Semua Bab Accidentally Married: Bab 31 - Bab 40

106 Bab

BTL ~ 31

“Aku jadi penasaran sama yang namanya Rumi.” Bagas meletakkan salinan surat yang telah ditandatangani oleh Alpha di karpet. Kemudian, ia meluruskan kaki dan bersandar pada sofa panjang yang ada di belakangnnya. Menatap Hera yang masih duduk di kursi roda dalam diam, kemudian beralih pada Agnes yang duduk tepat di sebelah putrinya. “Secantik apa, sampai-sampai Alpha sama Rafa sepertinya tergila-gila sama dia.” “Cantik.” Agnes hanya menjawab singkat, karena tidak ingin membicarakan gadis yang telah membuat Glory jatuh. Tidak hanya Glory, bahkan kedua anaknya juga mendapatkan masalah hanya karena seorang Rumi. Namun, Agnes tidak akan menampik jika gadis itu memang sangatlah cantik, meskipun tanpa polesan make up menghiasi wajahnya. Jadi, rasanya wajar bila Alpha dan Rafa sama-sama tertarik dengan gadis itu. “Aku tambah penasaran, Tan,” timpal Bagas kembali menatap Hera. “Seandainya Hera sudah sembuh, apa Rafa masih tetap—” “Bisa kita nggak bicara masalah Rumi, Gas?” Agnes segera menol
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

BTL ~ 32

Dandi baru saja duduk di kursi kerjanya dan bersandar sambil menutup mata, ketika Qai masuk tanpa mengetuk pintu lalu mengusik kedamaian yang baru saja hendak ia nikmati. “Selamat, Dan!” Dandi memutar sedikit kursinya sembari membuka mata. Tanpa merubah posisi tubuhnya, Dandi menaikkan satu sudut bibirnya. “Kamu sama Thea pasti tertawa di belakangku.” Qai mengangguk saat menarik kursi yang berseberangan dengan Dandi, lalu duduk di sana. “Tertawa bahagia!” “Berengsek!” maki Dandi dengan intonasi datar dan tanpa minat untuk berdebat. “Aku dijebak sampai nggak bisa berkutik.” “Dan!” Sebenarnya, Qai ingin tertawa sejak masuk ke dalam ruangan Dandi. Namun, melihat wajah Dandi yang hanya menampilkan ekspresi datar, Qai tidak melakukannya. “Kamu sebenarnya selalu punya pilihan. Kamu bisa bicara baik-baik dengan ibunya Rumi dan keluargamu sekaligus. Kumpulkan mereka di dalam satu ruang—” “Kamu pernah ketemu ibunya Rumi, Qai?” “Be … lum.” Dandi seolah ingin menyampaikan sesuatu. Karena i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

BTL ~ 33

“Kamu … ngapain?” Dandi memperlambat langkahnya ketika menuruni tangga. Sebenarnya, tanpa ditanya pun, Dandi sudah tahu yang dilakukan Rumi saat ini. “Bersih-bersih rumah, Mas.” Rumi hanya menoleh sebentar pada Dandi, kemudian kembali menyapu lantai. “Oia, jam sembilanan saya mau ke kantor mau ambil surat referensi sama ngajarin anak baru sebentar. Habis makan siang, saya pulang.” “Sudah ada orang yang datang dua atau tiga kali seminggu untuk bersih-bersih rumah.” Dandi tidak melangkah ke mana pun, ketika kakinya sudah berada di lantai satu. Ia hanya melihat pergerakan Rumi yang gesit dan tidak memedulikannya sejak tadi. “Jadi, habis ini kamu nggak perlu lagi nyapu, ngepel, atau … kamu nggak perlu ngerjain kerjaan rumah.” Rumi berhenti mengayunkan sapunya, kemudian menatap Dandi. “Rumah ini memang kelihatan selalu bersih, tapi saya nggak pernah lihat ada orang datang terus—” “Karena kamu selalu berangkat ke kantor terlalu pagi, Rumi,” putus Dandi kemudian beranjak menuju sofa dan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

BTL ~ 34

“Dan!” Qai mempercepat langkahnya, karena Dandi sama sekali tidak mengacuhkan panggilannya. Pria itu hanya menoleh, tetapi terus berjalan dan tidak memperlambat langkahnya sama sekali. “Hei, Dan! Tunggu sebentar!” “Aku buru-buru!” Dandi akhirnya berhenti, ketika ia berada di depan lift. Melihat jam tangannya sebentar, kemudian menoleh pada Qai yang baru saja berhenti di sebelahnya. “Ada masalah?” “Kalian belum bilang ke Rafa kalau—” “Belum.” Dandi segera masuk ke dalam lift, ketika pintunya terbuka. Ia tahu apa yang akan dikatakan oleh Qai, karena itu Dandi segera memberi jawaban. “Memangnya siapa dia?” Qai menghela sembari mengikuti Dandi. Melihat pria itu menekan tombol menuju lobi, maka Qai hanya berdiam diri karena tujuan mereka sama. “Dia nelpon aku. Dua kali hari ini, karena dia nggak bisa nelpon Rumi.” “Aku suruh Rumi blokir semua yang berhubungan dengan Rafa.” Kedua alis Qai sontak terangkat begitu tinggi. Hampir-hampir tidak percaya dengan ucapan Dandi barusan. Bahkan, Q
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya

BTL ~ 35

“Kenapa belum tidur?” Dandi membelokkan langkahnya menuju sofa di ruang tengah, ketika melihat Rumi masih duduk sembari menonton televisi. Malam itu, Dandi memang sudah mengabarkan akan pulang larut karena harus pergi bersama Qai. Namun, ia tidak menduga jika Rumi belum juga tidur padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Rumi tersenyum kecil dan masih diliputi rasa canggung. “Saya nggak enak mau tidur di kamar Mas Dandi sendirian.” Karena semua barang-barang Rumi sudah berada di kamar Dandi, maka malam ini mereka akan mulai berbagi kamar. Namun, Rumi masih sungkan untuk berada di kamar tersebut, tetapi ia juga tidak enak pada Dandi jika harus kembali ke kamarnya sendiri. “Nggak enak kenapa?” Dandi menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama dengan Rumi. Namun, ia tetap menjaga jarak. Perasaannya pada Rumi semakin tidak karuan, karena banyak hal yang tidak dimengerti Dandi ketika berada bersama gadis itu. Lagi-lagi, Dandi mengingat ucapan Qai mengenai “cinta”. Apa bena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-28
Baca selengkapnya

BTL ~ 36

“Tidurmu nyenyak?”Sejenak, Rumi yang baru saja berbalik setelah menutup lemari pendingin membeku. Tatapannya bersirobok dengan Dandi dan hal tersebut langsung membuat jantungnya berdebar kencang.Setelah semalam pria itu membuat Rumi hampir tidak bisa tidur, pagi ini Dandi bersikap seolah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Pria itu masih tetap cuek dan santai seperti biasa. Dandi bahkan langsung menarik kursi di meja makan, lalu duduk di sana tanpa rasa canggung sama sekali.“Nyenyak, Mas.” Rumi mengangguk salah tingkah. Ada hal yang tidak biasa, tetapi Rumi tidak bisa berbuat apa-apa. Hubungannya dengan Dandi, tidak seperti jalinan kasih yang sempat dijalaninya dengan Alpha. Rumi tidak melihat ada romantisme yang membara, seperti hubungannya sebelumnya. Jadi, Rumi masih saja merasa seperti orang asing di depan Dandi. “Kenapa … Mas Dandi sudah di dapur? Biasanya—”“Jam berapa kamu bangun, Rum?” sela Dandi seraya memangku wajah dan melihat semua pergerakan Rumi di dapur.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

BTL ~ 37

“Rafa … ada ngomong apa?” Intonasi Agnes memelan, karena melihat wajah sendu putrinya. Hera memang memberi senyum, tetapi Agnes tahu benar ada kesedihan yang terpancar dari sorot mata putrinya. Sementara itu, Rafa baru saja pergi dan Agnes tidak bicara hal lain kecuali masalah pekerjaan dengan pria itu. Hera menggeleng pelan sembari melihat paper bag pemberian Rafa, yang ia letakkan di kitchen island. Rafa sempat membacakan beberapa halaman dari salah satu buku yang dibawa, persis seperti dahulu kala. Rafa juga menceritakan beberapa hal yang sungguh berada di luar prediksinya. Rafa patah hati. Gadis yang dicintai pria itu, ternyata baru saja menikah dengan orang lain. Ada tawa yang tersemat ketika Rafa menceritakan hal tersebut, tetapi, Hera tahu benar jika tawa tersebut penuh dengan luka. “Mas Rafa …” Hera menghela panjang. “Dia cuma … berkunjung. Nggak ada yang berubah, dia sama seperti dulu. Tetap baik.” Agnes tersenyum tipis. Ia tahu, ada yang disembunyikan Hera darinya. “Cuma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

BTL ~ 38

“Kenapa baru ke kamar?” Hampir setengah jam Dandi menunggu di kamar seorang diri dan akhirnya Rumi muncul juga. Apa sebenarnya yang dilakukan gadis itu di bawah, sehingga butuh waktu lama untuk kembali ke kamar. “Anu, Mas.” Padahal, Rumi sudah mengulur waktu sebisa mungkin, tetapi Dandi ternyata belum juga tidur. Lampu di kamar pria itu masih terang benderang dan televisi yang langsung berhadapan dengan tempat tidur pun sedang menyala. “Saya bersihin dapur sebentar.” Dandi tahu Rumi berbohong. Memangnya, apa yang gadis itu bersihkan jika kondisi dapur sama sekali tidak berantakan. Piring kotor di wastafel pun tidak menumpuk dan Rumi hanya perlu mencuci piring bekas makannya saja. “Ke sini.” Dandi menepuk sisi kosong di sampingnya. Ia tidak ingin membahas masalah kebohongan Rumi, karena gadis itu benar-benar terlihat canggung. Tidak hanya Rumi yang merasakan hal tersebut, tetapi Dandi pun sama saja. Ada rasa yang tidak biasa, karena kondisi yang harus mereka jalani saat ini. Mungkin,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

BTL ~ 39

Pagi itu, Rumi terbangun dengan senyum yang tersemat di wajah begitu saja. Tangan Dandi yang masih melingkar di tubuhnya pun, semakin membuat sudut bibir Rumi tertarik lebar. Terlebih-lebih, ketika Rumi kembali mengingat semua yang telah mereka lakukan tadi malam.Semuanya begitu indah. Dandi benar-benar melakukannya dengan … sempurna. Semua terjadi begitu saja dan Rumi pun tidak mampu menolaknya sama sekali.“Mau ke mana?”Rumi mengerjap, ketika suara berat itu memecah keheningan dan memeluknya semakin erat. Padahal, Rumi sudah berusaha menyingkirkan tangan besar itu dengan amat perlahan dari tubuhnya. Namun, kali ini Dandi lebih dulu terjaga dan seolah enggan melepaskankan Rumi.“Ke … kamar mandi.”“Ngapain?” Dandi membuka mata dan melirik ke sisi ruangan yang bisa ia gapai.“Mandi, Mas.”“Ini masih gelap.” Dandi semakin merapatkan tubuhnya yang memeluk Rumi dari belakang. Kemudian, Dandi membenamkan wajah pada ceruk leher Rumi dan kembali memejam.Ada senyum tipis yang tersungging
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

BTL ~ 40

“Hei, Dan!” Qai yang berniat pergi ke ruangan Dandi, tiba-tiba melihat pria itu keluar dari koridor lift. Untuk itu, Qai segera menyamakan langkahnya dengan Dandi, yang berjalan ke arah ruangan pria itu. “Kamu serius, Rumi mau kerja di sini?” “Ya.” Dandi mengangguk tanpa menoleh. Ia baru saja membereskan sesuatu dengan pihak IT dan personalia, perihal Rumi yang akan mulai bekerja dengannya mulai besok. “Dia asistenku, Qai, dan nggak ada hubungannya sama sekali dengan perusahaan. Semua yang berkaitan dengan Rumi, langsung aku yang handle. Begitu juga sebaliknya. Jadi, jangan pernah suruh-suruh Rumi ngerjain urusan yang bukan kapasitas dia. Apalagi urusan Angkasa.” “No comment.” Kedua tangan Qai terangkat dan matanya pun agak melebar melihat Dandi. Sampai saat ini pun, Qai masih tidak bisa memahami pemikiran Dandi dalam bertindak. Pria itu sangat spontan dalam melakukan sesuatu, tetapi Dandi bisa dengan cepat memperhitungkan semua hal. Sungguh sebuah tingkat pemikiran yang harus Qai pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status