— maaf, maksud saya kita … kita sudah seperti keluarga, jadi nggak usah seperti itu.” Entah apa yang ada di benak Hera, sampai-sampai mulutnya itu salah berucap.Meskipun pernikahan mereka hanya berjalan seumur jagung, tetapi Hera sempat merasakan perhati
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

BTL ~ 52

“Ck! Apa kamu nggak punya waktu lain untuk berkunjung, Dan!” Masih dengan wajah mengantuknya, Jaya mengomel sepanjang jalan menuju ruang kerjanya. Bagaimana Jaya tidak kesal, jika Dandi datang ke rumah dan mengetuk pintu kamarnya pada jam 12 malam. Padahal, Dandi bisa datang menemuinya besok pagi seperti biasanya dan itu tinggal beberapa jam lagi.“Aku lagi malas ketemu orang, Om!” Semarah apa pun Jaya padanya, Dandi tahu pria itu tetap menerimanya dalam situasi apa pun.“Ya, tapi bukan jam 12 juga, Dan!” seru Jaya sambil membuka pintu ruang kerjanya dan masuk lebih dulu. “Tutup pintunya!” titah Jaya kemudian, agar tidak ada seorang pun yang mungkin saja menguping pembicaraan mereka. Jaya mengerti dengan kondisi Dandi saat ini, tetapi tetap saja ada rasa kesal ketika tidur nyenyaknya diganggu seperti sekarang. “Akhirnya, muncul juga kamu!”Dengan perlahan, Jaya duduk pada sofa tunggal dan bersandar. Ia menatap wajah lelah Dandi yang tidak biasa. Sepenat-penatnya Dandi dalam bekerja, k
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

BTL ~ 53

Entah sudah berapa lama Dandi duduk di balkon kamar, seraya menatap meja teras. Tempat di mana dirinya dan Rumi melakukan candle light dinner tempo hari. Sangat sederhana, tetapi semua benar-benar membekas penuh makna.Yang membuat Dandi semakin terkesan ialah, gadis itu bahkan tidak meminta pergi ke restoran mewah untuk melakukan makan malam romantis. Rumi memasak sendiri semua menu pada malam itu dan mereka benar-benar menghabiskan waktu yang tidak akan bisa terlupakan.Jika dilihat ke belakang, gadis seperti Rumi bahkan bukan tipe Dandi sama sekali. Dandi lebih menyukai wanita tegas, elegan, punya pendirian, dan tidak suka berbasa-basi. Tidak seperti Rumi yang kalem, sedikit manja, tidak percaya diri, dan mudah goyah. Dipengaruhi sedikit saja, Rumi pasti akan bingung dalam mengambil keputusannya.Namun, tanpa Dandi sadari, hatinya justru terperangkap pada Rumi.“Malam, Pak Bakri.” Dandi segera mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya. “Sudah siap semuanya?”“Sudah, dan kita bis
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

BTL ~ 54

“Kenapa tiba-tiba kalian semua sepakat untuk menjual saham secara bersamaan?” Hera memang tidak bisa mencegah hal tersebut terjadi, tetapi, paling tidak ia harus mengetahui alasan yang keluar dari mulut mereka.“Bu Hera.” Bakri lebih dulu angkat bicara. “Apa Ibu sadar kalau perusahaan ini semakin melenceng jauh dari protap awal? Kita di sini semakin tidak bebas menyuarakan pendapat. Satu contohnya, kenapa pemberitaan masalah skandal pesaing kita harus di cut? Bahkan, saya juga sempat mendengar, siapa pun yang berani menaikkan berita itu, akan langsung dipecat? Apa maksud semua ini?”“Saya punya pertimbangan sendiri dengan masalah itu, Pak Bakri,” jawab Hera tetap tenang.“Mungkin itu juga yang menjadi salah satu alasan rekan-rekan kita di sini mau melepas sahamnya,” lanjut Bakri sudah memperhitungkan semua hal dengan seksama. Selama ini, Bakri tahu benar kinerja Hera tanpa cela. Namun, untuk menjadi seorang pemimpin, putri almarhum Lingga itu belum memiliki banyak pengalaman. “Bu Hera
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

BTL ~ 55

“Apa-apaan ini?” Ketika melihat Alpha berdebat dengan seseorang dari kejauhan, Rafa bergegas menghampiri. Terlebih ketika ia melihat Rumi, kemudian seorang pria yang tiba-tiba datang lebih dulu melerai keduanya.“Seperti yang kamu lihat, Raf.” Alpha memutar balik keadaan, ketika pria yang mengunci tangannya lengah dengan kehadiran Rafa. Ia menginjak kaki pria itu dengan keras, kemudian menyikut dan berbalik menjauh. “Panggilkan security.”Melihat Rumi yang kebingungan, Alpha dengan gesit kembali bisa meraih lengan gadis itu. “Mau pergi ke mana kamu!”Bukannya memanggil keamanan seperti yang diminta Alpha, Rafa justru memangkas jarak lalu menarik tangan pria itu agar terlepas dengan Rumi. “Jangan coba-coba—”“Ini semua bukan urusanmu, Raf!” Alpha mendorong tubuh Rafa, hingga pria itu mundur satu langkah. Detik berikutnya, Alpha kembali fokus pada pria asing yang tiba-tiba saja sudah meraih lengan Rumi.Siapa gerangan pria yang memanggil Rumi dengan sebutan “non” itu?Tidak ingin kehila
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

BTL ~ 56

Dengan seksama, Dandi membaca profil beberapa investor yang menanamkan modal di Glory. Tidak hanya itu, Dandi juga sudah mendata nominal kerja sama Glory yang dilakukan dengan instansi pemerintah. Berkat Bakri, Dandi juga memperoleh data omset dan pemasukan terbesar dari perusahaan tersebut.Semua yang didapat Dandi kali ini merupakan data terbaru, sejak Glory mulai bangkit sepeninggalnya Lingga.Di tengah-tengah kesibukannya tersebut, ponsel Dandi berdering dan dengan segera ia menerimanya karena nama Anton tertulis di sana. Dandi yakin, Anton kali ini akan memberi kabar mengenai Rumi. Karena jika hanya perkembangan kegiatan Alpha, Anton hanya akan mengirimkan pesan padanya.“Ada perkembangan?” tanya Dandi langsung to the point.“Bu Rumi, Pak!” seru Anton. “Kami lagi ngikutin dia. Ceritanya panjang, tapi sekarang dia ada di mobil sama laki-laki yang namanya Rafa.”“Share loc sekarang juga!” Dandi segera beranjak pergi meninggalkan kamarnya dan mengakhiri panggilan tersebut. Ia meraih
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

BTL ~ 57

“Makan yang banyak.” Dandi menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Rumi. Istrinya itu masih tidak banyak bicara dan hanya merespons Dandi seadanya. Rumi masih saja berpikir, bahwa dirinya tidak layak untuk mendampingi Dandi karena masa lalunya. Akan tetapi, Dandi sudah tidak memedulikan itu semua. Sejak awal, ia sudah tahu pasti bagaimana masa lalu Rumi dengan Alpha dan Dandi tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Pria seperti Dandi, sudah sangat hafal bagaimana hiruk pikuk dan gelapnya kehidupan ibukota. Tidak hanya Rumi yang pernah melakukan kesalahan, tetapi Dandi, Thea, dan mayoritas orang di lingkungan mereka juga pernah melakukan hal yang sama. Jadi, Dandi tidak pernah mau menghakimi, karena semua orang pasti punya masa kelamnya masing-masing. “Tapi aku sudah makan makanan rumah sakit tadi, Maaas.” Rumi kesal, karena Dandi kembali menyuruhnya makan, padahal jarum jam sudah hampir menunjuk ke angka sembilan. Karena itulah, Rumi lebih banyak mendiamkan Dandi sejak ia d
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

BTL ~ 58

“Dengar apa kata dokter, kan?” Dandi segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia meletakkan tas yang berisi pakaian kotor Rumi dan dirinya di samping pintu, lalu segera menyusul sang istri yang berjalan gontai menuju tempat tidur.“Dengar,” jawab Rumi dengan malas. Ia menatap pelan, pada setiap sudut ruang yang sudah berhari-hari ditinggalkannya. Masih rapi dan wanginya pun tetap seperti biasanya. Wangi maskulin Dandi yang segar dan selalu Rumi rindukan.Sampai detik ini pun, Rumi masih saja tidak bisa terima jika Dandi tetap mau menerimanya. Begitu banyak hal yang dilakukan Rumi di masa lalu, yang bisa saja kembali menjadi bumerang dalam hubungan mereka di masa depan.“Mas Dandi nggak ngantor?” Dengan perlahan, Rumi duduk di tepi tempat tidur. Menatap Dandi yang baru saja duduk di sebelahnya, lalu menautkan jemari mereka. Meskipun terkadang bisa sangat cuek, tetapi ada sisi romantis Dandi yang selalu saja bisa membuat Rumi luluh. “Seharian ini di rumah sakit terus.”“Aku cuti.” Da
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

BTL ~ 59

Senyum Dandi terus saja mengembang, setelah mengetahui hasil tes kehamilan yang dilakukan Rumi. Merasa beruntung, karena tidak perlu sampai menunggu lama untuk bisa mendapatkan kabar gembira yang dinanti-nanti sepasang suami istri.Positif.Dua garis merah yang muncul pada alat tes kehamilan tersebut, sudah cukup mampu meyakinkan Dandi dan Rumi, bahwa mereka akan menjadi orang tua dalam waktu beberapa bulan lagi.“Rumah ini sepertinya harus direnov.” Dandi sedang memikirkan denah rumahnya. Semua hanya berisi bangunan, tanpa adanya ruang terbuka kecuali taman kecil di depan dan tempat untuk menjemur pakaian di belakang. “Atau, kita pindah aja sekalian.”“Kenapa begitu?” Rumi yang berbaring dalam pelukan Dandi, lantas mendongak. Menatap bingung, karena memikirkan rumah Dandi yang sudah cukup sempurna.“Kalau nanti anak kita lahir, dia nggak punya tempat bermain.” Setelah mempertimbangkan dalam waktu singkat, Dandi lantas segera mengambil keputusan. “Kita cari rumah baru aja. Rumah ini b
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

BTL ~ 60

“Nanti sore aku buatin bakmi seafood.” Rumi menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut Dandi. Tidak hanya Rumi, tetapi Dandi pun melakukan hal yang sama. Mereka makan di piring yang sama dan saling suap sejak tadi. “Barusan aku minta bibik ke pasar buat beli udang, cumi, sama yang lain-lain.”“Kamu nggak mual? Pusing? Mau tiduran?” Berkaca dari kehamilan Thea, Dandi pun membandingkannya dengan kondisi kehamilan Rumi. Istrinya terlihat sehat dan tidak seperti Thea. “Nggak.” Rumi menggeleng karena tidak merasakan hal yang berbeda dengan tubuhnya. Kemudian, ia meraih tangan kiri Dandi yang duduk di sebelahnya, untuk memegang perutnya. “Moga anak kita nggak rewel. Tetap nyantai di dalam sini kayak ayahnya.”Dandi terkekeh. Ia meletakkan sendok, lalu merapatkan tubuh dan memeluk Rumi. “Semoga dia tetap santai di sana dan nggak buat ulah seperti anaknya Thea.”“Mas, aku, tuh, gerah ditempelin terus kayak gini.” Seingat Rumi, Dandi tidak seperti ini ketika mereka baru saja menikah. Terkadang,
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status